Ciri Remaja Terlalu Lama di Media Sosial dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Meski menawarkan banyak manfaat, penggunaan berlebihan justru bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan perkembangan emosi mereka.

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari Tigagenerasi dan Citra Ardhita Psy Services, Ayoe Sutomo, mengungkap beberapa ciri remaja yang sudah terlalu lama berada di media sosial serta cara mengatasinya.

Menurut Ayoe Sutomo, remaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial akan menunjukkan beberapa ciri khas, terutama dalam perilaku dan cara mereka memandang diri sendiri.

1. Takut Ketinggalan Tren (FOMO)

Remaja kerap mengalami FOMO (Fear of Missing Out), yakni rasa takut tertinggal informasi, tren, atau pencapaian teman-temannya di media sosial.

Akibatnya, mereka merasa harus selalu aktif dan online. "Kita punya kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Akhirnya muncul pemikiran, aku bernilai oke kalau setidaknya sama atau lebih baik dari orang lain. Dari sanalah lahir FOMO," ujar Ayoe Sutomo kepada Health Liputan6.com, 10 Juni 2025.

2. Mudah Terpicu Emosi Negatif

Konten negatif seperti bullying, ujaran kebencian (hate speech), atau komentar merendahkan dapat memicu stres dan menurunkan kepercayaan diri remaja.

Meski terjadi di dunia digital, dampaknya sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. "Efek bullying di media sosial kelihatannya hanya terjadi secara digital. Tapi dampaknya nyata di real life," tambah Ayoe.

3. Perubahan Pola Tidur dan Konsentrasi

Remaja yang terlalu lama scrolling media sosial cenderung mengalami gangguan tidur, sulit fokus belajar, hingga mudah kelelahan karena otak terus menerima stimulasi tanpa henti. Hal ini dikenal sebagai overstimulasi.

4. Sering Mengabaikan Kegiatan Offline

Ketika waktu di media sosial mulai menggantikan interaksi sosial langsung, olahraga, hobi, hingga waktu bersama keluarga, ini bisa menjadi pertanda serius. Aktivitas offline jadi terasa membosankan dibanding dunia maya.

Cara Mengatasi Ketergantungan Remaja pada Media Sosial

Penggunaan media sosial yang bijak bukan hanya tanggung jawab remaja, tapi juga orang tua dan lingkungan sekitar.

Berikut langkah-langkah yang disarankan Ayoe Sutomo untuk mengatasi ketergantungan ini:

1. Bangun Literasi Digital Sejak Dini

Orang tua dan pendidik perlu membekali remaja dengan kemampuan untuk memilah informasi, memahami dampak dari interaksi digital, dan menjaga etika saat berselancar di dunia maya.

2. Jadwalkan “Screen Time” Secara Bijak

Buat aturan waktu yang jelas untuk menggunakan media sosial. Misalnya, tidak bermain ponsel satu jam sebelum tidur atau menetapkan jam offline selama waktu makan dan belajar.

3. Ajak Remaja Aktif di Dunia Nyata

Dorong mereka mengikuti kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau komunitas sosial yang sesuai minat. Aktivitas ini dapat mengalihkan perhatian dari layar dan membantu membangun koneksi sosial yang lebih sehat.

4. Jaga Komunikasi Terbuka

Remaja butuh tempat bercerita tanpa dihakimi. Jadilah pendengar yang aktif agar mereka merasa aman untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi di dunia maya.

"Perlu ada pendampingan dan penguatan kapasitas emosional agar remaja bisa memanfaatkan media sosial secara bijak tanpa terjebak dampak negatifnya," ujar Ayoe.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |