Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta mencatat kasus HIV pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 439 kasus hingga Maret 2025. Ini adalah 1,1 persen dari total kasus HIV positif yang ditemukan di Jakarta.
“Jumlah tersebut merupakan pasien yang masih tercatat dalam pengobatan secara rutin di layanan di DKI Jakarta hingga bulan Maret 2025,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, dr. Ovi Norfiana kepada Health Liputan6.com saat dihubungi pada Sabtu (21/6/2025).
Ovi menambahkan, seluruh kasus HIV yang ditemukan akan dilakukan pengobatan secara adekuat di layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV.
“Jakarta sendiri memiliki 160 layanan pengobatan HIV yang tersebar di 5 Kota dan 1 Kabupaten, yang terdiri dari 103 rumah sakit (RS), 44 Puskesmas, 13 klinik swasta dan Lapas rutan. Hal ini diupayakan agar dapat mendekatkan akses pengobatan kepada pasien HIV di semua usia,” jelas Ovi.
Guna menekan angka ini, Dinkes DKI sejak tahun 2022 telah memiliki kegiatan strategis daerah bersama dengan beberapa dinas terkait. Salah satunya adalah Dinas Pendidikan yaitu untuk melakukan edukasi dan skrining terintegrasi kepada siswa didik dengan berbagai jenjang dari tingkat SD hingga SMU.
“Dinkes DKI juga sudah melatih guru-guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk dapat memberikan informasi terkait HIV AIDS dan kesehatan reproduksi kepada siswa didiknya,” ujar Ovi.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan 2.700 kasus HIV pada remaja usia 15-19 tahun hingga Maret 2025. Sebanyak 2.700 remaja yang mengidap HIV memiliki latar belakang berbeda yakni pekerja seks, pengguna NAPZA suntik, transgender, dan lelaki seks lelak...
Kasus HIV pada Remaja di Indonesia
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan 2.700 kasus HIV pada remaja usia 15-19 tahun hingga Maret 2025.
“Faktanya, sampai Maret 2025, ada 2.700 remaja usia 15-19 tahun di Indonesia yang hidup dengan HIV,” mengutip Instagram Kemenkes, Kamis (19/6/2025).
Tingginya angka remaja yang mengidap HIV disebabkan beberapa hal, seperti:
- Minim terpapar informasi atau tak memiliki akses informasi.
- Tak mengetahui cara pencegahan HIV.
- Tidak memiliki kesadaran terhadap risiko perilaku seksual.
- Tak memiliki pengetahuan tentang HIV.
Sebanyak 2.700 remaja yang mengidap HIV memiliki latar belakang berbeda yakni pekerja seks, pengguna NAPZA suntik, transgender, dan lelaki seks lelaki (LSL).
“Siapapun bisa terinfeksi HIV, jauhi virusnya, bukan orangnya, cegah HIV dengan perilaku sehat dan tidak berisiko,” pesan Kemenkes.
Estimasi ODHIV di Indonesia
Dalam kesempatan lain, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dokter Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa HIV memang masih menjadi masalah di Indonesia.
“HIV sendiri masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat Indonesia. Data global 2023 menunjukkan, Indonesia menjadi negara pada urutan ke-14 di dunia dengan estimasi orang dengan HIV (ODHIV) tertinggi dan urutan ke-9 estimasi infeksi baru HIV tertinggi.”
Estimasi seluruh ODHIV yang ada di Indonesia baik pasien lama hingga pasien baru adalah 570.000 orang. Sedangkan estimasi infeksi baru HIV di Indonesia hingga 2023 adalah 28.000.
Sementara, data global terbaru yakni 2024 belum tersedia dan biasanya baru terbit pada pertengahan tahun atau sekitar bulan Juli, terang Ina.