Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, membagikan cerita unik saat meresmikan pembangunan 1.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Pondok Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Bangkalan, Jawa Timur pada Senin, 26 Mei 2025.
Pria yang akrab disapa Cak Imin mengaku bisa menjadi menteri karena sering makan nasi berkat dari pengajian yang dibawa pulang oleh orang tuanya.
"Kalau makanan saya kurang gizi saja bisa jadi menteri, apalagi kalian nanti. Tapi saya dulu bisa jadi menteri karena banyak pengajian di tempat saya. Gara-gara nasi berkat, saya cerdas," kata Cak Imin di hadapan para santri.
Menurutnya, nasi berkat yang dibawa orang tuanya selalu berisi lauk bergizi seperti ayam, telur, dan buah.
"Makan telur, makan ayam tiap hari, maklum orang tua saya kiai. Sebelum ada MBG (Makan Bergizi Gratis), saya sudah bergizi duluan karena bapak saya pulang ngaji bawa berkat. Isinya pasti ayam, telur, dan pisang," katanya seperti dikutip dari Antara pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Cak Imin Resmikan 1.000 SPPG di Pesantren Indonesia
Pernyataan ini disampaikannya bersamaan dengan peluncuran pembangunan 1.000 SPPG di pesantren sebagai bagian dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu program prioritas nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi santri di seluruh Indonesia. "Insya Allah Pak Prabowo bertekad semua santri dan siswa harus makan bergizi di seluruh Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, Cak Imin, menambahkan,"Sebanyak 82 sampai 85 juta siswa dan santri insya Allah akan disajikan makanan yang bergizi, sehat, bermutu, supaya tumbuh dengan baik."
Cak Imin: 1.000 SPPG adalah Bentuk Nyata Hadirnya Negara
Langkah pembangunan 1.000 SPPG ini, lanjut Muhaimin, adalah bentuk nyata kehadiran negara dalam memperkuat peran pesantren sebagai pilar ketahanan gizi dan ekonomi nasional.
"Pesantren sudah teruji mengelola kemandirian, lingkungan, dan daya tahan ekonominya. Tinggal kita dorong agar itu terkelola secara modern, produktif, bisa bersaing, dan menjadi keunggulan nasional," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2024, terdapat 41.599 pesantren di Indonesia dengan total santri mencapai 4,8 juta jiwa.
"Ekosistem bisa kita bangun di 41.599 titik. Insyaallah kalau tumbuh ekosistem pemberdayaannya, pesantren akan jadi kekuatan utama ekonomi Indonesia," lanjutnya.
Semuanya Harus Sesuai Standar dari BGN
Program ini akan difokuskan pada wilayah dengan konsentrasi pesantren tinggi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten. SPPG atau dapur pesantren akan menyiapkan makanan bergizi, sehat, dan aman bagi para santri.
Muhaimin juga menekankan pentingnya standar kualitas dalam pembangunan dapur-dapur tersebut.
"Seribu dapur harus berkualitas sesuai standar dan pengawasan Badan Gizi Nasional (BGN), karena santri harus makan makanan yang sehat dan aman. Tidak boleh ada yang keracunan, tidak boleh ada yang kekurangan gizi," pungkasnya.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, turut hadir dalam peresmian dan memastikan pelaksanaan program akan mengikuti standar gizi nasional. Pemerintah berharap melalui program ini, para santri tumbuh sehat, cerdas, dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.