Liputan6.com, Jakarta - Kanker masih menjadi salah satu penyakit mematikan dengan beban pembiayaan yang tinggi di Indonesia. Untuk menanggapi tantangan ini, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi kembali menggelar Siloam Oncology Summit ke-5 pada 16 s.d 18 Mei 2025 di Jakarta.
Acara ini menjadi ajang penting bagi para tenaga medis dari berbagai disiplin ilmu untuk membahas cara menangani kanker secara multidisiplin.
Acara ini diikuti lebih dari 700 peserta yang terdiri dari dokter subspesialis, dokter spesialis, dokter umum, radiolog, perawat, hingga perwakilan rumah sakit dari berbagai daerah.
Dalam penyelenggaraannya, Siloam Oncology Summit mengangkat tema United by Unique, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas keahlian sebagai cara terbaru dalam menangani kanker secara multidisiplin, demi perawatan yang lebih optimal dan terpersonalisasi.
Pendekatan multidisiplin dalam menangani kanker menjadi sorotan utama dalam acara ini. Hal ini ditekankan oleh Prof. Dr. Deborah A. Kuban, M.D, dari MD Anderson Cancer Center, Amerika Serikat.
Dia menjelaskan bahwa perawatan kanker modern tidak bisa dilakukan secara individual, melainkan harus melibatkan tim yang terdiri dari berbagai spesialis.
Setiap Pasien Kanker Itu Unik
Menurut Prof. Deborah, kolaborasi adalah kunci. Setiap pasien kanker itu unik, sehingga perlu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi biologis, harapan, dan kebutuhan masing-masing.
"Perawatan ini harus dikoordinasikan, tidak bisa linier," ujar Prof. Deborah.
Menurutnya, manfaat dari pendekatan ini sangat besar, antara lain:
- Mengurangi pengambilan keputusan yang terfragmentasi
- Menurunkan tindakan medis yang tidak perlu
- Mempercepat proses diagnosis dan terapi
- Meningkatkan komunikasi antar dokter dan pasien
- Memberikan hasil pengobatan yang lebih baik
Rumah Sakit Kanker Berperan Besar
Executive Director MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Dr. Edy Gunawan, MARS, mengatakan, rumah sakit kanker seperti MRCCC berkomitmen tidak hanya pada layanan kuratif, tetapi juga edukatif dan preventif.
Melalui forum seperti ini, Siloam ingin memperkuat posisi sebagai pusat rujukan kanker yang mendorong deteksi dini dan kolaborasi antarprofesi.
"Kami ingin menurunkan beban pembiayaan kanker di Indonesia yang mencapai triliunan rupiah. Kuncinya adalah deteksi dini dan penanganan yang terintegrasi," ujar dr. Edy.
Data International Agency for Research on Cancer (IARC) menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 108.000 kasus baru kanker di Indonesia, dengan lebih dari 24.000 kematian.
Tak heran, pembiayaan kanker menempati urutan kedua dalam klaim BPJS Kesehatan, mencapai Rp6,5 triliun pada tahun 2024.
Peran Genetik dalam Penanganan Kanker
Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia TLH, M.Epid, juga menyambut baik inisiatif ini. Dia menyoroti bahwa banyak rumah sakit swasta, termasuk Siloam MRCCC, ikut melayani pasien BPJS, sehingga memperluas akses perawatan kanker berkualitas.
"Siloam MRCCC memberi harapan dan kesempatan hidup bagi pasien kanker, termasuk yang menggunakan BPJS," ujarnya.
Sementara itu, Prof. dr. Herawati Sudoyo, M.S., Ph.D., dari Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, menggarisbawahi pentingnya riset genetik dalam penanganan kanker.
Dia menyatakan bahwa studi berbasis genomik membantu memahami mengapa kanker cenderung menyerang kelompok populasi tertentu.
"Riset genetik tidak berhenti pada diagnosis, tapi juga menyentuh skrining, pengobatan, bahkan perawatan paliatif. Semua ini butuh kerja sama multidisiplin," ujarnya.