Liputan6.com, Jakarta Cakupan imuniasi di Indonesia tak lepas dari peran kader kesehatan yang memberikan edukasi dari pintu ke pintu. Pendekatan berbasis masyarakat dalam hal ini kader kesehatan membuat ayah atau ibu lebih yakin ketika yang memberikan informasi adalah sosok tetangga yang dikenal.
Salah seorang ibu asal desa di Bogor, Herawati, mengungkapkan setelah mendapatkan edukasi dari kader kesehatan yang terlibat dalam program Keluarga SIGAP ia tahu apa yang harus dilakukan bila anak demam usai divaksinasi.
“Setelah mengikuti program ini, kami jadi tahu bahwa imunisasi tidak seseram yang kami kira," kata Herawati.
Ia mengatakan seperti kebanyakan orangtua, dirinya khawatir anak demam usai divaksinasi. Ternyata jika anak demam ringan usai imunisasi, keesokan harinya biasanya hilang dan kembali ceria.
"Itulah kenapa saya dan suami merasa yakin bahwa melengkapi imunisasi anak kami akan memberikan perlindungan terbaik baginya," kata Herawati.
Para kader kesehatan yang ditemui Herawati merupakan bagian dari Keluarga SIGAP yang menerapkan pendekatan berbasis masyarakat. Lewat program ini para kader berfokus untuk memberikan edukasi pada tiga aspek yang bermanfaat bagi kesehatan: mencuci tangan pakai sabun, imunisasi tepat waktu dan peningkatan gizi (termasuk pemberian ASI eksklusif di enam bulan pertama).
Peningkatan Cakupan Imunisasi dan Cuci Tangan
Penerapan pendekatan berbasis masyarakat yang mana kader kesehatan di sini menjadi ujung tombak memperlihatkan dampak nyata.
Salah satunya, peningkatan cakupan vaksin PCV 1 (Pneumococcal Conjugate Vaccine) di lokasi percontohan yakni Kabupaten Bogor dan Kabupaten Banjar.
Cakupan vaksin PCV1 yang awalnya 28% tapi setelah kehadiran program in menjadi 64%.
Lalu, kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada anak meningkat dari 50% menjadi 81%.
Praktik-praktik gizi juga telah meningkat. Proporsi anak-anak yang menerima makanan dengan lebih dari lima kelompok makanan meningkat sebesar 11%. Hal ini mengindikasikan keragaman makanan yang lebih baik.
Persetujuan terhadap rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama-tanpa air putih pun naik dari 90% menjadi 94%.
Alokasi Dana Desa untuk Keberlanjutan Program
Program Keluarga SIGAP diprakarsai diprakarsai GAVI, Unilever, Lifebuoy dan The Power of Nutrition. Namun, pemerintah desa melihat dampak nyata dari program ini pun kini mulai terlibat. Dimana dana desa terlibat dalam mempertahankan dan memperluas inisiatif SIGAP di tingkat lokal.
“Pembelajaran dari program SIGAP juga dirasakan di tingkat desa. Beberapa desa bahkan sudah mulai mengalokasikan dana desa untuk keberlanjutan program ini hingga tahun 2025,"kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Bogor, Intan Widayati dalam keterangan tertulis.
Menurut Analis Kebijakan Ahli Madya di Kementerian Desa, Sappe Sirait, peraturan saat ini memungkinkan bila dana desa digunakan untuk mendukung layanan kesehatan dasar. Ia merujuk pada Permendesa PDT No. 2/2024 difokuskan antara lain untuk penanganan kemiskinan ekstrem dan ketahan pangan. Selain itu juga dapat digunakan untuk inisiatif pemberdayaan masyarakat.
“Kader-kader desa dapat dilatih untuk layanan dasar kesehatan dengan menggunakan dana tersebut," kata Sappe.
Program Keluarga SIGAP Bakal Diperluas
Menyusul keberhasilan program percontohan, inisiatif Keluarga SIGAP bakal diperluas.
Berdasarkan serangkaian kriteria dan konsultasi dengan pemerintah pusat dan daerah, tiga kabupaten telah dipilih untuk fase perluasan: Banjar (Kalimantan Selatan), Brebes (Jawa Tengah), dan Sukabumi (Jawa Barat).
Perluasan program bertujuan untuk melindungi lebih dari 1 juta anak dari penyakit yang dapat dicegah. Target awal menjangkau setidaknya 100.000 anak selama fase perluasan.