Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tidak terpukau oleh penampilan bintang Korea Selatan yang tinggi, rupawan, dan cerdas? Ternyata, anak-anak Indonesia pun punya peluang yang sama untuk tumbuh tinggi, sehat, dan pintar.
Namun, perlu diingat, semua itu bukan hasil sulap, melainkan proses panjang yang dimulai sejak dalam kandungan. Kuncinya terletak pada pemenuhan nutrisi yang cukup dan tepat selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
"Anak Indonesia bisa kok tinggi, rambutnya bagus, kulitnya sehat, bahkan cerdas seperti bintang Korea. Tapi semua itu proses. Kuncinya dimulai sejak pembuahan, selama kehamilan, hingga usia dua tahun," kata Dokter Spesialis Kebidanan, Konsultan Fertilitas & Reproduksi, dr. Boy Abidin, Sp.OG(K), dalam diskusi media "The Science Behind: Self Care" belum lama ini.
Periode 1.000 HPK adalah masa krusial dalam pembentukan otak, organ, dan sistem tubuh anak.
Jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi selama fase ini, anak berisiko mengalami stunting, gangguan kecerdasan, serta penyakit tidak menular di usia dewasa seperti hipertensi, diabetes, hingga penyakit jantung.
"Ratusan hingga ribuan sel otak terbentuk setiap hari dalam periode ini. Jika gizinya kurang, dampaknya bisa berlangsung seumur hidup," kata dr. Boy.
Intervensi Nutrisi = Investasi Jangka Panjang
Berbagai studi membuktikan bahwa nutrisi selama 1.000 HPK sangat memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan, termasuk dari sisi kesehatan, pendidikan, hingga produktivitas kerja.
dr. Boy menjelaskan bahwa intervensi gizi juga berperan besar dalam mengurangi beban biaya kesehatan nasional dan meningkatkan kualitas SDM bangsa.
Dengan kata lain, pemenuhan nutrisi sejak dini bukan hanya soal pertumbuhan fisik, tapi juga strategi pembangunan manusia yang berdampak langsung pada ekonomi negara.
Salah satu tantangan besar di Indonesia adalah kurangnya perhatian pada mikronutrien penting bagi ibu hamil.
Padahal, kata dr. Boy, kekurangan zat gizi mikro bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti anemia, preeklampsia, hingga cacat tabung saraf pada janin. Nutrien penting yang wajib diperhatikan:
- Asam folat aktif (metafolin): untuk pembentukan otak dan sumsum tulang belakang bayi.
- Zat besi: mencegah anemia, mendukung produksi hemoglobin.
- Kalsium dan vitamin D: pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
- DHA: mendukung perkembangan otak dan penglihatan.
- Vitamin A: menjaga kesehatan mata dan kulit.
- Zinc: penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.
"Ibu yang mampu mengendalikan asupan nutrisinya berarti sedang berinvestasi dalam kesehatan terbaik untuk anaknya," kata dr. Boy.
Siapa Bilang Anak Indonesia Tidak Bisa seperti Bintang Korea
Menurut dr. Boy, banyak orang terlalu fokus pada hasil akhir, tanpa memahami proses panjang di baliknya.
Penampilan fisik dan kecerdasan masyarakat Korea, Jepang, dan Thailand adalah hasil dari intervensi gizi dan gaya hidup sehat yang dilakukan secara konsisten antar generasi.
"Kalau mau generasi Indonesia punya kualitas seperti itu, kita harus mulai dari sekarang. Hasilnya memang tidak instan, tapi 10–20 tahun lagi akan lahir generasi baru yang unggul," ujarnya.
Sayangnya, stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia. Lebih dari sepertiga anak Indonesia masih mengalami stunting, bahkan di kota-kota besar. Ini membuktikan bahwa masalah gizi tidak hanya terjadi di pelosok, tetapi juga di lingkungan urban yang tampak 'maju'.
"Coba lihat lingkungan sekitar, tetangga, bahkan keluarga sendiri. Masalah gizi itu masih nyata. Ini bukan cuma soal tinggi badan, tapi menyangkut kualitas hidup anak," kata dr. Boy.
Edukasi Nutrisi Harus Dimulai Sejak Remaja
Banyak perempuan baru menyadari pentingnya nutrisi saat sudah hamil. Padahal, proses pembentukan sistem saraf janin dimulai sejak hari pertama pembuahan.
"Pasien saya sering baru datang saat usia kehamilan 6 minggu, padahal masa krusial sudah dimulai sejak hari pertama. Artinya, edukasi harus dimulai sejak remaja, terutama remaja putri," kata dr. Boy.
Self-care bagi perempuan idealnya mencakup pemahaman tentang kesehatan reproduksi, gizi, dan gaya hidup sehat. "Bukan sekadar merawat penampilan fisik," ujarnya.
Pemerintah telah meluncurkan berbagai program edukasi terkait 1.000 HPK, tapi keberhasilan program ini sangat bergantung pada kesadaran dan peran aktif keluarga.
"Kalau mau mewujudkan Indonesia Emas 2045, harus dimulai dari sekarang: dari rahim ibu, dari nutrisi yang benar, dan dari kesadaran orang tua," pungkas dr. Boy.