Psikolog: Masuk Sekolah Jam 6.30 Pagi Justru Ganggu Konsentrasi dan Belajar Anak

5 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan jam masuk sekolah pukul 6.30 pagi justru dikhawatirkan berdampak negatif pada anak-anak dan remaja, terutama dalam hal konsentrasi dan kemampuan belajar.

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Ayoe Sutomo, dari Tigagenerasi dan Citra Ardhita Psy Services, menjelaskan bahwa masuk sekolah jam 6.30 pagi sangat berpotensi mengganggu kualitas tidur anak dan remaja. 

Dia menekankan bahwa tidur yang cukup adalah salah satu modal utama dalam proses belajar yang efektif. 

"Kalau kita bicara sekolah dimulai pukul 6.30, ini akan sangat terkait dengan kecukupan jam tidur anak dan remaja," kata Ayoe Sutomo, yang juga penulis buku Sekolah Untuk Anakku, saat dihubungi Health Liputan6.com belum lama ini.

Menurutnya, kurang tidur kronis dapat menurunkan kemampuan konsentrasi, daya ingat, dan kestabilan emosi.

Apa yang Terjadi Jika Anak-anak Tidak Cukup Tidur? 

Kurangnya jam tidur secara terus-menerus dapat menyebabkan kondisi kurang tidur kronis. Ayoe, menjelaskan,"Kecukupan jam tidur punya relasi yang kuat dengan kemampuan konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengelola emosi."

Efek Kurang Tidur Apabila Anak Masuk Sekolah Jam 6.30 Pagi

Kondisi ini sangat berisiko bagi anak dan remaja yang tengah berada dalam masa perkembangan penting. Khususnya bagi remaja, tantangan tidur lebih berat.

"Remaja punya kecenderungan sulit tidur lebih awal. Jika jam sekolah dimulai lebih pagi, maka otomatis jam tidur mereka akan berkurang," lanjut Ayoe. 

Efek kurang tidur ini membuat proses belajar tidak optimal. Anak dan remaja akan kesulitan berkonsentrasi di kelas, daya ingat menurun, hingga emosi yang mudah tidak stabil. 

"Semua ini berimbas pada prestasi belajar yang menurun," tambahnya.

Beban Mental Orang Tua Meningkat

Selain berdampak pada anak, kebijakan ini juga menambah beban mental keluarga, khususnya orang tua. 

Ayoe menyoroti bahwa memajukan jam sekolah berarti menggeser seluruh aktivitas pagi hari yang berimbas pada rutinitas keluarga.

"Kalau anak masuk sekolah lebih pagi, urutan bangun tidur, menyiapkan sarapan, bekal, dan antar sekolah harus dimajukan. Ini bukan hanya beban anak, tapi orang rumah juga," ujarnya. 

Beban mental atau mental load ini jika tidak dikelola dengan baik dapat memicu stres dan konflik dalam keluarga. 

"Tension day-to-day bisa meningkat, orang tua capek, penuh tekanan, dan jika tidak diselesaikan dengan baik, potensi konflik keluarga meningkat," ujar Ayoe.

Pentingnya Kebijakan yang Memperhatikan Kebutuhan Biologis Anak

Ayoe Sutomo menegaskan bahwa jam masuk sekolah sebaiknya tidak hanya dilihat dari segi operasional, tapi harus mempertimbangkan kebutuhan biologis dan psikologis anak dan remaja. 

"Modalitas utama proses belajar adalah konsentrasi dan daya ingat, yang sangat bergantung pada tidur cukup. Jangan sampai kebijakan jam masuk sekolah mengorbankan kebutuhan dasar anak," tegasnya. 

Menurut Ayoe, kebijakan sekolah harus mampu menciptakan kondisi belajar yang optimal dengan memperhatikan keseimbangan antara waktu belajar dan istirahat anak. 

Hal ini penting agar anak tetap sehat secara fisik dan mental, sekaligus mampu berprestasi di sekolah. 

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |