Liputan6.com, Jakarta - Kalau kita masuk Australia, maka salah satu pertanyaan yang harus kita jawab adalah apakah kita menderita TB. Hal ini disebabkan karena setidaknya tiga hal.
Pertama, TBC sudah sangat rendah di Australia, jumlah insidennya 5,5 kasus saja per 100 ribu penduduk, salah satu yang terendah di dunia. Pemerintah Australia sangat menjaga hal ini, karena itu TB menjadi perhatian kalau kita masuk ke negara ini.
Sebagai gambaran saja, di Indonesia kini insiden masih lebih dari 300 kasus TB per 100 ribu penduduk kita, dan pemerintah baru menargetkan penurunan menjadi 65 per 100 ribu penduduk di tahun 2030 kelak. Artinya, target kita di 2030, kalau tercapai, masih lebih dari 10 kali lebih tinggi dari keadaan Australia sekarang.
Kedua, sebagian besar kasus TB di Australia adalah penduduk setempat yang lahir di negara-negara dengan kasus TB tinggi, jadi mereka mengawasi betul hal ini.
Ketiga, walaupun memang kasusnya sudah sangat rendah, tetapi TB belum hilang. Badan Pemerintah Australia “National Tuberculosis Advisory Committee (NTAC)” sedang melakukan upaya maksimal untuk mengeliminasi Tuberkulosis dari Australia.
Pertanyaan tentang TB di Formulir Imigrasi
Salah satu masalah mereka memang datangnya kasus TB dari negara lain, jadi ini dijaga ketat. Pertanyaan tentang TB di formulir imigrasi ketika masuk Bandara Brisbane juga saya alami ketika datang sekarang ini.
Saya adalah Adjunct Professor di universitas besar di Brisbane ini, yaitu Universitas Griffith.
Kalau ada kasus TB di mana pun di Australia, maka wajib untuk dilaporkan melalui sistem “National Notifiable Diseases Surveillance System”.
Vaksin BCG untuk tuberkulosis tidak rutin diberikan di Australia. Vaksin TB ini hanya diberikan pada keadaan khusus, seperti untuk anak yang lahir di negara dengan insiden TB tinggi, atau mereka yang akan bepergian ke negara dengan risiko tinggi.
Ini saya sedang berfoto dengan kanguru. Pada tahun 2021, publik Australia dihebohkan laporan ilmiah tentang seekor singa laut yang meninggal karena tuberkulosis di Pulau Kanguru.
Kalau nama kuman yang menyebabkan TB pada manusia adalah Mycobacterium tuberculosis, maka nama kumannya pada singa laut sedikit berbeda, yaitu Mycobacterium pinnipedii.
Sementara itu, laporan ilmiah juga pernah melaporkan kejadian TB pada kanguru, walaupun amat jarang sekali dan tidak dilaporkan ditemui di Australia.
Laporan pertama malah sudah ada sejak tahun 1928, dan lalu pernah ada laporan dari London. Di pihak lain, untuk binatang koala yang juga sangat populer di Australia, masalahnya bukan tuberkulosis, tetapi chlamydiosis dan Koala retrovirus (KoRV).
Prof. Tjandra Yoga Aditama, dari Brisbane, Australia
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University, Australia