Liputan6.com, Jakarta Peneliti utama nasional kandidat vaksin tuberkulosis M72/AS01E, Profesor Erlina Burhan membantah isu yang menyebut uji klinik fase 3 vaksin itu di Indonesia adalah bagian dari konspirasi global untuk merugikan negara ini.
Sebelumnya, beredar isu Indonesia dijadikan kelinci percobaan. Lalu, ada juga yang menyebut bahwa penyuntikan terhadap 20 ribu partisipan dalam uji klinik fase 3 vaksin TBC M72 merupakan bagian dari konspirasi global untuk membunuh masyarakat Indonesia.
Dengan tegas Erlina mengatakan hal tersebut tidak benar
"Wah, ini saya harus menerangkan (kalau) enggak betul itu. Jelas enggak betul bila ada pendapat seperti itu," kata Erlina dalam video yang diunggah di Instagram Kemenkes RI ditulis Minggu, 11 Mei 2025.
Erlina mengatakan bahwa uji klinik tahap tiga yang dilakukan di Indonesia serta 4 negara lainnya merupakan bagian dari proses riset ilmiah. Di Indonesia ada 2.095 orang yang menjadi partisipan dari total 20 ribu orang yang terlibat di uji klinik fase 3.
Untuk bisa mencapai fase tiga, vaksin yang mulai dikembangkan pada 2000-an awal ini telah melawati fase sebelumnya. Termasuk fase 2b yang menunjukkan hasil menjanjikan dimana memberikan perlindungan 50 persen terhadap partisipan usia dewasa selama 3 tahun.
Lebih lanjut, Erlina menjelaskan bahwa di setiap tahapan pengujian itu dipantau oleh banyak pihak. Termasuk World Health Organization (WHO).
"Tahapan-tahapannya itu sangat dipantau, bukan saja oleh negara Indonesia tapi juga oleh dunia, karena penelitian ini dilakukan di banyak negara, sifatnya global," kata Erlina.
Dalam penelitian di Indonesia, seluruh pelaksanaan uji klinik diawasi secara ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global.
Indonesia Beruntung Bisa Terlibat Dalam Penelitian Ini
Indonesia mulai terlibat dalam penelitian pengembangan kandidat vaksin TBC M72 ini pada uji klinik fase 3. Menurut Erlina, Indonesia beruntung bisa terlibat dalam penelitian ini.
"Jadi, sebetulnya beruntung sekali Indonesia bisa ikut, terlibat dalam penelitian vaksin TB ini," tuturnya.
Apalagi Indonesia punya banyak ilmuwan serta infrastruktur kesehatan yang siap mendukung penelitian. Sehingga, keterlibatan Indonesia dalam penelitian ini bukan sekadar ikut-ikutan tapi jadi bagian penting dari tim riset internasional.
"Ini adalah bukti bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam penelitian global untuk melawan TB. Kita bukan cuma penonton, tapi pemeran utama," kata Erlina dalam cuitan di akun X pribadinya.
Belum Ada Vaksin TBC Dalam 1 Abad Terakhir
Saat ini, memang sudah ada vaksin tuberkulosis bernama BCG. Vaksin yang diciptakan pada 1920-an ini berfungsi dalam melindungi anak-anak dari bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit tuberkulosis.
Sayangnya, seratus tahun lebih berlalu dari temuan vaksin BCG, belum ada vaksin yang bisa melindungi remaja dan orang dewasa dari TBC.
"Makanya kami para peneliti Indonesia, periset Indonesia sangat bersemangat untuk bisa ikut terlibat dalam (penelitian vaksin ini. Mudah-mudahan kalau hasilnya bagus, manfaatnya akan banyak sekali untuk bangsa kita," tutur Erlina.
Kasus TBC di Indonesia
Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis terbanyak nomor dua di dunia setelah India.
Dokter spesialis penyakit paru di RS Persahabatan Jakarta ini menyebutkan tiap tahunnya ada sekitar satu juta kasus baru tuberkulosis. Dengan angka kematian cukup tinggi yakni sekitar 125.000 - 130.000 tiap tahunnya.
"Maka setiap jam ada 15 orang meninggal di Indonesia karena tuberkulosis. Banyak kan," papar Erlina.