Waspadai 5 Tanda Gangguan Kesehatan Jiwa pada Jamaah Haji di Tanah Suci, Salah Satunya Gangguan Tidur

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi cuaca ekstrem dan aktivitas ibadah yang padat tak urung menimbulkan tantangan kesehatan tersendiri bagi jamaah haji, termasuk dalam hal kesehatan jiwa.

Data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menunjukkan, gangguan kejiwaan seperti stres akut dan gangguan penyesuaian menjadi salah satu diagnosis terbanyak yang dialami jemaah calon haji gelombang pertama sejak kedatangan awal Mei lalu.

Meski penyakit kronis seperti gangguan jantung, hipertensi, dan diabetes masih mendominasi daftar, kondisi mental para tamu Allah juga patut menjadi perhatian serius. Pasalnya, gejala gangguan kesehatan jiwa ini kerap muncul tanpa disadari dan bisa mengganggu kekhusyukan ibadah.

Perubahan lingkungan dan tekanan fisik jadi pemicu

Menurut dokter spesialis jiwa di KKHI Madinah dr. Kusufia Mirantri, Sp.KJ tekanan fisik yang berat, perubahan lingkungan yang drastis, kelelahan, serta perpisahan sementara dari keluarga adalah faktor pemicu utama stres pada jemaah, terutama kelompok lanjut usia (lansia) dan mereka yang sudah memiliki kerentanan sebelumnya.

“Banyak jemaah, terutama lansia atau mereka yang memiliki kerentanan sebelumnya, mengalami kesulitan beradaptasi. Stres dan gangguan penyesuaian ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari gangguan tidur, kecemasan berlebihan, hingga gejala psikosomatis,” jelasnya, dikutip dari laman Sehat Negeriku

Kenali tanda-tanda awal gangguan mental

Deteksi dini menjadi kunci agar gangguan mental tidak berlarut-larut dan dapat segera ditangani. Menurut dr. Kusufia atau yang akrab disapa dr. Upi, ada beberapa gejala yang perlu dikenali oleh sesama jemaah, pendamping, atau keluarga:

1. Perubahan perilaku drastis

Misalnya, jemaah yang sebelumnya ramah dan aktif tiba-tiba menjadi mudah marah, menarik diri, atau menolak berinteraksi dengan orang lain.

2. Gangguan tidur (insomnia)

Sulit tidur, sering terbangun di malam hari, atau merasa lelah meski sudah tidur bisa menjadi sinyal adanya tekanan mental. Kurang tidur juga bisa memperburuk kondisi emosional dan daya pikir.

3. Kecemasan atau ketakutan berlebihan

Kecemasan ringan memang wajar di tempat asing, namun jika sampai takut keluar kamar, enggan ke masjid meski ditemani, atau panik di keramaian, itu perlu ditangani dengan serius.

4. Disorientasi terhadap tempat, waktu, dan orang

“Mereka bisa jadi tidak tahu sedang berada di mana, lupa hari atau tanggal, bahkan kesulitan mengenali teman serombongan atau pendampingnya,” ujar dr. Upi.

Gejala ini disebut disorientasi dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

5. Perubahan suasana hati yang ekstrem

Misalnya, tiba-tiba menangis tanpa alasan, marah karena hal kecil, atau mendadak sangat sedih setelah sebelumnya terlihat baik-baik saja.

Apa yang bisa dilakukan jika melihat tanda-tanda ini?

Langkah awal yang bisa dilakukan adalah mendekati jemaah dengan empati dan ketulusan. Dengarkan keluhannya, bantu mereka menyesuaikan diri, seperti menunjukkan cara menggunakan kamar mandi atau lift di hotel.

Namun, penting untuk tidak membuat penilaian sendiri.

“Jangan ragu untuk segera melaporkan kondisi tersebut kepada ketua rombongan atau Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) yang mendampingi. Mereka lebih kompeten untuk melakukan penilaian awal dan memberikan intervensi yang tepat, termasuk merujuk ke KKHI jika diperlukan,” tegas dr. Upi.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |