Indonesia Siap Pimpin Dunia dalam Perang Melawan Kusta dan Stigma

9 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjadi pemimpin global dalam upaya eliminasi kusta sekaligus menghapus stigma terhadap para penyintas. Komitmen ini disampaikan dalam pertemuan internasional yang berlangsung di Bali, hasil kerja sama antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Sasakawa Health Foundation. 

Pertemuan tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin; WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa; serta perwakilan organisasi internasional, akademisi, pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, dan komunitas penyintas kusta (OYPMK). 

"Kusta bukan sekadar persoalan angka kasus. Kusta adalah penyakit yang membawa stigma dan diskriminasi. Karena itu, kita perlu langkah luar biasa agar Indonesia segera mencapai nol kusta, nol disabilitas, dan nol stigma," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 8 Juli 2025.

Lima Strategi Percepatan Eliminasi Kusta

Dalam forum tersebut, Kementerian Kesehatan memaparkan lima langkah strategis percepatan eliminasi kusta di Indonesia yang akan dijalankan hingga 2030:

  1. Perluasan wilayah eliminasi dari 42 menjadi 111 kabupaten/kota.
  2. Skrining masif di lima kabupaten prioritas mulai Juli 2025, yakni Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Brebes, Kota Jayapura, dan Kabupaten Sampang.
  3. Skrining risiko tinggi sindrom hipersensitivitas Dapsone, terutama di Papua, Maluku, dan Sulawesi.
  4. Penguatan akses pengobatan Multi Drug Therapy (MDT) secara merata.
  5. Partisipasi aktif dalam riset vaksin kusta dan uji klinis internasional.

Langkah-langkah ini diharapkan mampu mempercepat capaian target eliminasi kusta nasional dan mendukung agenda global untuk penghapusan total penyakit ini.

Dukungan Internasional dan Kepemimpinan Indonesia

Yohei Sasakawa, tokoh yang telah lebih dari 50 tahun mendedikasikan hidupnya untuk eliminasi kusta, memberikan apresiasi terhadap komitmen Indonesia. Dia menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam penanganan penyakit tropis terabaikan ini. 

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Menkes Budi atas komitmen yang luar biasa. Indonesia adalah negara besar dengan tantangan geografis yang kompleks. Namun, saya percaya, dengan kerja sama semua pihak, mimpi menuju Indonesia bebas kusta bukanlah sesuatu yang mustahil," kata Sasakawa.

Pria 86 tahun ini juga menambahkan bahwa penghapusan kusta bukan hanya soal medis, tetapi juga perjuangan sosial melawan stigma yang masih kuat di masyarakat.

"Saya telah mengunjungi 125 negara untuk mendorong penghapusan kusta. Saya yakin Indonesia memiliki kapasitas, semangat, dan kemauan politik yang kuat untuk menjadi teladan global dalam eliminasi kusta," ujarnya.

Tantangan Masih Besar

Meski angka kasus baru kusta terus menurun, Indonesia masih menempati posisi ketiga dengan beban kasus kusta tertinggi di dunia setelah India dan Brasil. Salah satu tantangan utama adalah keterlambatan diagnosis dan masih kuatnya diskriminasi terhadap OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta).

"Masih banyak OYPMK yang kesulitan mengakses pekerjaan, pendidikan, bahkan layanan kesehatan karena stigma. Inilah yang harus kita ubah bersama," kata Menkes Budi.

Kemenkes RI juga berkomitmen memperkuat jejaring layanan kusta di tingkat primer, termasuk pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk diagnosis dini dan pendampingan berbasis komunitas. 

"Indonesia tidak hanya ingin mengejar target nol kasus, tapi juga memastikan tidak ada lagi diskriminasi terhadap penyintas kusta. Kita ingin pulihkan martabat mereka," kata Budi Gunadi Sadikin. 

Dengan komitmen lintas sektor dan dukungan internasional, Indonesia siap memainkan peran penting dalam mengakhiri penyakit kusta, baik sebagai masalah kesehatan maupun sosial. 

Read Entire Article
Helath | Pilkada |