Hemodiafiltrasi, Teknologi Canggih yang Beri Harapan Baru bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik

9 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Bagi para pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium akhir, terapi pengganti fungsi ginjal seperti cuci darah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup. Ini, hadir teknologi bernama Hemodiafiltrasi (HDF) yang mulai memberikan harapan baru akan terapi yang lebih efektif dan meningkatkan kualitas hidup pasien, disamping hemodialisis konvensional.

“HDF adalah teknik dialisis modern yang menyaring molekul lebih efektif dibandingkan hemodialisis biasa. Ini menurunkan risiko hipotensi selama proses, dan juga menurunkan risiko rawat inap serta komplikasi jangka panjang,” jelas dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH, konsultan ginjal dan hipertensi dari RS Medistra di Jakarta, Selasa (20/5).

Berbeda dengan hemodialisis konvensional yang mengandalkan mekanisme difusi, HDF menggabungkan difusi dan konveksi untuk membersihkan darah secara lebih menyeluruh — termasuk molekul-molekul racun yang berukuran besar dan sulit tereliminasi melalui HD biasa. Efeknya bukan hanya secara medis, tetapi juga pada kenyamanan pasien.

“Yang sering kami lihat di hemodialisis itu tekanan darah pasien bisa turun secara drastis selama tindakan. Pada HDF, itu jauh lebih jarang terjadi. Selain itu, pasien juga merasa lebih nyaman. Kalau sebelumnya mereka mengeluh lemas, tidak bisa tidur, setelah HDF mereka bisa merasa lebih bertenaga,” tutur Prof. Dr. Jose Roesma, Ph.D, Sp.PD-KGH dalam kesempatan yang sama. 

Meningkatkan Kenyamanan, Mengurangi Risiko

Menurut Prof. Jose, salah satu keunggulan hemodiafiltrasi adalah kemampuannya memberikan clearance yang lebih lengkap terhadap zat toksik di tubuh, sehingga efek klinis yang dirasakan pasien menjadi lebih baik.

“Pasien merasa lebih nyaman, tidak selemas biasanya. Dalam jangka panjang, teori mengatakan bahwa kebutuhan untuk kembali ke rumah sakit bisa lebih sedikit, dan mungkin saja kualitas hidup dan harapan hidup pasien meningkat,” lanjutnya.

Tetap Harus Disesuaikan dengan Kondisi Pasien

Namun, seperti semua terapi medis, tidak ada satu metode pun yang bersifat universal. “Setiap terapi, termasuk HDF, harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien,” tegas Prof. Jose.

Di sisi lain, tidak sedikit pasien yang belum memilih HDF karena persoalan biaya. HDF memerlukan cairan ultrasteril dalam jumlah besar — bisa mencapai 24 liter untuk sekali tindakan — serta mesin dengan spesifikasi khusus. Hal ini membuatnya belum sepenuhnya terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

“Karena fasilitas ini lebih kompleks dan biayanya lebih tinggi, saat ini kami prioritaskan bagi pasien yang benar-benar membutuhkan atau yang secara finansial mampu,” ujarnya.

Tidak Menyembuhkan, Tapi Memperpanjang Harapan

Baik HDF maupun HD konvensional bukanlah terapi kuratif. Keduanya bersifat life-sustaining therapy — menjaga agar tubuh tetap berfungsi dengan membuang racun yang tidak dapat dikeluarkan ginjal.

“Gagal ginjal tahap akhir itu tidak bisa sembuh. Satu-satunya harapan sembuh secara struktural hanyalah dengan transplantasi ginjal,” ujar Prof. Jose.

Namun, meskipun tidak menyembuhkan, terapi dialisis telah terbukti memperpanjang umur pasien secara signifikan. Ia membagikan cerita tentang seorang pasien perempuan yang menjalani dialisis sejak usia 18 tahun dan kini, di usia 67 tahun, masih bertahan hidup.

“Itulah kuasa Tuhan. Kadang kita tak bisa prediksi.”

Dalam praktiknya, standar internasional menganjurkan dialisis dilakukan tiga kali seminggu, masing-masing selama empat jam — total 12 jam per minggu. Di Indonesia, praktik yang umum adalah dua kali seminggu, selama lima jam per sesi, total 10 jam.

“Frekuensinya tidak berubah meskipun menggunakan HDF. Ini bukan berarti frekuensinya bisa dikurangi, melainkan kualitas pembersihannya yang jauh lebih baik,” tegasnya.

Lebih dari Sekadar Tindakan Medis

Keberhasilan terapi seperti HDF tidak hanya bergantung pada kecanggihan teknologi, tetapi juga pada pendekatan layanan yang holistik dan berpusat pada pasien. Di fasilitas yang menyediakan layanan ini, seluruh tindakan dilakukan oleh tenaga medis profesional yang terlatih khusus, dan setiap pasien dimonitor secara ketat — mulai dari tekanan darah, kadar elektrolit, hingga kenyamanan selama terapi.

“Yang kami tekankan adalah pelayanan yang manusiawi dan personal. Pasien yang datang untuk terapi harus merasa aman, nyaman, dan dihargai,” ujar Direktur RS Medistra. dr. Adhitya Wardhana, MARS.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |