Liputan6.com, Jakarta - Amel, siswi ceria dari Sekolah Khusus Mustika Tigaraksa, Tangerang, tampak duduk manis menanti sesuatu yang sudah dinantikannya sejak pagi: ayam goreng.
Hari itu, Senin, 28 April 2025, Amel dan tiga temannya --- Rifky, Dafa, dan Ica --- berkumpul di ruang kecil berukuran sekitar 3x3 meter untuk menerima jatah makan siang dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Bagi sebagian orang, ayam goreng mungkin hanya menu harian biasa. Tapi bagi Amel, anak berkebutuhan khusus autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), ayam goreng adalah kebahagiaan sederhana yang mampu membuat matanya berbinar.
"Aku nungguin ayam goreng," katanya polos saat berbincang dengan Health Liputan6.com. "Ayam goreng makanan favorit aku," tambahnya sembari tersenyum lebar.
Benar saja, ketika rantang berbahan stainless steel dibagikan, ekspresi wajah Amel berubah semringah.
"Yeay!" soraknya bahagia sebelum menyantap nasi putih, tumis buncis, ayam goreng, dan buah pisang. Menu seimbang yang disiapkan khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.
Program Makan Bergizi Gratis Pertama untuk Sekolah Khusus
Sudah hampir dua minggu program MBG ini berjalan di SKH Mustika Tigaraksa. Program ini menjadi terobosan karena untuk pertama kalinya, MBG hadir di sekolah khusus (SKH) bagi anak-anak penyandang disabilitas.
Inisiatif ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Grab-OVO yang berkolaborasi dengan Yayasan Indonesia Peduli Berkebutuhan Khusus (YIPB), Pemerintah Provinsi Banten, serta Tokoh Penggerak Disabilitas Nasional.
Selama satu tahun, program ini akan menjangkau 11 Sekolah Khusus (SKH), lebih dari 1.100 siswa berkebutuhan khusus, serta 200 lebih guru.
Tak hanya itu, delapan UMKM dan koperasi lokal juga turut diberdayakan untuk menyuplai makanan bergizi ini.
Menurut Tokoh Penggerak Disabilitas Nasional, Reda Manthovani, program MBG untuk anak berkebutuhan khusus ini memerlukan perhatian ekstra.
Mulai dari pendataan kebutuhan khusus setiap siswa --- seperti rendah garam, rendah gula, hingga alergi makanan tertentu --- semua diperhitungkan demi menjamin kualitas gizi dan keamanan.
"Kita tidak boleh sembarangan. Kalau ada tujuh anak yang tidak boleh banyak garam, maka tiap hari harus dipastikan menu mereka sesuai," ujar Reda menjawab pertanyaan Health Liputan6.com.
Dari Dapur hingga Rantang Harus Memenuhi Standar Kebersihan
Untuk memastikan standar kebersihan dan kualitas, semua pihak membentuk tim pemantau yang aktif melakukan inspeksi mendadak.
Proses pemantauan dilakukan mulai dari tempat belanja bahan baku di pasar, proses memasak di dapur mitra, hingga penyajian makanan ke rantang.
"Tim kami bahkan pernah datang subuh-subuh, jam 4 atau 5 pagi, demi memastikan proses belanja dilakukan dengan benar," kata Reda. Setiap harinya, satu porsi makanan disimpan sebagai sampel untuk keperluan pelacakan jika terjadi masalah.
Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan Tangsel pun turut dilibatkan dalam inspeksi berkala.
Teknologi sebagai Tulang Punggung Transparansi
Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi menjelaskan bahwa teknologi digital menjadi kunci dalam pengelolaan program MBG.
Proses pemesanan makanan oleh sekolah, pengantaran oleh mitra Grab, hingga pelaporan dilakukan secara digital agar akuntabel dan transparan. "Kami ingin semua proses program ini bukan hanya berjalan baik, tapi juga terukur, terawasi, dan dapat dipertanggungjawabkan," ujar Neneng.
Ketika Seporsi Makanan Menjadi Sebuah Kebahagiaan
Kembali ke ruang kecil di SKH Mustika Tigaraksa, Amel tak segan menghabiskan makanannya dengan lahap.
Ketika ditanya apakah dia ingin menambah, jawabannya spontan dan penuh antusias,"Mau!"
Sementara Rizky, bocah tunarungu di sebelahnya, masih menunggu rasa lapar datang. Guru mereka menjelaskan, Rizky memang memiliki kebiasaan makan hanya ketika dia merasa benar-benar lapar.
Daffa, meskipun sering terdistraksi, berhasil menghabiskan isi rantangnya.
Program makan bergizi gratis ini bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan nutrisi, tapi juga menciptakan momen bahagia yang membekas di hati anak-anak berkebutuhan khusus.
Kebahagiaan kecil seperti semangat Amel menyantap ayam goreng, adalah bukti bahwa perhatian terhadap kelompok rentan bisa membawa dampak besar.