Simak 3 Cara Membedakan BAB Berdarah akibat Wasir dan Tanda Kanker Kolon yang Perlu Kamu Tahu

9 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Munculnya BAB berdarah sering kali dianggap remeh dan dikira sebagai akibat dari wasir atau ambeien. Padahal, kondisi ini bisa menjadi salah satu tanda kanker kolon yang perlu diwaspadai.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Siloam MRCCC Semanggi, dr. Randy Adiwinata, menekankan pentingnya membedakan kanker kolon dengan kondisi lain seperti wasir.

"Perdarahan akibat kanker usus besar biasanya ditandai dengan darah berwarna merah segar yang bercampur dengan feses, disertai dengan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta perubahan pola dan konsistensi feses," kata Randy dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 7 April 2025.

Berbeda dengan wasir, yang umumnya tidak menimbulkan nyeri dan darahnya menetes setelah BAB, tanpa tercampur feses.

Penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaan antara wasir dan tanda kanker kolon, agar bisa segera melakukan pemeriksaan.

BAB berdarah, dalam bentuk apa pun, sebaiknya tidak diabaikan. Pemeriksaan penunjang seperti kolonoskopi sangat diperlukan untuk memastikan apakah gejala tersebut terkait dengan kanker kolon atau bukan.

"Pada prinsipnya semua perdarahan pada kotoran merupakan alarm bahwa seorang pasien memerlukan evaluasi dari dokter. Seringkali pasien menganggap ini wasir. Setelah diperiksa lebih lanjut ternyata itu kanker usus besar stadium lanjut,” tutur Randy.

Bagaimana Cara Mendeteksi Kanker Usus Besar?

Untuk memastikan apakah BAB berdarah merupakan tanda kanker kolon atau wasir, perlu dilakukan pemeriksaan skrining. Metode utama untuk mendiagnosis kanker kolon adalah kolonoskopi.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan alat endoskopi melalui anus untuk melihat kondisi usus besar dari dalam.

Dengan kolonoskopi, dokter dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) dari bagian usus yang mencurigakan. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk menentukan jenis kanker kolon dan mutasi genetik yang mungkin terjadi.

Pemeriksaan lanjutan seperti CT scan, MRI, dan PET scan juga digunakan untuk mengetahui penyebaran kanker.

Lakukan Skrining Kolonoskopi Meski Tak Ada Gejala

Kanker usus besar jadi salah satu penyakit kronis mematikan. Beberapa gejala kerap hadir tanpa disadari.

American College of Gastroenterology bahkan merekomendasikan agar semua orang, baik yang bergejala maupun tidak, melakukan kolonoskopi mulai usia 45 tahun. Hal ini penting untuk menemukan polip usus yang bisa berkembang menjadi kanker kolon.

Bahkan tes darah samar pada feses juga dapat digunakan sebagai skrining awal untuk mendeteksi BAB berdarah yang tidak terlihat oleh mata.

Contoh nyata pentingnya skrining adalah kasus aktor Ryan Reynolds. Berkat kolonoskopi, dokter menemukan polip di usus besarnya, yang jika tidak ditangani, bisa berkembang menjadi kanker kolon.

Randy, menekankan, deteksi dini seperti ini sangat membantu meningkatkan peluang kesembuhan.

Penanganan Kanker Kolon Setelah Terdeteksi

Penanganan kanker kolon tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Menurut dr. Randy, terapi harus melibatkan tim multidisiplin, yang terdiri dari dokter onkologi, gastroenterologi, bedah, radioterapi, hingga ahli gizi dan perawat luka untuk pasien stoma. RS Siloam MRCCC Semanggi menjadi salah satu rumah sakit yang menerapkan pendekatan ini dalam menangani pasien kanker kolon.

Terapi kanker kolon kini semakin berkembang. Pemeriksaan biomarker dan mutasi genetik sangat membantu dalam menentukan pilihan terapi yang paling tepat, seperti imunoterapi (immunotherapy) dan terapi bertarget (targeted therapy).

Dua jenis terapi ini menawarkan hasil yang lebih efektif dengan efek samping yang lebih minimal.

Untuk kanker kolon stadium awal, pembedahan biasanya menjadi langkah utama guna mengangkat seluruh jaringan kanker. Sedangkan kemoterapi dan radiasi menjadi terapi tambahan, tergantung stadium dan kondisi pasien.

Pada beberapa kasus, kemoterapi dilakukan lebih dahulu untuk mengecilkan kanker sebelum operasi.

"Di RS Siloam MRCCC Semanggi, kami memiliki tim khusus untuk menangani kanker kolon. Kami melakukan diskusi tim multidisiplin agar setiap pasien mendapat terapi yang paling sesuai," ujar dr. Randy.

Selain memiliki fasilitas lengkap seperti CT scan, MRI, PET scan, dan laboratorium biomolekuler, rumah sakit ini juga menyediakan layanan perawat luka stoma dan unit paliatif untuk pasien kanker kolon stadium lanjut.

Semua layanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien secara menyeluruh.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |