Kemenkes: HIV dan IMS Itu bukan Masalah Moral tapi Kesehatan

5 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dokter Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa HIV dan infeksi menular seksual (IMS) itu bukan masalah moral melainkan masalah kesehatan.

“Sampaikan pesan anti stigma, tekankan, ini penting nih untuk disebarluaskan, HIV, IMS itu bukan masalah moral tapi masalah kesehatan,” kata Ina dalam temu media secara daring pada Jumat (20/6/2025).

“Ya seperti kita lihat, itu (HIV, IMS) bisa mengenai semua usia kok, dari usia nol sampai lansia. Jadi bisa mengenai seluruh lapisan masyarakat, populasi umum juga bisa. Itu adalah masalah kesehatan, siapapun orangnya (yang kena HIV, IMS) jangan kita hakimi,” imbaunya.

Sebelumnya, Ina menjelaskan bahwa penularan HIV tidak hanya lewat hubungan seksual tapi juga bisa dari jarum suntik atau penularan dari ibu ke anak. Dengan kata lain, tidak semua orang yang kena penyakit menular seksual adalah orang yang melakukan seks bebas.

Dalam beberapa kasus, bisa pula terjadi penularan dari pasangan. Misalnya seorang istri tertular HIV dari suaminya karena diam-diam sang suami kerap melakukan hubungan intim dengan pekerja seks komersial (PSK) yang merupakan kelompok kunci dan rentan HIV.

Penderita HIV/AIDS masih terus berjuang melawan stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap penyakit yang dideritanya. Sebagian orang masih mengangkat HIV/AIDS adalah penyakit yang menakutkan.

IMS bak Pintu Masuk untuk Virus HIV

Ina menjelaskan, IMS dapat menjadi faktor risiko penularan HIV. Luka atau peradangan pada area genital akibat IMS, seperti sifilis dapat membuka jalan bagi virus HIV untuk masuk ke dalam tubuh

Terdapat lebih dari 30 mikroorganisme penyebab IMS, delapan di antaranya memiliki insiden yang tinggi, yaitu: sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis, Hepatitis B, herpes simpleks, HIV, dan Human Papilloma Virus (HPV).

IMS pada perempuan mengakibatkan penyakit radang panggul yang mengakibatkan infertilitas, risiko kehamilan ektopik.

Sementara, IMS pada ibu hamil (bumil) dapat meningkatkan risiko kematian ibu akibat infeksi/sepsis setelah melahirkan. Sifilis pada bumil juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati, prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan sifilis kongenital yang menyebabkan kondisi disabilitas pada bayi.

“Mayoritas kasus IMS terjadi pada usia produktif yaitu 25-49 tahun. Selain itu, terjadi tren peningkatan kasus pada usia 15-19 tahun dalam 3 tahun terakhir. Perlu ada edukasi kesehatan reproduksi sejak dini yang mengutamakan upaya promotif dan preventif,” ucap Ina.

Angka Estimasi ODHIV di Indonesia per 2023

Ina menambahkan, sebetulnya HIV adalah bagian dari IMS, tapi memang dibahas secara terpisah.

“HIV sendiri masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat Indonesia. Data global 2023 menunjukkan, Indonesia menjadi negara pada urutan ke-14 di dunia dengan estimasi orang dengan HIV (ODHIV) tertinggi dan urutan ke-9 estimasi infeksi baru HIV tertinggi.”

Estimasi seluruh ODHIV yang ada di Indonesia baik pasien lama hingga pasien baru adalah 570.000 orang. Sedangkan estimasi infeksi baru HIV di Indonesia hingga 2023 adalah 28.000.

Sementara, data global terbaru yakni 2024 belum tersedia dan biasanya baru terbit pada pertengahan tahun atau sekitar bulan Juli, terang Ina.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |