Kata Kemenkes, Begini 8 Cara Efektif Sekolah Edukasi HIV ke Siswa

5 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebut angka HIV pada remaja capai 2.700 hingga Maret 2025.

Melihat angka tersebut, edukasi dan pencegahan di kalangan remaja menjadi semakin penting. Salah satu pihak yang memiliki peran strategis dalam hal ini adalah sekolah, sebagai lingkungan terdekat remaja setelah keluarga.

Menurut Juru Bicara Kemenkes, drg Widyawati, MKM., pihak sekolah dapat memperkuat edukasi HIV bagi siswa-siswinya melalui berbagai langkah berikut:

  1. Edukasi HIV yang benar dan komprehensif dan dikemas secara kreatif dan interaktif.
  2. Hindari miskonsepsi tentang penularan HIV.
  3. Hindari fear based campaign (kampanye berbasis ketakutan atau untuk menimbulkan rasa takut).
  4. Kembangkan pendekatan sebaya atau peer support termasuk edukasi dan konseling melalui pendekatan remaja atau kader kesehatan remaja.
  5. Mendorong sekolah untuk melibatkan keluarga termasuk peran serta masyarakat dalam edukasi terkait HIV.
  6. Manfaatkan bahan-bahan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang telah dikembangkan oleh stakeholder terkait termasuk dapat memanfaatkan modul pendidikan kesehatan reproduksi yang telah ada.
  7. Melatih tenaga pendidik agar memahami isu HIV dan kesehatan reproduksi sehingga dapat menjadi rujukan yang tepat khususnya apabila peserta didik membutuhkan informasi.
  8. Edukasi HIV dilakukan secara terintegrasi dalam mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, maupun layanan konseling di sekolah.

“Tekankan poin-poin penting dalam edukasi soal HIV di jalur sekolah,” kata perempuan yang akrab disapa Bu Wid kepada Health Liputan6.com saat dihubungi pada Kamis (19/6/2025).

Poin-poin yang dimaksud mencakup:

  • HIV dapat dicegah dengan ABCDE (Abstinence (tidak berhubungan seks), Be Faithful (setia pada satu pasangan), Condom (gunakan kondom), No Drug (jangan gunakan narkoba), dan Education (edukasi tentang HIV/AIDS)
  • Remaja Sehat, Remaja Hebat, Cegah HIV dengan Perilaku Hidup Sehat.
  • Berani tes HIV, status positif, patuh minum ARV dan tetap produktif.
  • HIV ada obatnya dan gratis.
  • Undetectable = Untransmittable/ Virus Tidak Terdeteksi = Tidak Menularkan HIV.
  • HIV tidak menularkan dengan berjabat tangan, berpelukan, berenang, tinggal serumah,
  • dan gigitan nyamuk termasuk berinteraksi atau bercakap-cakap.
  • HIV hanya menular melalui cairan darah, cairan vagina, cairan sperma dan ASI.

Penderita HIV/AIDS masih terus berjuang melawan stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap penyakit yang dideritanya. Sebagian orang masih mengangkat HIV/AIDS adalah penyakit yang menakutkan.

Apa Itu Pencegahan HIV dengan ABCDE?

ABCDE adalah salah satu cara yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam mencegah kasus HIV. Hal ini termasuk dalam upaya memperkuat edukasi pencegahan agar jangan sampai jumlah remaja yang terinfeksi HIV bertambah. Edukasi pencegahan dengan pengemasan kampanye ABCDE dijabarkan Wid, sebagai berikut:

A: Abstinence - Tidak melakukan hubungan seksual berisiko sebelum menikah.

B: Be Faithful - Ketika sudah menikah, setia pada satu pasangan.

C: Condom - Hanya untuk kelompok remaja berisiko seperti populasi kunci, untuk menggunakan kondom.  

D: Drugs - Tidak menggunakan NAPZA, terutama Narkoba melalui Jarum Suntik.

E: Education – Perkuat pencegahan melalui edukasi HIV yang benar dan komprehensif.

“Untuk remaja yang berisiko namun belum mengetahui status HIV, didorong untuk segera mengakses layanan tes HIV di Fasyankes terdekat. Hingga Maret 2025, Kemenkes telah memperluas dan mempermudah akses layanan tes HIV sukarela (VCT) dan konseling di 12.609 layanan tes HIV di 38 provinsi di Indonesia,” jelas Wid.

Bagi Remaja yang Telah Terinfeksi HIV

Bagi remaja yang telah terinfeksi HIV, didorong untuk patuh pengobatan ARV dan menggunakan kondom secara konsisten.

Kepatuhan dalam pengobatan ARV akan menghasilkan virus tersupresi hingga virus tidak terdeteksi.

Undetectable/ Virus Tidak Terdeteksi = Tidak Menularkan HIV, sehingga treatment as prevention (perawatan sebagai pencegahan) juga dapat dioptimalisasikan untuk mencapai Zero New Infection (nol infeksi baru).”

Remaja dengan HIV yang virusnya tidak terdeteksi tidak akan menularkan HIV kepada yang lain. Saat ini, telah tersedia 6.022 layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) di 38 provinsi di Indonesia.

“Dalam menangani kasus HIV, Kementerian Kesehatan tidak bekerja sendiri tetapi juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, BKKBN, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tujuannya agar program pencegahan HIV bisa masuk ke berbagai kegiatan yang dekat dengan remaja,” ujarnya.

2.700 Kasus HIV pada Remaja

Sebelumnya, Kemenkes melaporkan 2.700 kasus HIV pada remaja usia 15-19 tahun hingga Maret 2025.

“Faktanya, sampai Maret 2025, ada 2.700 remaja usia 15-19 tahun di Indonesia yang hidup dengan HIV,” mengutip Instagram Kemenkes, Kamis (19/6/2025).

Tingginya angka remaja yang mengidap HIV disebabkan beberapa hal, seperti:

  • Minim terpapar informasi atau tak memiliki akses informasi.
  • Tak mengetahui cara pencegahan HIV.
  • Tidak memiliki kesadaran terhadap risiko perilaku seksual.
  • Tak memiliki pengetahuan tentang HIV.

Sebanyak 2.700 remaja yang mengidap HIV memiliki latar belakang berbeda yakni pekerja seks, pengguna NAPZA suntik, transgender, dan lelaki seks lelaki (LSL).

“Siapapun bisa terinfeksi HIV, jauhi virusnya, bukan orangnya, Cegah HIV dengan perilaku sehat dan tidak berisiko,” pesan Kemenkes.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |