Liputan6.com, Jakarta Korban banjir menghadapi risiko tinggi terkena penyakit. Mulai dari penyakit kulit, diare, hingga infeksi virus.
Guna menjaga tubuh tetap sehat selama mengungsi, epidemiolog sekaligus ahli kesehatan lingkungan, dokter Dicky Budiman, PhD., membagikan beberapa tips, yakni:
- Gunakan air bersih atau air matang untuk dikonsumsi.
- Rajin cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
- Gunakan alas tidur kering dan pakaian bersih.
- Hindari bermain atau kontak langsung dengan air banjir.
“Laporkan ke petugas medis kalau ada gejala penyakit seperti demam, diare, batuk, sesak, dan luka infeksi,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com saat dihubungi pada Selasa (8/7/2025).
Dicky juga menyarankan pemerintah dan petugas untuk melakukan penyemprotan desinfektan dan penyemprotan larvasida di daerah pengungsian atau genangan. Selain itu, distribusikan perlengkapan kebersihan tubuh seperti sabun, pembalut, popok, dan disinfektan.
“Juga siapkan zona isolasi di pengungsian untuk kasus-kasus yang bergejala. Dan jangan lupa selalu berikan literasi tentang gejala penyakit yang wajib dilaporkan,” terang Dicky.
Pencegahan penyakit menjadi penting lantaran banjir adalah bencana hidrometeorologi rutin yang memicu potensi krisis kesehatan masyarakat.
Menurut Dicky, bencana ini harus diantisipasi dengan sangat serius. Terutama dengan adanya prediksi cuaca ekstrem oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sepekan ke depan dan curah hujan tinggi hingga Oktober.
“Banjir ini memicu wabah penyakit yang memperparah akses layanan kesehatan. Juga dapat memperburuk kondisi kelompok rentan jika tidak ditangani secara sistemik,” tegas Dicky.
Banjir setinggi hingga 170 cm merendam kawasan Jati Padang, Jakarta Selatan dan Kebun Pala, Jakarta Timur sejak Senin dinihari. Petugas damkar dan polisi terus mengevakuasi warga dan berjaga di lokasi.
Ragam Penyakit yang Berpotensi Muncul Saat Banjir
Dicky menjelaskan, penyakit yang mengancam masyarakat terdampak banjir adalah penyakit yang ditularkan melalui air dan sanitasi yang buruk. Misalnya diare akut, kolera, atau hepatitis A. Ini umumnya terjadi akibat kontaminasi air minum dan makanan.
“Selain itu, penyakit yang ditularkan oleh tikus, hantavirus ataupun leptospirosis, itu meningkat risikonya. Infeksi parasit dalam hal ini cacing, juga meningkat karena orang sering enggak pakai sandal misalnya.”
Tak henti di situ, penyakit lain yang bisa terjadi dalam situasi banjir adalah penyakit kulit dan luka yang terinfeksi, misalnya dermatitis kontak, infeksi jamur, luka bernanah. Ini bisa karena pakaian lembap dan luka terbuka yang terpapar air banjir.
Penyakit Pernapasan
Situasi bencana banjir juga bisa memicu kambuhnya penyakit pernapasan termasuk infeksi saluran napas akut (ISPA), pneumonia, dan asma.
“Umumnya (penyakit pernapasan) bisa kambuh terutama pada anak-anak dan lansia.”
“Selain itu, tentu penyakit yang sudah endemik di kita, COVID-19, influenza, tuberkulosis (TBC) pun akan mengalami peningkatan karena mereka dapat mudah menyebar di tempat pengungsian padat dengan ventilasi yang buruk.”
Di sisi lain, penyakit dengan vektor nyamuk juga dapat meningkat. Termasuk demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya karena banyaknya genangan air yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembangbiak.
Potensi Gangguan Kesehatan Mental
Tak hanya gangguan kesehatan fisik, banjir juga bisa memicu potensi gangguan kesehatan mental.
“Jangan dilupakan, ada potensi gangguan kesehatan mental dan psikologis terutama pada anak-anak dan orang-orang yang mengalami kehilangan akibat banjir ini.”
“Selain itu, jangan lupa ada penyakit non menular yang bisa terjadi, antara lain pada para komorbid, pengidap hipertensi, diabetes, atau gagal ginjal yang mungkin mereka tidak bisa beristirahat, tidak bisa mengakses obat, atau perawatan rutin,” pungkas Dicky.