Liputan6.com, Jakarta - Angin duduk merupakan istilah yang sering digunakan masyarakat untuk menggambarkan kondisi nyeri dada.
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. dr. Vito Damay, Sp.JP(K), M.Kes, AIFO-K, FIHA, FICA, FAsCC, angin duduk bukanlah istilah medis yang tepat, melainkan sebutan awam untuk angina pectoris. yakni kondisi ketika aliran darah ke otot jantung berkurang.
Penyebab angin duduk adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner yang memasok darah ke jantung. Kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi ini menimbulkan gejala nyeri dada yang bisa menyerupai tekanan, sesak, atau terbakar.
Lantas, apa yang dirasakan ketika kena angin duduk? Gejala angin duduk bisa sangat bervariasi pada setiap individu. Beberapa gejala umum meliputi nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, rahang, leher, atau punggung.
Gejala lainnya termasuk sesak napas, mual, pusing, keringat dingin, kelelahan, dan rasa gelisah. Angin duduk biasanya muncul saat aktivitas fisik, stres, atau setelah makan berat.
Penyebab gejala ini erat kaitannya dengan kondisi jantung yang tidak mendapatkan suplai darah cukup, dan menjadi tanda awal penyakit jantung koroner.
Angin Duduk Bukan Sekadar Masuk Angin Biasa
Lebih lanjut dr. Vito mengatakan bahwa banyak orang keliru menyamakan angin duduk dengan serangan jantung.
Padahal, penyebab angina adalah penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah koroner, sementara serangan jantung terjadi saat aliran darah benar-benar terhenti.
Memahami gejala dan istilah yang benar sangat penting untuk mencegah kesalahan dalam penanganan medis.
Penyakit Angin Duduk Disebabkan karena Apa?
Penyebab angin duduk paling umum adalah penyakit jantung koroner (PJK), yaitu penumpukan plak di arteri koroner. Faktor risiko meliputi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, obesitas, kurang olahraga, dan riwayat keluarga.
Selain itu, kondisi seperti spasme arteri koroner, anemia, penyakit katup jantung, dan hipertensi yang tidak terkontrol juga bisa menjadi penyebab. Semua kondisi ini dapat memicu gejala angin duduk yang mengganggu aktivitas harian.
Gejala angin duduk tak selalu berupa nyeri dada hebat. Beberapa orang menggambarkannya sebagai rasa ditekan atau panas di dada, yang bisa menjalar ke lengan, leher, atau rahang.
Kadang-kadang, gejalanya hanya berupa sesak napas, mual, atau kelelahan.
Perbedaan intensitas ini membuat banyak orang tidak menyadari bahwa penyebab keluhan tersebut adalah masalah serius pada jantung.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala angin duduk sejak dini.
Jika tidak ditangani, angin duduk bisa berkembang menjadi serangan jantung. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung benar-benar terputus, menyebabkan kerusakan permanen.
Gejala serangan jantung termasuk nyeri dada hebat dan berkepanjangan, keringat dingin, mual, dan pusing.
Penyebab kondisi darurat ini sering kali berawal dari angina yang diabaikan. Segera cari bantuan medis jika gejala angin duduk tidak membaik dengan istirahat.
Apakah Serangan Jantung Sama dengan Angin Duduk?
Seringkali angin duduk disalahartikan sebagai serangan jantung. Padahal, angina pectoris adalah peringatan dini adanya masalah jantung, bukan serangan jantung itu sendiri.
Penyebab angina adalah penyempitan pembuluh darah, sedangkan serangan jantung terjadi saat aliran darah benar-benar terhenti.
Gejala angin duduk biasanya mereda dengan istirahat atau obat, sementara nyeri serangan jantung cenderung lebih parah dan terus-menerus.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika angin duduk? Penanganan angin duduk bertujuan untuk mengurangi gejala nyeri dada dan mencegah komplikasi.
Ini bisa mencakup obat-obatan seperti nitrat, penghambat saluran kalsium, dan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, diet sehat, serta olahraga.
Dalam beberapa kasus, prosedur medis seperti angioplasti atau bypass jantung dibutuhkan.
Menghindari penyebab risiko seperti kolesterol tinggi, hipertensi, dan diabetes adalah langkah penting untuk mencegah gejala angin duduk muncul kembali.
Pemeriksaan rutin sangat disarankan untuk mendeteksi penyebab angin duduk sejak dini.
Dengan mengenali gejala angin duduk dan berkonsultasi dengan dokter, Anda dapat menghindari risiko serangan jantung.
dr. Vito Damay menyarankan agar masyarakat menggunakan istilah medis yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Jangan pakai istilah angin duduk," ujarnya. "Gunakan istilah medis agar penanganannya tidak keliru."