Peternakan Ramah Iklim Jadi Harapan Baru Kemandirian Susu Nasional

6 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Kemandirian susu nasional masih menghadapi tantangan besar. Produksi susu segar dalam negeri baru mencukupi sekitar 20 persen kebutuhan nasional, sementara sisanya bergantung pada impor.

Sebagian besar produksi ditopang oleh peternak kecil dengan kepemilikan hanya 2–4 ekor sapi. Dampak perubahan iklim turut memperburuk kondisi, mulai dari penurunan kualitas pakan hingga ketersediaan air.

Guna mengatasi hal ini, diluncurkan inisiatif pembangunan peternakan ramah iklim yang berkelanjutan dan produktif. Program ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor antara organisasi non-pemerintah, lembaga internasional, dan swasta.

Fokusnya adalah memperkuat ketahanan pangan sekaligus memberdayakan peternak lokal agar naik kelas menjadi peternak menengah, dengan target minimal 30 ekor sapi dan penerapan praktik peternakan cerdas iklim.

"Program ini akan menjadi model penting pengembangan peternakan modern di Indonesia," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian RI, Dr. drh. Nuryani Zainuddin, M.Si.

Frisian Flag Indonesia Siap Bangun Climate Smart Demo Farm

Peternakan ramah iklim atau Climate Smart Demo Farm akan dikembangkan di wilayah koperasi mitra yang tersebar di Pulau Jawa.

Pada tahap awal, program ini akan membangun sembilan peternakan percontohan yang dilengkapi dengan pelatihan intensif dan teknologi modern.

Fokus utama program mencakup efisiensi penggunaan air, pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, serta peningkatan produktivitas sapi perah.

Lebih dari sekadar proyek pembangunan, inisiatif ini menjadi bukti pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam menjawab tantangan perubahan iklim dan krisis ketahanan pangan.

Sinergi antara sektor publik, swasta, dan mitra pembangunan internasional diharapkan menghasilkan solusi konkret yang berdampak luas.

"Program ini mencerminkan bagaimana sinergi positif dapat menghasilkan solusi nyata atas tantangan global seperti ketahanan pangan dan perubahan iklim," ujar Agriculture Counselor Kedutaan Besar Belanda di Indonesia, Joost van Uum.

Peternakan Ramah Iklim Berperan dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat

Nilai investasi awal program ini mencapai hampir 1 juta euro atau sekitar Rp18,8 miliar, dengan waktu pembangunan sekitar 2 hingga 3 tahun.

Ke depannya, program ini ditargetkan berkembang hingga mencakup 100 peternakan cerdas iklim di berbagai wilayah Indonesia dengan total nilai mencapai ratusan miliar rupiah.

Selain meningkatkan produktivitas, pendekatan peternakan ramah iklim juga berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat.

Susu sebagai sumber protein hewani sangat dibutuhkan, dan peningkatan produksi lokal menjadi langkah penting menuju ketahanan gizi.

"Proyek ini dirancang sebagai program unggulan untuk menjawab tantangan ketahanan pangan, gizi, serta isu lingkungan. Kami ingin mendukung pemberdayaan peternak lokal dan memperkuat sektor pangan nasional," kata Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro.

Penerapan praktik peternakan berkelanjutan penting untuk menghadapi dampak perubahan iklim seperti kualitas pakan menurun dan keterbatasan air.

Dengan teknologi dan pendampingan yang tepat, peternak kecil bisa tumbuh lebih kuat secara ekonomi dan sosial, mendukung kemandirian susu nasional.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |