Liputan6.com, Jakarta - Dalam proses tumbuh kembang anak, pola makan bukan hanya soal asupan gizi. Lebih dari itu, momen makan juga membawa pengalaman emosional yang membentuk ikatan antara anak dan orangtua. Sayangnya, banyak orangtua justru merasa cemas ketika anak sulit makan.
Menurut Dokter Spesialis Anak dari RS EMC Pekayon, dr. S. Tumpal Andreas C., M.Ked(Ped), Sp.A, dan Dokter Spesialis Anak dari RS EMC Cikarang, dr. Reza Ervanda Zilmi, Sp.A, suasana makan yang rileks dan hangat justru bisa membuat anak lebih nyaman dan terbuka terhadap makanan. Aturan makan yang selama ini diyakini sejak kecil tidak selalu relevan jika diterapkan secara kaku di masa kini.
Kehadiran orangtua saat anak makan sangat penting, bukan hanya untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi, tapi juga menunjang kondisi mental anak. Anak yang merasa tertekan karena suasana makan yang tegang bisa mengalami stres, dan ini berdampak pada kesehatannya.
"Baik ayah maupun ibu, keduanya punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan anak," ujar dr. Reza dalam siaran langsung Healthy Monday Liputan6.com bertajuk Tips Pola Hidup Sehat pada Anak.
Tak Perlu Kaku Soal Posisi Duduk
Meski begitu, dr. Andreas menyadari bahwa tidak semua keluarga memiliki kondisi ideal. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan pola makan anak dengan realitas keluarga, selama kebutuhan dan kenyamanan anak tetap menjadi prioritas.
Banyak orangtua merasa bersalah saat anak makan dalam posisi tidak ideal, seperti selonjoran atau tidak duduk tegak. Namun menurut dr. Reza, hal ini tidak perlu terlalu dirisaukan.
“Kita memang diajarkan makan sambil duduk tegak. Tapi kalau menurut saya pribadi, yang penting justru makan bersama ibunya. Ini bisa membangun bonding emosional antara ibu dan anak. Tujuannya agar keduanya merasa senang saat makan,” jelasnya.
Ayah Juga Punya Peran Penting
Dr. Andreas menambahkan bahwa kehadiran ayah saat waktu makan juga sangat disarankan. "Penelitian menunjukkan ketika ayah ikut makan bersama, ada peningkatan IQ pada anak," katanya.
Menurutnya, waktu makan bersama adalah momen yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang kepada anak. "Intinya, cukup duduk tenang. Nggak usah banyak bergerak dan jangan sampai anak terjatuh. Kalau tidak punya kursi khusus, duduk senyamannya saja, selonjoran juga boleh," tambah dr. Andreas.
Idealnya, anak makan bersama ibu. Namun di daerah perkotaan seperti Jabodetabek, hal ini tidak selalu memungkinkan karena kesibukan orangtua.
"Idealnya memang ibu di rumah. Tapi kenyataannya, orangtua di Jabodetabek punya kebutuhan masing-masing. Ada yang sibuk bekerja, atau kalaupun punya waktu, sudah terlalu lelah," ujar dr. Andreas.
Dia menyarankan agar peran pengasuhan bisa dibantu oleh kakek, nenek, atau pengasuh yang dapat menemani anak saat makan, selama tetap menghadirkan komunikasi dan rasa nyaman.
Dokter Bukan Menghakimi, Tapi Memberi Panduan
Dr. Andreas memahami bahwa sebagian orangtua merasa seolah-olah dihakimi oleh dokter ketika menerima saran terkait pola makan anak.
Padahal, niat dokter adalah membantu memberikan kesimpulan yang mudah dipahami demi kesehatan anak.
"Seringkali orangtua merasa dokter itu suka judging. Padahal kami hanya ingin menyehatkan anak-anak Indonesia," katanya.
Saran dari dokter bersifat ideal. Namun, tetap bisa disesuaikan dengan situasi masing-masing keluarga.
Tidak banyak yang sadar bahwa suasana makan yang penuh tekanan bisa memicu stres pada anak. Padahal, stres dapat memperlemah daya tahan tubuh si kecil.
"Stres membuat anak lebih mudah terpapar bakteri atau virus. Ini bisa menyebabkan peradangan di tubuh anak," kata dr. Andreas.
dr. Andreas pun menekankan pentingnya kehadiran orangtua dalam suasana makan yang tenang dan menyenangkan.
"Terkadang tanpa sadar, orangtua yang justru membuat anak stres. Sesibuk apapun, luangkan waktu untuk bermain atau sekadar menemani anak saat luang," ujarnya.
dr. Andreas juga mengingatkan orangtua untuk tidak panik ketika anak mengalami kesulitan makan.
"Fokus saja pada catatan dari dokter. Tidak perlu cemas jika berat badan anak belum sesuai target, selama dokter mengatakan kondisi anak masih baik. Terus pantau dan konsultasikan ke dokter," ujarnya.
dr. Andreas menyarankan agar orangtua rutin menambah wawasan dari sumber terpercaya, terutama dari para dokter spesialis anak, demi mendukung tumbuh kembang si kecil secara optimal.