Deteksi Dini Kanker Payudara, Pilih USG atau Mammografi? Ini Penjelasan Dokter Radiologi

10 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospital Semanggi, dokter Nina I.S.H Supit, SpRad (K) menjelaskan bahwa pemeriksaan klinis untuk mendeteksi kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dua di antaranya dengan ultrasonografi(USG) atau mammografi.

Nina mengatakan pemilihan modalitas pemeriksaan kanker payudara ini ditentukan dengan usia pasien. Sesuai aturan internasional, penggunaan mammografi idealnya untuk pasien berusia 40 tahun keatas. Sementara itu, pasien di bawah 40 tahun disarankan untuk menggunakan USG saat tahap pemeriksaan.

“Jadi, usia yang menentukan pilih modalitas yang mana, mammografi atau ultrasound. Kecuali pada perempuan-perempuan yang mempunyai faktor risiko. Misalnya, ibunya atau keluarganya yang sudah terkena kanker payudara. Itu boleh diizinkan untuk melakukan pemeriksaan mammografi mulai usia 35 tahun,” ujarnya dalam acara diskusi Forum Ngobras ‘Pendekatan Multidisiplin dalam Perawatan Kanker Payudara di Stadium Lanjut’ pada Selasa, 28 Oktober 2025 di kawasan Semanggi, Jakarta.

Lebih lanjut, ia menambahkan, kebanyakan masyarakat merasa tidak nyaman bahkan panik dan stres ketika melakukan pemeriksaan. Hal ini bisa terjadi karena proses mammografi yang melibatkan kompresi pada payudara sehingga pasien kerap kali takut akan rasa sakit.

Promosi 1

Perbedaan Mammografi dan USG

Nina mengatakan bahwa mammografi dilakukan dengan cara menekan payudara hingga datar. Hal ini dilakukan agar sinar x dapat menembus jaringan payudara secara menyeluruh.

Menurutnya, lesi sekecil apapun akan terlihat dengan mammografi, terutama jika payudara memiliki banyak lemak. Pada mammografi, lemak akan terdeteksi berwarna hitam, sedangkan tumor berwarna putih. Ini jelas memudahkan radiolog mendeteksi kanker payudara.

“Kalau ketemu dengan mammografi yang padat, sambil nangis kita bacanya karena susah. Tapi karena sekarang sudah canggih, sudah ada yang namanya tomosintesis, itu sangat membantu kami radiolog untuk menemukan lesi kecil,” tambahnya.

Sementara itu, ia juga menjelaskan USG yang dapat dilakukan perempuan usia di bawah 40 tahun. Khusus untuk pemeriksaan kanker payudara, ia menyarankan USG dengan hasil resolusi yang tinggi.

Ultrasound banyak macamnya, tapi kalau digunakan yang tidak high resolution dikhawatirkan gambarannya akan tidak baik. Jadi, kalau lesi kecil, apalagi kalau payudaranya besar, terus lesinya di bagian bawah itu tidak akan tembus suaranya kalau tidak yang high resolution,” jelasnya.

Selain ketersediaan USG dengan resolusi tinggi, Nina juga menyebutkan bahwa peran dokter yang kompeten juga penting dalam proses pemeriksaan USG.

Ketersediaan Mammografi

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa ketersediaan mammografi saat ini masih dalam pengembangan.

Dia mengatakan, sebanyak 190 rumah sakit umum daerah tercatat memiliki alat mammogram. Ke depannya, Kemenkes memiliki rencana untuk menambahkan sebanyak 27 alat agar setiap perumahan atau kota memiliki standar mammografi.

Sementara itu, ia menyarankan saat ini masyarakat memilih pemeriksaan mammografi yang mudah. Terdapat juga opsi lain dari mammografi, yaitu PET scan.

“Scan ini juga akan terus ditambah di provinsi. Harapannya 38 rumah sakit provinsi punya PET scan. Jadi, dari sisi kuratif kita kembangkan, tapi sebenernya poin utama adalah bagaimana tadi deteksi,” pungkasnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |