Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tropis yang paling sering menyerang anak-anak di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Mengetahui tanda DBD pada anak sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Tanda DBD pada anak sering kali mirip dengan flu biasa, sehingga kerap terabaikan di hari-hari awal. Padahal, gejala awal yang khas bisa menjadi sinyal penting bagi orang tua untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan. Terutama jika gejala muncul dalam 72 jam pertama demam.
Melansir dari Bangkok Hospital dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tanda awal DBD pada anak antara lain demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri sendi, serta kemerahan wajah atau orofaring. Penanganan cepat di fase awal sangat menentukan hasil perawatan.
Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang tanda DBD pada anak melansir dari berbagai sumber, Rabu (10/7/2025).
Tanda DBD pada Anak yang Muncul di Hari Pertama
Mengenali tanda-tanda awal Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak sangat penting untuk penanganan yang cepat dan tepat. Gejala DBD pada anak seringkali mirip dengan infeksi virus lainnya, namun ada beberapa ciri khas yang perlu diwaspadai, terutama yang muncul di hari-hari pertama demam.
1. Demam tinggi secara mendadak
Demam tinggi yang tiba-tiba naik, seringkali mencapai 39–40°C, merupakan gejala awal yang sangat umum pada anak-anak dengan DBD. Menurut Bangkok Hospital (Juni 2025), demam yang tiba-tiba naik tinggi hingga 39–40°C merupakan gejala awal pada anak-anak. Manfaat mengetahui tanda ini sejak hari pertama adalah siaga dini.
Demam tinggi yang tidak biasa memberi sinyal untuk segera evaluasi, membedakan dari flu biasa sehingga penanganan suportif seperti rehidrasi dan parasetamol dapat dimulai lebih awal. Dengan observasi ketat, risiko komplikasi dapat berkurang.
2. Sakit kepala berat dan nyeri di belakang mata (retro-orbital)
Sakit kepala parah, terutama nyeri di belakang mata (retro-orbital pain), merupakan ciri khas pada fase febril awal dengue, meskipun sering tidak disebut dalam infeksi virus lainnya. Menurut CDC (Mei 2025), sakit kepala parah, terutama retro-orbital pain, merupakan ciri khas pada fase febril awal dengue.
Penelitian di Thailand menekankan bahwa gejala ini muncul dalam 72 jam pertama demam sebagai tanda klinis awal yang membedakan dengue dari demam biasa. Manfaat mengidentifikasi nyeri ini segera adalah mempercepat kecurigaan dengue sehingga bisa dipantau trombosit dan hematokrit sedini mungkin, membantu memitigasi risiko perkembangan DBD berat.
Awal Tanda DBD pada Anak
3. Myalgia dan nyeri sendi (mialgia/atralgia “breakbone”)
Nyeri otot dan persendian adalah gejala awal yang umum terjadi di hari pertama demam pada anak-anak dengan dengue. CDC dan sumber Bangkok Hospital mencantumkan nyeri otot dan persendian sebagai gejala awal yang umum terjadi di hari pertama demam pada anak-anak dengan dengue.
Manfaat mengenali gejala ini sejak dini adalah memudahkan pembedaan terhadap demam biasa atau infeksi lainnya. Hal ini juga memperkuat dugaan klinis dengue ketika terjadi bersamaan dengan demam tinggi dan sakit kepala retro-orbital.
4. Eritema wajah dan orofaring pada 24–48 jam pertama
Beberapa pasien menunjukkan eritema wajah (kemerahan) dan tenggorokan (injected oropharynx) dalam 24–48 jam pertama demam. CDC (Mei 2025) menyebut bahwa beberapa pasien menunjukkan eritema wajah dan tenggorokan dalam 24–48 jam pertama demam.
Di Thailand, tanda klinis awal ini juga dicatat sebagai manifestasi nonspecific yang dapat muncul di hari pertama demam atau sangat awal fase febril. Manfaat pengenalan tanda ini adalah dapat memperluas pemeriksaan fisik awal. Jika ditemukan eritema orofaring, harus waspadai dengue dan bukan sekadar flu, sehingga pemeriksaan lebih lanjut dan pemantauan proaktif dapat dilakukan segera.
Leukopenia (jumlah leukosit rendah) dan trombositopenia (penurunan trombosit) dapat muncul lebih awal pada fase febril awal dengue. CDC juga menyebut bahwa leukopenia dan trombositopenia dapat muncul lebih awal pada fase febril awal dengue.
Manfaat mengetahui adanya leukopenia dan trombosit rendah sejak hari pertama demam adalah memungkinkan diagnosis laboratorium awal (seperti NS1 antigen) dan pemantauan yang ketat. Ini penting untuk mencegah progresi ke kebocoran plasma atau syok.
Penanganan Pertama Tanda-Tanda DBD pada Anak
Ketika anak menunjukkan tanda-tanda awal DBD, tindakan cepat dan tepat di rumah dapat membantu mencegah kondisi memburuk sebelum mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Pertolongan pertama ini berfokus pada manajemen gejala dan pencegahan komplikasi.
Menghindari Dehidrasi dengan Pemberian Cairan yang Cukup
Pemberian cairan yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi, yang merupakan komplikasi awal pada DBD. Berdasarkan penelitian dari Aisyaroh & Sutrisminah (2023) dalam Menara Journal of Health Science, ketika anak mengalami demam lebih dari tiga hari, orang tua dianjurkan memberikan banyak air putih, oralit, jus buah alami, atau cairan elektrolit.
Cairan tersebut diberikan untuk mencegah dehidrasi akibat kebocoran plasma dan penurunan trombosit. Dehidrasi merupakan komplikasi awal pada DBD dan jika tidak segera diatasi, dapat berkembang menjadi fase kritis atau syok, sehingga hidrasi yang tepat adalah upaya awal yang sangat penting.
Mengontrol Panas dan Nyeri dengan Obat yang Tepat
Pemberian parasetamol sebagai antipiretik dan analgesik terbukti tepat untuk mengontrol demam dan nyeri pada anak. Melansir dari evaluasi terapi DBD pada pasien anak di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie tahun 2019 oleh Meriska dkk. (2019), pemberian paracetamol terbukti tepat indikasi, obat, dan dosis pada mayoritas kasus (lebih dari 93%) tanpa penggunaan aspirin atau ibuprofen yang dapat memperburuk risiko perdarahan.
Menurut Kajian Management of Dengue: An Updated Review (Tayal dkk., 2022), WHO juga merekomendasikan penggunaan cairan kristaloid serta paracetamol untuk demam pada fase awal. Hal ini karena tidak ada terapi antivirus spesifik yang tersedia untuk DBD.
Istirahat Total untuk Mengurangi Beban Fisiologis
Saran istirahat total (bed rest) membantu mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan stabilitas sirkulasi, sekaligus memungkinkan tubuh memulihkan diri lebih efisien. Saran istirahat total disampaikan kembali oleh Aisyaroh & Sutrisminah (2023) sebagai bagian dari edukasi penanganan pertama di rumah.
Pembatasan aktivitas anak membantu mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan stabilitas sirkulasi, sekaligus memungkinkan tubuh memulihkan diri lebih efisien. Prinsip ini juga sejalan dengan klasifikasi WHO dan panduan perawatan keperawatan pada anak dengan dengue hemorrhagic fever yang menyebut bahwa bed rest penting terutama saat fase demam dan awal kritis.
Penanganan Dokter Terkait Tanda-Tanda DBD pada Anak
Memantau Tanda Pendarahan dan Trombosit sehingga Tindakan Dini Bisa Dilakukan
Penting bagi orang tua untuk mampu mengenali tanda-tanda awal perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bintik merah, dan segera melapor ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala tersebut. Penelitian oleh Aisyaroh & Sutrisminah (2023) menegaskan pentingnya edukasi orang tua agar mampu mengenali tanda-tanda awal perdarahan.
Segera melapor ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala tersebut adalah tindakan yang harus dilakukan. Evaluasi internal di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie juga memperlihatkan bahwa terapi tepat dosis dan indikasi membawa anak ke perawatan medis tepat waktu dapat mencegah perkembangan ke DBD berat.
Segera Lakukan Pemeriksaan Laboratorium Jika Demam Lebih dari Tiga Hari
Jika anak masih mengalami demam setelah tiga hari, orang tua dianjurkan membawa anak melakukan cek laboratorium (termasuk hitung trombosit dan hematokrit) untuk mendeteksi kebocoran plasma atau penurunan trombosit secara dini. Menurut Aisyaroh & Sutrisminah (2023), cek laboratorium penting untuk mendeteksi kebocoran plasma atau penurunan trombosit secara dini, serta supaya bisa segera menerima intervensi medis jika diperlukan.
Hal ini sejalan pula dengan panduan klinis internasional yang menyebut bahwa diagnosis laboratorium dalam lima hari pertama sangat penting. Ini berguna untuk memetakan risiko perkembangan ke dengue berat pada anak.
Cara Agar Terhindar dari Sakit DBD
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah upaya kolektif yang melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah. Berbagai strategi telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko penularan virus dengue.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui penerapan 3M Plus
Perilaku 3M Plus—yaitu menguras, menutup, dan mengubur wadah penampungan air—terbukti sangat efektif menurunkan kejadian DBD. Menurut penelitian Agung Sutriyawan (2021) dalam Journal of Nursing and Public Health, perilaku 3M Plus terbukti sangat efektif menurunkan kejadian DBD.
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tindakan menguras mampu menurunkan risiko DBD dengan OR = 3,877 (CI 1,711–8,783), menutup OR = 2,440 (1,090–5,465). Tindakan menggunakan obat nyamuk, menyimpan pakaian bekas dalam wadah tertutup, pemasangan kawat kasa, dan penaburan larvasida juga terbukti meningkatkan pencegahan secara signifikan.
Edukasi dan Deteksi Dini dengan Ovitrap
Pendekatan edukasi masyarakat dan pengukuran indeks ovitrap nyamuk Aedes aegypti memungkinkan deteksi dini wilayah risiko tinggi DBD. Melansir dari Gina Khairinisa dkk. (2025) dalam Jurnal Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat Laboratorium Kesehatan, pendekatan edukasi masyarakat dan pengukuran indeks ovitrap nyamuk Aedes aegypti memungkinkan deteksi dini wilayah risiko tinggi DBD.
Dengan pengetahuan masyarakat yang meningkat, aplikasi ovitrap sebagai alat deteksi jentik nyamuk memberi manfaat signifikan mengurangi vektor sebelum berkembang luas.
Edukasi Promosi Kesehatan Komunitas
Program pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan dan promosi kesehatan berhasil meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya tindakan preventif DBD. Berdasarkan temuan di Jurnal Abdimas (2024), program pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan dan promosi kesehatan di Kelurahan Karang Tengah, Kota Tangerang, berhasil meningkatkan kesadaran warga.
Bentuk intervensi seperti pelatihan penggunaan alat pengusir nyamuk, pembersihan lingkungan dan pengelolaan sampah efektif menurunkan potensi perkembangan nyamuk vektor penyebab DBD.
Sumber:
- Aisyaroh, L., & Sutrisminah. (2023). Edukasi Orang Tua dalam Deteksi Dini dan Penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak. Menara Journal of Health Science, 20(2)
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2025). Dengue: Clinical Guidance and Case Definitions.
- Tayal, A., Kaur, S., & Kaur, G. (2022). Management of Dengue: An Updated Review. International Journal of Medical and Health Research, 8(4), 112–118.
- Bangkok Hospital. (2025, June). Recognizing Dengue Fever Symptoms in Children
- Evaluasi internal di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie tahun 2019 oleh Meriska dkk. (2019)
- Journal of Nursing and Public Health
- Gina Khairinisa dkk. (2025) dalam Jurnal Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat Laboratorium Kesehatan
People Also Ask Seputar Tanda DBD pada Anak
1. Apa saja tanda awal DBD pada anak?
Tanda awal meliputi demam tinggi mendadak, nyeri kepala dan mata, nyeri otot-sendi, eritema wajah, serta penurunan trombosit.
2. Kapan sebaiknya anak dibawa ke dokter?
Jika demam tidak turun dalam 3 hari atau muncul gejala perdarahan, sebaiknya segera ke fasilitas kesehatan.
3. Apakah DBD bisa disembuhkan total?
Ya, dengan penanganan cepat dan suportif, sebagian besar anak bisa sembuh tanpa komplikasi.
4. Apakah anak yang pernah DBD bisa kena lagi?
Bisa, karena ada empat serotipe virus dengue. Infeksi kedua justru berisiko lebih berat.
5. Bagaimana cara mencegah anak dari DBD?
Lakukan PSN 3M Plus secara rutin dan gunakan pelindung dari gigitan nyamuk seperti lotion atau kelambu tidur.