Ciri-Ciri Anjing Stres, Bisa Terlihat dari Perilaku yang Berubah

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Tak hanya manusia, hewan peliharaan seperti anjing juga bisa mengalami stres. Meski tak bisa menyampaikan perasaannya secara verbal, perubahan perilaku anjing bisa menjadi sinyal penting yang tak boleh diabaikan.

Pakar Genetika Ekologi dari IPB University, Profesor Ronny Rachman Noor mengatakan bila anjing tidak mau makan dan kerap menangis bisa jadi tanda ia stres.

“Jika anjing peliharaan tampak tidak mau makan, menggonggong, merengek, menangis serta terkadang dia tidak mau buang air, kita harus mulai waspada karena ada kemungkinan ia mengalami stres,” ujar Ronny mengutip laman resmi IPB.

Ronny memberi contoh ketika anjing dititipkan kepada pengasuh, lalu anjing kerap terlihat ingin kabur. “Perubahan perilaku ini dapat diterjemahkan sebagai salah satu bentuk stres yang dialami hewan tersebut,” jelas Ronny.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa ikatan batin antara anjing dan pemiliknya berupa simbiosis mutualisme menjadi kunci kebahagiaan keduanya.

“Dalam hal ini anjing dan binatang peliharaan lainnya tidak sekedar berfungsi sebagai binatang peliharaan untuk memenuhi hobi pemiliknya semata. Saat ini, mereka sudah berupa menjadi sahabat dan menjadi bagian dari keluarga pemiliknya,” jelas Ronny.

Jenis Anjing yang Rentan Stres

Dalam kesehariannya, ada anjing ras jenis tertentu yang lebih rentan terhadap stres seperti Border Collies, Australian Shepherds, German Shepherds, Labrador Retrievers, dan Cavalier King Charles Spaniels. 

“Jenis anjing ini termasuk kelompok cerdas dan memiliki ikatan kuat dengan pemiliknya. Karena itu, mereka lebih rentan mengalami stres ketika ditinggalkan dibandingkan jenis anjing lainnya,” paparnya.

Dari segi perilaku pun sangat berbeda. Anjing domestik yang dipelihara saat ini lebih banyak menggantungkan kehidupannya pada manusia termasuk makanan, minuman, tempat tinggal, pengobatan dan lainnya.

Jumlah Anjing yang Stres Terus Meningkat

Ronny mengungkap, studi di Amerika menunjukkan masalah perilaku anjing meningkat 10 kali lipat dalam periode 2010-2020. Di Australia, penggunaan antidepresan seperti fluoxetine untuk anjing juga meningkat, menandakan semakin banyak anjing yang mengalami depresi.

Data empiris juga menunjukkan, seiring berjalannya waktu, semakin banyak anjing yang mengalami masalah perilaku seperti berubah menjadi agresif, cemas, dan perilaku menyimpang lainnya yang dideteksi di berbagai klinik hewan.

“Peningkatan jumlah anjing yang bermasalah ini mengkhawatirkan karena data tersebut baru berasal dari anjing yang dibawa ke klinik hewan. Jadi, bukan tidak mungkin masalah stres pada anjing merupakan fenomena gunung es. Karena itu, perlu mendapat perhatian serius, termasuk dampak negatif penggunaan antidepresan pada anjing,” tuturnya.

Cara Mengatasi Anjing Stres

Sebagaimana manusia, anjing memiliki memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda. Apabila keinginan dan kebutuhannya tidak dimengerti dan tidak dipenuhi oleh pemiliknya, anjing akan mengalami frustrasi.

Jika dipaksakan beradaptasi dengan keinginan dan gaya hidup pemilik, anjing akan mengalami stres. Jika tidak diatasi dengan tepat, stres ini dapat berujung pada depresi yang berdampak pada perilaku, kesehatan, dan kualitas hidupnya.

“Apabila pemilik tidak memahami akar permasalahan, mereka mungkin meminta klinik hewan untuk memberi anjingnya antidepresan. Untuk mengatasi hal ini, pemilik harus memahami keinginan dan kebutuhan anjing,” ujar Ronny.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengurangi stres pada anjing peliharaan, misalnya lebih sering mengajak anjing jalan-jalan, mengubah suasana lingkungan pemeliharaan, dan memberikan pelatihan yang membuat anjing lebih senang.

“Intinya, perbaikan hubungan antara pemilik dan anjingnya menjadi pilihan pertama dibandingkan dengan memberi antidepresan. Jika pemilik dapat memahami dan memenuhi ‘orientation goal’ anjing peliharaannya, maka anjing akan bahagia” tutup Ronny.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |