Penyakit Virus Hanta, Zoonosis yang Disebarkan Hewan Pengerat Seperti Tikus

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Belakangan, 8 kasus virus Hanta ditemukan di Indonesia dan telah ditangani dengan baik. Termasuk kasus yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Terkait virus Hanta, dokter hewan Ayu Pradipta Pratiwi memberi penjelasan. Menurutnya, penyakit virus Hanta adalah salah satu penyakit zoonosis berbahaya yang disebarkan oleh rodensia alias hewan pengerat seperti tikus.

“Penyebab penyakit virus Hanta adalah virus dari genus Orthohantavirus. Tikus dan curut menjadi reservoir utama penyakit ini. Jenis tikus yang terkonfirmasi sebagai reservoir virus Hanta di Indonesia adalah Rattus norvegicus (tikus got) dan  R.tanezumi (tikus rumah),” jelas Ayu mengutip laman Ayosehat, Sabtu (21/6/2025).

Jenis tikus lain yang menjadi reservoir adalah R. tiomanicus (tikus belukar), R.exulans (tikus ladang), R. argentiventer (tikus sawah), Mus musculus (mencit rumah), Bandicota indica (tikus wirok), dan Maxomys surifer.

Keberadaan dan sebaran Orthohantavirus pada reservoir di Indonesia telah dilaporkan di berbagai wilayah dan habitat di Indonesia. Tikus yang terkonfirmasi sebagai reservoir virus Hanta merupakan jenis tikus yang dapat ditemukan di lingkungan rumah, sawah, ladang, hingga hutan. 

Penularan penyakit virus Hanta terjadi melalui kontak langsung dengan reservoir utama, ekskresinya (saliva, urine, feses) yang mengenai luka pada kulit atau membrane mukosa pada mata, mulut, dan hidung. Bisa pula secara aerosol (debu atau partikel halus yang terkontaminasi). Hingga saat ini, penularan antar manusia belum pernah terlaporkan.

Kaca pleksi atau "plexiglass" kini menyekat berbagai ruangan dalam kenormalan baru, sebagai upaya pemilik usaha mencegah penularan virus korona. Tapi sejauh mana kaca penyekat ini efektif meredam pandemi? Menurut sejumlah peneliti, ini banyak tergant...

8 Kasus Baru Virus Hanta di Indonesia

Belakangan, ada 8 kasus virus Hanta tipe Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) hingga 19 Juni 2025.

Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aji Muhawarman, kasus ini ditemukan di empat provinsi yakni Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.

Kabar baiknya, semua dinyatakan sudah sembuh. Termasuk satu kasus yang ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada 20 Mei 2025 di RSUP dr. Hasan Sadikin.

"Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi dan pengendalian vektor oleh Kemenkes, Labkesmas Jakarta, Dinkes Provinsi Jabar, Dinkes KBB, Puskesmas Ngamprah, Perangkat Desa Bojongkoneng," kata Aji pada Kamis, mengutip Antara.

Gejala Penyakit Virus Hanta

Lebih lanjut, Ayu menjelaskan, penyakit virus Hanta sendiri menyebabkan dua macam gejala klinis, yaitu Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS).

Tipe HFRS tersebar luas di dunia, terutama di wilayah Eropa dan Asia, dengan masa inkubasi 1-2 minggu dan angka kematian 5-15 persen, sedangkan tipe HPS hanya ditemukan di Benua Amerika, dengan masa inkubasi berkisar 14 – 17 hari dan angka kematian 60 persen.

Strain Seoul Virus (SEOV) penyebab tipe HFRS menjadi strain virus yang paling sering ditemukan di Indonesia. Strain ini menyebabkan manifestasi klinis sedang, di antaranya demam, sakit kepala, nyeri punggung dan perut, mual, kemerahan pada mata, dan ruam.

Pada tahap lebih lanjut, dapat terjadi oliguria dan anuria, perdarahan sistem pencernaan, gangguan sistem pernapasan dan sistem saraf.

Bagaimana Mencegah Penularan Virus Hanta?

Pencegahan utama penyakit virus Hanta adalah menghindari kontak manusia dan hewan pengerat, serta mengendalikan jumlah hewan pengerat di lingkungan rumah. Beberapa pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah:

  • Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
  • Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) (masker, sarung tangan, dan alas kaki) ketika membersihkan rumah dan lingkungan yang dilalui hewan pengerat.
  • Membersihkan kotoran, urine, dan sekreta lain dari tikus dengan disinfektan.
  • Tidak menyentuh hewan pengerat secara langsung baik yang hidup atau mati. Apabila kontak dengan hewan pengerat, gunakan desinfektan dan APD lengkap.
  • Melakukan pengelolaan sampah dengan benar
  • Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (40-60 detik) atau menggunakan cairan antiseptik (20-30 detik).

“Penyakit virus Hanta di Indonesia perlu diantisipasi mengingat jenis reservoir yang ditemukan cukup beragam dan tersebar di berbagai tipe habitat.” 

“Penyakit ini dapat berpotensi menyebabkan suatu wabah apabila reservoirnya tidak dikendalikan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dari lingkungan terkecil kita, yaitu lingkungan rumah,” pungkas Ayu.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |