Liputan6.com, Jakarta - Paus Leo XIV, yang memiliki nama asli Robert Francis Prevost, resmi mencatat sejarah sebagai paus pertama asal Amerika Serikat dan juga anggota pertama Ordo Agustinus yang memimpin Gereja Katolik Roma.
Lahir di Chicago dan menghabiskan sebagian besar karier imamatnya di Peru, Prevost dikenal sebagai sosok moderat dengan pengalaman lintas budaya yang kuat.
Namun, bukan hanya latar belakangnya yang menarik perhatian, melainkan juga sikapnya terhadap isu-isu krusial yang tengah menjadi sorotan umat Katolik di seluruh dunia.
Berikut lima isu penting dan bagaimana pandangan Paus Leo XIV terhadap masing-masing poin tersebut seperti dikutip dari BBC dan npr.org pada Sabtu, 10 Mei 2025.
1. Kesetaraan Gender
Seperti pendahulunya, Paus Leo XIV menolak penahbisan diakon perempuan. Dalam sebuah pernyataan pada tahun 2023, Paus 2025 ini menyatakan bahwa menahbiskan perempuan bukanlah solusi atas ketimpangan gender di Gereja.
"Menahbiskan perempuan --- dan ini juga dikatakan oleh beberapa perempuan sendiri --- tidak serta-merta menyelesaikan masalah. Justru bisa menimbulkan masalah baru," ujar Paus Leo XIV kepada para jurnalis.
Meski begitu, Paus terpilih 2025 mendukung peningkatan peran perempuan dalam kepemimpinan Gereja, sejalan dengan reformasi yang dimulai Paus Fransiskus.
Salah satunya adalah dengan menempatkan tiga perempuan dalam tim seleksi uskup sejak tahun 2022.
2. Komunitas LGBTQ+
Dari hasil konklaf, Robert Francis Prevost asal Amerika Serikat berusia 69 tahun terpilih sebagai Paus ke-267. Dalam sejarah Gereja Katolik, Robert Prevost jadi Paus pertama dari Amerika Serikat dan ia mengambil nama Paus Leo XIV.
Pandangan Paus Leo XIV terhadap komunitas LGBTQ+ cenderung konservatif. Dalam pidato tahun 2012, dia menyuarakan keprihatinannya terhadap budaya Barat yang dianggapnya menormalisasi praktik yang bertentangan dengan Injil, termasuk gaya hidup homoseksual.
Sikapnya terhadap dokumen kontroversial Fiducia Supplicans yang memperbolehkan pemberkatan non-liturgis untuk pasangan sesama jenis juga terkesan ambigu.
Paus Leo XIV menegaskan bahwa interpretasi dokumen itu sebaiknya disesuaikan dengan konteks budaya masing-masing negara.
3. Pendidikan dan Ideologi Gender
Saat menjabat sebagai Uskup Chiclayo, Peru, Paus Leo XIV menolak rencana pemerintah setempat untuk memasukkan pengajaran gender di sekolah.
"Gagasan mempromosikan ideologi gender membingungkan karena menciptakan identitas yang tidak ada. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan. Mencampurkan ide dari alam hanya akan merugikan keluarga dan individu," ujarnya kepada Diario Correo.
Namun, Provest juga menambahkan bahwa setiap individu harus dihormati, termasuk pilihan orang dewasa mengenai identitas mereka.
4. Perubahan Iklim
Dalam isu lingkungan, Paus Leo XIV sejalan dengan Paus Fransiskus. Ia menyerukan tindakan nyata melawan krisis iklim.
"Umat manusia tidak boleh memperlakukan alam secara tiranik. Hubungan kita dengan lingkungan harus saling menghormati," ujar Paus Leo dalam pernyataan tahun 2024.
Dia juga menyoroti dampak negatif perkembangan teknologi terhadap lingkungan dan mendukung inisiatif Vatikan dalam menggunakan panel surya dan kendaraan listrik.
5. Isu Migran
Paus Leo XIV menunjukkan kepeduliannya terhadap pengungsi, terutama selama bertugas di Peru. Dia dikenal aktif membantu migran Venezuela yang terdampak krisis kemanusiaan.
Menurut Jesus Leon Angeles, koordinator kelompok Katolik di Chiclayo,"Dia adalah pribadi yang senang membantu. Kepeduliannya terhadap para migran sangat besar."