Liputan6.com, Jakarta - Tidak semua kasus kolesterol tinggi bisa diatasi hanya dengan rutin berolahraga dan menjaga pola makan sehat.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr. Decsa Medika Hertanto, Sp.PD-KGH, menjelaskan bahwa ada ciri-ciri tertentu yang menunjukkan kolesterol sudah berada pada tahap yang memerlukan pengobatan.
Namun, dr. Decsa menegaskan bahwa penggunaan obat penurun kolesterol harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Terutama jika kadar kolesterol sangat tinggi dan disertai dengan penyakit penyerta atau komorbid.
1. Kadar Kolesterol LDL Sangat Tinggi
Salah satu ciri utama kolesterol yang butuh obat adalah kadar LDL (kolesterol jahat) yang sangat tinggi, biasanya di atas 160 mg/dL, terutama jika tidak mengalami penurunan setelah menerapkan gaya hidup sehat.
"Kalau kolesterolmu tinggi banget dan ada penyakit komorbid, kombinasikan jalan kaki atau kardio, latihan beban, dengan obat penurun kolesterol," kata dr. Decsa, seperti dikutip dari unggahan video di Instagram pribadinya, @dokterdecsa, pada Senin, 9 Juni 2025.
2. Adanya Penyakit Komorbid
Kolesterol tinggi yang disertai dengan penyakit penyerta atau komorbid seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, atau gangguan ginjal adalah sinyal kuat bahwa pasien membutuhkan pengobatan tambahan berupa obat kolesterol.
"Kalau ada komorbid seperti hipertensi, diabetes, atau ginjal, obat menjadi bagian penting dari penanganan," jelas dr. Decsa.
Penyakit-penyakit tersebut meningkatkan risiko komplikasi serius jika kadar kolesterol tidak segera diturunkan secara signifikan.
3. Gaya Hidup Sehat Tidak Memberikan Efek Signifikan
Jika seseorang sudah menerapkan gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga, mengatur pola makan, tidur cukup, dan mengelola stres, tapi kadar kolesterol tetap tinggi, maka pengobatan menjadi langkah selanjutnya.
"Mindset awal jika kolesterolmu tinggi itu ubah gaya hidup dulu. Tapi kalau nggak membaik, teman-teman bisa coba obat atau sesuai rekomendasi," ujar dr. Decsa.
Dengan kata lain, obat kolesterol bukan langkah pertama, tetapi menjadi penting ketika gaya hidup sehat tidak cukup.
4. Riwayat Keluarga dengan Penyakit Jantung atau Kolesterol Tinggi
Faktor genetik juga memainkan peran penting dalam kadar kolesterol seseorang.
Jika memiliki riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi atau penyakit jantung, maka kemungkinan besar diperlukan penanganan yang lebih agresif dengan obat.
Kondisi ini dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia familial, yaitu kolesterol tinggi yang diturunkan secara genetik dan tidak cukup ditangani dengan perubahan gaya hidup saja.
5. Usia dan Risiko Kardiovaskular Meningkat
Usia juga memengaruhi efektivitas gaya hidup dalam menurunkan kolesterol.
Semakin bertambah usia, semakin besar pula risiko penumpukan plak di pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung atau stroke.
Jika hasil pemeriksaan risiko kardiovaskular menunjukkan nilai yang tinggi, maka dokter akan mempertimbangkan penggunaan obat statin atau sejenisnya.
Jangan Asal Minta Obat
Meski penting dalam kasus tertentu, dr. Decsa mengingatkan agar masyarakat tidak langsung meminta obat sebelum menjalani perubahan gaya hidup sehat.
Dia menyebutkan bahwa pola pikir yang salah seringkali membuat orang melewatkan langkah dasar yang sangat penting. "Jangan kebalik pokoknya. Dok minta obat padahal belum melakukan pola hidup sehat yang baik," ujarnya.
Jenis-Jenis Obat Kolesterol yang Umum Digunakan
Terdapat beberapa jenis obat kolesterol yang umum digunakan, di antaranya adalah statin, asam empedu sekuestran, fibrat, dan inhibitor PCSK9.
Masing-masing jenis obat memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Pemilihan jenis obat yang tepat akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan masing-masing individu.
Statin merupakan golongan obat yang paling umum dan efektif untuk menurunkan LDL.
Contohnya termasuk atorvastatin (Avesco), simvastatin (Cholestat), dan pravastatin. Statin bekerja dengan menghambat produksi kolesterol di hati.
Efek samping yang mungkin terjadi meliputi sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, dan gangguan tidur.
Asam Empedu Sekuestran bekerja dengan mengikat asam empedu di usus, mencegah penyerapan kembali kolesterol ke dalam darah.
Efek samping yang umum adalah sembelit. Sementara itu, Fibrat berfungsi menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL.
Contohnya adalah gemfibrozil dan fenofibrate. Efek samping yang mungkin terjadi meliputi gangguan pencernaan dan nyeri otot.
Inhibitor PCSK9 adalah pilihan yang lebih baru dan sangat efektif dalam menurunkan LDL, terutama pada pasien yang tidak merespon statin dengan baik. Namun, obat ini relatif mahal.