Kenali Gejala Pneumonia pada Anak: Bukan Sekadar Batuk, Cek Frekuensi Napas dalam 1 Menit

3 weeks ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mencegah berbagai penyebab penyakit pneumonia ini.

Selain pencegahan, yang tak kalah penting adalah bagaimana kita dapat mengenali dan mendeteksi pneumonia sejak dini.

Bagaimana Cara Mengetahui Anak Terkena Pneumonia?

Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi, dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), pneumonia pada anak sering kali terlihat seperti penyakit biasa, seperti selesma atau flu. Gejalanya antara lain demam, batuk, dan napas cepat.

"Hati-hati kalau pada anak dengan batuk, mesti dilihat apakah ini BBB atau bukan. BBB itu bukan batuk biasa. Kenapa bukan batuk biasa? Karena batuknya disertai dengan napas yang cepat, atau disertai dengan napas yang sesak," kata Wahyuni dalam sebuah diskusi media bersama MSD belum lama ini.

Jika anak mengalami gejala-gejala ini, perlu dicurigai bahwa itu bisa jadi tanda pneumonia. Lantas, yang harus diperhatikan?  Salah satunya adalah frekuensi pernapasan anak.

Wahyuni, mengatakan, kita dapat menghitung berapa kali anak bernapas dalam satu menit. Berikut adalah batasan frekuensi napas menurut pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):

  • Anak usia < 2 bulan: lebih dari 60 kali per menit
  • Anak usia 1-5 tahun: lebih dari 50 kali per menit
  • Anak usia > 5 tahun: lebih dari 40 kali per menit

Selain itu, perhatikan juga apakah ada sesak napas, yang bisa terlihat dari adanya tarikan dinding dada ke dalam saat bernapas. Ini adalah tanda bahwa anak mengalami kesulitan bernapas.

Pneumonia pada Anak Disebabkan Karena Apa?

Penyakit ini bisa merenggut nyawa satu anak setiap 43 detik, dan Indonesia masih termasuk negara dengan angka kematian tinggi akibat pneumonia.

Menurut Wahyuni, pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru, yang berperan penting dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang merusak jaringan paru-paru, mengganggu proses pernapasan, dan bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat.

Penyebab utama pneumonia pada anak adalah infeksi mikroorganisme, terutama bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebabkan 50 persen kasus, dan virus influenza B yang menyumbang 20 persen. Anak-anak lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang, sementara antibodi dari ibu menurun seiring waktu.

Bakteri Streptococcus pneumoniae dapat hidup di saluran pernapasan orang sehat dan menularkan infeksi tanpa gejala. Di Indonesia, sekitar 40-60 persen orang sehat membawa bakteri ini, meningkatkan risiko penularan. Vaksinasi menjadi langkah penting untuk mencegah pneumonia pada anak.

Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Pneumonia?

Pencegahan pneumonia pada anak dapat dimulai dengan memberikan ASI eksklusif hingga usia enam bulan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Imunisasi lengkap, termasuk vaksin pneumococcus dan influenza, juga sangat penting untuk mengurangi risiko pneumonia.

Vaksinasi melindungi anak dari penyakit yang dapat berkembang menjadi pneumonia, seperti campak, difteri, dan batuk rejan, serta mencegah komplikasi berat.

Selain itu, pengendalian polusi udara di rumah dan lingkungan sekitar sangat diperlukan. Menghindari asap rokok, memperhatikan etika batuk, serta mencuci tangan dengan benar dapat membantu mengurangi penyebaran pneumonia.

Vaksin PCV Paling Lambat Usia Berapa?

Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) menekankan bahwa vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) penting untuk mencegah pneumonia akibat bakteri pneumokokus pada anak-anak di Indonesia.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin ini sesuai jadwal untuk perlindungan optimal. Vaksin PCV diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dengan booster pada usia 12-15 bulan.

Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, vaksin diberikan dua dosis dengan jarak minimal satu bulan, dan booster pada usia 12-15 bulan. Anak usia 1-2 tahun yang belum divaksin diberi dua dosis dengan jarak minimal dua bulan.

Anak usia 2-5 tahun yang belum divaksin diberikan dua dosis PCV10 dengan jarak dua bulan, atau satu dosis PCV13 atau PCV15. Anak di atas 5 tahun dengan risiko tinggi disarankan mendapatkan satu dosis PCV13 atau PCV15.

Vaksin PCV15, yang diperkenalkan dalam jadwal imunisasi 2024, memberikan perlindungan lebih luas terhadap serotipe pneumokokus, termasuk serotipe 22F dan 33F. Orang tua harus memastikan anak-anak mendapatkan vaksin sesuai jadwal untuk mencegah pneumonia dan komplikasinya.

Petugas medis mengoperasikan teknologi robotik saat operasi reseksi hati di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Kamis (24/10/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |