Liputan6.com, Jakarta Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PB PGI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam melakukan penelitian soal obat GERD dan menemukan hasil menjanjikan.
Obat yang disebut Fexuprazan dinilai memberi manfaat peredaan gejala gastroesophageal reflux disease alias GERD dengan lebih cepat.
"Fexuprazan memberikan peredaan gejala heartburn dan refluks lebih cepat bagi pasien Indonesia. Ini akan menjadi pilihan pengobatan baru yang bermanfaat bagi pasien GERD di Tanah Air," kata Ari sebagai peneliti utama studi ini, mengutip keterangan pers, Rabu (11/6/2025).
Dia berharap, studi ini dapat mendukung pembaruan panduan terapi GERD nasional dan menjadi dasar bagi persetujuan resmi Fexuprazan di pasar Indonesia.
Fexuprazan adalah obat baru untuk penyakit GERD yang dikembangkan di Korea Selatan oleh Daewoong Pharmaceutical. Penelitian obat ini dilakukan pula pada pasien Indonesia.
Fexuprazan merupakan obat generasi terbaru dari golongan P-CAB (Potassium-Competitive Acid Blocker), yang juga diakui sebagai obat inovatif ke-34 yang dikembangkan di Korea Selatan. Obat ini dirancang khusus untuk mengatasi keterbatasan dari obat PPI (Proton Pump Inhibitor) konvensional.
Obat baru ini bekerja dengan cepat dalam menekan produksi asam lambung, sehingga pasien dapat merasakan perbaikan gejala sejak tahap awal pengobatan. Obat ini juga bisa dikonsumsi tanpa terikat waktu makan, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi.
Beredar informasi yang mengklaim gerd atau penyakit asam lambung memicu kematian mendadak. Lalu benarkah gerd picu kematian?
Studi Soal Obat GERD Fexuprazan
Studi klinis obat ini dilakukan oleh dokter peneliti Indonesia (dikenal dengan istilah Investigator-Initiated Trial atau IIT) yang melibatkan 134 pasien GERD.
Studi dilaksanakan di tiga rumah sakit di Jakarta yakni RS Universitas Indonesia, RS Islam Cempaka Putih, dan RS Menteng Mitra Afia.
Hasil studi menunjukkan bahwa obat ini mampu mencapai target pengendalian gejala heartburn (rasa terbakar di dada) dalam waktu empat minggu. Sesuai dengan durasi terapi yang direkomendasikan dalam panduan pengobatan GERD di Indonesia.
Studi ini mengukur gejala seperti heartburn, nyeri dada, naiknya asam lambung, dan mual menggunakan kuesioner penilaian mandiri (GERD-Q, skor 0–18).
Meskipun kedua kelompok (Fexuprazan dan esomeprazole) menunjukkan perbaikan gejala yang bermakna pada minggu ke-4 dan ke-8, kelompok Fexuprazan lebih unggul dalam meredakan gejala sejak fase awal pengobatan dan memberikan kenyamanan lebih cepat.
Redakan Gejala Mual Lebih Cepat
Untuk gejala mual, Fexuprazan juga menunjukkan hasil yang lebih cepat. Jika pada kelompok esomeprazole perbaikan mulai terasa pada minggu ke-8, pasien Fexuprazan telah melaporkan perbaikan signifikan hanya dalam waktu 7 hari setelah penggunaan.
Berdasarkan catatan harian pasien, Fexuprazan 40 mg mampu memberikan respons penuh (complete response) terhadap hilangnya gejala heartburn dan asam lambung rata-rata dalam waktu 15 hari. Artinya, sekitar 5 hari lebih cepat dibandingkan kelompok esomeprazole yang membutuhkan rata-rata 20 hari untuk mencapai hasil yang sama.
Lebih jauh, dalam penilaian kualitas hidup, pasien di kelompok Fexuprazan mengalami perbaikan lebih cepat dalam 7 hari pertama pengobatan dibandingkan kelompok kontrol.
Perbaikan gejala sejak dini ini sangat penting karena berdampak langsung pada tidur yang lebih nyenyak, kenyamanan fisik yang meningkat, serta aktivitas sehari-hari yang lebih optimal.
Keamanan Fexuprazan juga telah dikonfirmasi dalam studi ini. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara Fexuprazan dan esomeprazole dalam hal efek samping selama pengobatan. Tidak ada kejadian efek samping serius maupun kematian yang dilaporkan selama uji coba berlangsung.
Efikasi Klinis Fexuprazan
Fexuprazan dinilai memiliki efikasi klinis yang tahan lama, cukup diberikan satu kali sehari untuk kenyamanan lambung dan pengendalian gejala yang konsisten.
Obat ini memiliki risiko interaksi obat yang rendah, menjadikannya pilihan aman bagi pasien yang juga mengonsumsi obat lain untuk penyakit penyerta.
Minat terhadap obat P-CAB di kalangan dokter Indonesia terus meningkat, mengingat pasien sering kali membutuhkan peredaan gejala yang lebih cepat dan aturan makan yang lebih fleksibel. Dalam konteks ini, Fexuprazan berpotensi besar untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup pasien GERD di Indonesia.