Perkuat Peran Bidan Dalam Sistem Kesehatan Nasional, Kurikulum Baru Pendidikan Kebidanan Resmi Diluncurkan

9 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Konsil Kesehatan Indonesia (KKI), drg. Arianti Anaya, MKM, menegaskan bahwa pendidikan kebidanan yang kuat menjadi fondasi penting dalam menyiapkan tenaga bidan yang tidak hanya kompeten secara klinis, tetapi juga cakap berkomunikasi dan mampu bekerja dalam tim lintas profesi.

Bidan harus menjadi ujung tombak dalam transformasi layanan primer, terutama dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir yang masih tinggi di Indonesia,” ujar drg. Arianti.

Menurutnya, kurikulum tidak bisa bersifat statis. “Kurikulum bukan dokumen yang kaku. Harus terus direvisi, diperbaiki, dan dikembangkan agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, kebutuhan pelayanan, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” jelasnya, dikutip dari laman Sehat Negeriku, Kementerian Kesehatan.

Sebagai badan regulator, KKI menjalankan mandat untuk menjaga mutu seluruh tenaga kesehatan, termasuk bidan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023. Dalam hal ini, Kolegium Kebidanan menjadi penggerak utama dalam menyusun kurikulum berbasis standar global.

Guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, Kelegium Kebidanan bersama Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) resmi meluncurkan Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kebidanan Indonesia.

Berlangsung di Jakarta pada Kamis (19/6), peluncuran kurikulum kebidanan baru  ini mendapat dukungan dari berbagai mitra, termasuk UNFPA dan Kedutaan Besar Kanada. Kurikulum ini diyakini sebagai langkah strategis untuk memperkuat peran bidan dalam sistem layanan kesehatan nasional.

Dukungan Menkes untuk Sistem Pendidikan yang Lebih Kuat

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, yang hadir dalam acara peluncuran, menekankan bahwa penguatan sistem pendidikan kebidanan merupakan bagian dari strategi besar penurunan angka kematian ibu dan bayi. Menurutnya, semua sistem yang menyokong profesi bidan harus berbasis data dan dikelola secara solid.

“Kalau kita mau memperbaiki agar profesi bidan lebih bagus dan wewenangnya lebih banyak, maka semua sistem harus berbasis data dan sistem yang solid,” tegas Menkes.

Empat Pilar Peran Bidan yang Diperkuat

Dalam kesempatan tersebut, Menkes memaparkan empat fokus utama yang harus dijalankan untuk memperkuat peran bidan melalui kurikulum pendidikan yang berkualitas:

Tertib Entri Data

Bidan harus mampu mendokumentasikan setiap proses persalinan melalui sistem Satu Sehat. Data yang tertib sangat penting untuk analisis akar masalah serta melindungi profesi bidan dari stigma yang tidak adil.

Peningkatan Kompetensi

Kurikulum kebidanan harus selaras dengan standar global agar lulusan siap menghadapi tantangan di dunia nyata yang semakin kompleks.

Rujukan yang Cepat dan Tepat

Bidan perlu memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi risiko kehamilan dan segera merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika diperlukan.

Perluasan Peran Bidan

Peran bidan tidak terbatas pada proses melahirkan. Mereka juga memiliki tanggung jawab sejak masa pra-kehamilan hingga memantau tumbuh kembang anak.

“Bidan jangan hanya membantu melahirkan saja, tapi juga mengingatkan calon ibu sebelum kehamilan, mendampingi bayi setelah lahir, dan memastikan pertumbuhan anak berjalan optimal,” kata Menkes.

Mendorong Pendidikan yang Holistik dan Humanis

Kurikulum baru ini dirancang untuk tidak hanya memperkuat aspek teknis, tetapi juga nilai-nilai etika, kemampuan komunikasi, dan daya adaptasi terhadap perubahan. Harapannya, pendidikan profesi kebidanan di Indonesia mampu mencetak tenaga kesehatan yang holistik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Kolegium Kebidanan pun mendorong agar kurikulum ini menjadi platform dinamis yang bisa terus disempurnakan sesuai masukan dari berbagai pihak. “Kami berharap kolaborasi ini bisa terus berlanjut, karena effort untuk memperbaiki sistem sangat besar,” ungkap drg. Arianti.

Forum Terbuka untuk Inovasi Kurikulum

Kegiatan peluncuran kurikulum ini juga menjadi momentum diseminasi sekaligus forum terbuka untuk menyerap masukan dari akademisi, organisasi profesi, hingga para praktisi layanan kesehatan. KKI mendorong semua pihak untuk turut serta dalam proses evaluasi dan pengembangan kurikulum secara berkelanjutan.

“Saya harap forum hari ini bisa menghasilkan kurikulum yang kuat dan benar-benar berdampak bagi sistem layanan kesehatan kita,” tutup drg. Arianti.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |