Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan udara kembali mengguncang dunia penerbangan. Kamis (12/6), pesawat Air India dengan nomor penerbangan AI 171 jatuh di kawasan permukiman Meghani Nagar, Ahmedabad, India, hanya lima menit setelah lepas landas pada pukul 13.38 waktu setempat.
Pesawat jenis Boeing 787-8 yang tengah dalam perjalanan menuju London tersebut membawa 232 penumpang dan 12 kru. Direktur Jenderal Direktorat Penerbangan Sipil India membenarkan bahwa seluruh awak berada dalam penerbangan tersebut.
Melalui unggahan di platform X, Menteri Penerbangan Sipil India Ram Mohan Naidu Kinjarapu menyatakan bahwa tim penyelamat dan bantuan medis telah dikerahkan secara maksimal.
“Kami dalam siaga tertinggi. Saya memantau situasi ini secara langsung,” tulisnya.
Hal senada disampaikan Chairman Air India, Natarajan Chandrasekaran.
“Fokus utama kami saat ini adalah mendukung semua pihak yang terdampak dan keluarga mereka,” ujarnya.
Pusat darurat juga telah dibentuk untuk memberikan dukungan serta informasi bagi keluarga korban.
“Perhatian dan belasungkawa terdalam kami tertuju pada keluarga dan orang-orang terkasih dari semua yang terdampak oleh peristiwa menghancurkan ini,” lanjut Chandrasekaran.
Muncul Kecemasan Terbang? Ini Cara Mengatasinya
Berita tragis seperti Air India AI171 yang jatuh ini kerap memicu kekhawatiran atau kecemasan pada calon penumpang pesawat. Menurut psikolog Dr. Harry Cohen, rasa takut terbang adalah hal yang wajar, apalagi setelah mendengar berita kecelakaan pesawat.
Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola kecemasan tersebut, seperti dilansir CBS News:
1. Pahami Risikonya Secara Rasional
Statistik menunjukkan bahwa peluang meninggal dalam kecelakaan pesawat komersial antara 2018–2022 adalah 1 banding 13,7 juta. Bandingkan dengan kecelakaan mobil pada 2023 yang mencapai 1 banding 95, menurut data National Safety Council.
“Secara statistik, terbang jauh lebih aman daripada moda transportasi lainnya,” jelas Cohen.
Alyssa Mairanz, konselor kesehatan mental dan pemilik Empower Your Mind Therapy menambahkan, ketakutan berlebih seringkali dipicu oleh bias ketersediaan, yakni kecenderungan otak untuk menganggap peristiwa yang baru terjadi sebagai sesuatu yang lebih umum dari kenyataannya.
2. Kurangi Paparan Konten Pemicu
Hindari konten yang membahas kecelakaan atau hal negatif seputar penerbangan secara berlebihan. Paparan terus-menerus bisa memperparah kecemasan.
“Begitu Anda melihat gambar pesawat jatuh, Anda tak bisa melupakannya,” ujar Cohen.
2. Kurangi Paparan Konten Pemicu
Hindari konten yang membahas kecelakaan atau hal negatif seputar penerbangan secara berlebihan. Paparan terus-menerus bisa memperparah kecemasan.
“Begitu Anda melihat gambar pesawat jatuh, Anda tak bisa melupakannya,” ujar Cohen.
3. Persiapkan Diri Sebaik Mungkin
Persiapan matang sebelum bepergian dapat meredakan stres. Hindari kafein atau alkohol sebelum terbang, dan pastikan waktu keberangkatan cukup longgar agar tidak tergesa-gesa.
4. Gunakan Pengalih Perhatian yang Sehat
Selama di pesawat, sibukkan diri dengan menonton film, membaca buku, bermain game, atau mendengarkan musik menenangkan.
“Kita memang tak bisa mengendalikan pesawat, tapi kita bisa mengendalikan pikiran dan emosi kita,” tutur Cohen.
5. Manfaatkan Teknik TIPP
Metode ini berasal dari Terapi Perilaku Dialektis dan terbukti membantu mengatur emosi ekstrem:
T - Temperature: Kompres dingin pada wajah atau buka AC untuk menurunkan detak jantung.
I - Intense Exercise: Lakukan gerakan kecil seperti mengepalkan dan membuka tangan agar tubuh tetap aktif.
P - Paced Breathing: Lakukan napas panjang dan perlahan untuk menenangkan sistem saraf.
P - Paired Muscle Relaxation: Tegangkan lalu relaksasikan kelompok otot tertentu untuk menghilangkan ketegangan.
6. Jangan Ragu Mencari Dukungan
Berbicara dengan penumpang lain, pramugari, atau bahkan dokter bisa sangat membantu. Dalam beberapa kasus, konsumsi obat antikecemasan atau beta blocker juga bisa menjadi solusi—tentu atas konsultasi tenaga medis.
Kapan Harus Meminta Bantuan Profesional?
Jika kecemasan Anda mulai mengganggu aktivitas atau membuat Anda enggan bepergian, pertimbangkan berkonsultasi dengan terapis.
“Jika mulai menjadi beban, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional agar Anda bisa kembali menikmati perjalanan udara dengan tenang,” tutup Mairanz.