Liputan6.com, Jakarta Mencuci baju hasil thrifting sebelum dikenakan adalah hal yang amat penting karena dapat mencegah terjadinya penyakit kulit seperti moluskum kontagiosum.
“Moluskum kontagiosum adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus dari keluarga poxvirus dan dapat menyebar melalui kontak langsung antar kulit ataupun kontak tidak langsung lewat benda seperti pakaian, handuk, atau kain (fomite),” jelas dermatolog, dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV., kepada Health Liputan6.com saat dihubungi pada Senin (28/4/2025).
Bukan hanya baju hasil thrifting alias bekas impor, bahkan baju baru pun perlu dicuci dulu sebelum dipakai.
“Tidak hanya pakaian hasil thrifting, pakaian baru pun sangat disarankan untuk dicuci sebelum digunakan,” lanjut Arini.
“Meskipun terlihat bersih, pakaian baru dapat mengandung residu bahan kimia produksi seperti formaldehida, zat pewarna, atau bahkan debu dan mikroorganisme dari proses penyimpanan dan distribusi,” paparnya.
Kontaminasi ini dapat memicu iritasi kulit atau dermatitis kontak alergi pada orang yang sensitif. Oleh karena itu, mencuci pakaian baru dengan air dan detergen ringan sebelum digunakan dapat mengurangi risiko iritasi, menghilangkan sisa bahan kimia, dan menjaga kesehatan kulit.
Presiden Jokowi melarang aktivitas berbelanja pakaian bekas impor atau thrifting karena sangat merugikan industri tekstil dalam negeri. Para pedagang pun resah karena menurut mereka itulah sumber mata pencaharian mereka selama ini.
Cara Cuci Baju Thrift beda dengan Pakaian Baru
Cara mencuci pakaian baru seperti dijelaskan Arini di atas tak sama dengan cara mencuci baju hasil thrifting. Perlu perlakuan ekstra agar kuman dan virus penyebab penyakit kulit bisa terbunuh.
Ini lantaran pakaian hasil thrifting pernah digunakan oleh orang lain yang mungkin saja terinfeksi penyakit kulit tertentu dan berpotensi membawa virusnya lewat pakaian thrift.
Guna mencegah penularan penyakit kulit seperti moluskum kontagiosum dari pakaian thrifted, maka sangat penting untuk melakukan proses pembersihan yang benar sebelum dikenakan.
“Langkah yang dianjurkan adalah merendam pakaian dalam air panas dengan suhu minimal 60°C selama 15 hingga 30 menit, karena virus poxvirus penyebab moluskum akan inaktif dan mati pada paparan suhu panas di atas 55–60°C,” jelas Arini.
Pakai Detergen Antibakteri
Langkah berikutnya adalah penggunaan detergen antibakteri atau detergen biasa yang dikombinasikan dengan antiseptik pakaian saat proses pembilasan.
Cara ini efektif membantu membunuh virus serta mencegah infeksi jamur dan bakteri lain.
“Setelah dicuci, pakaian sebaiknya disetrika dengan suhu tinggi, karena panas tambahan dari setrika dapat memastikan seluruh mikroorganisme yang mungkin tersisa benar-benar tereliminasi, terutama di bagian lipatan kain,” papar Arini.
Manfaat Thrifting untuk Lingkungan
Thrifting atau belanja barang bekas impor salah satunya pakaian kerap jadi salah satu siasat untuk tampil modis tanpa menguras dompet.
Di sisi lain, thrifting pakaian juga membantu menjaga Bumi karena dinilai ramah lingkungan. Melansir One Green Planet, thrifting dapat mengubah nasib pakaian.
Bagi pemilik pertama yang sudah bosan, sebuah pakaian mungkin dianggap sampah, tapi bagi orang lain dianggap harta karun. Pakaian yang mulanya akan berakhir di pembuangan sampah, lama terurai, dan menimbulkan masalah jangka panjang, setelah thrifting dapat memiliki kesempatan kedua untuk dikenakan kembali oleh pemilik baru.
Namun perlu dicatat, agar thrifting aman bagi kesehatan, maka saran dokter Arini dapat diterapkan. Pasalnya, risiko penyakit kulit moluskum kontagiosum bukan isapan jempol belaka.