Liputan6.com, Jakarta Jelang Lebaran, Kementerian Agama (Kemenag) menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 2 Tahun 2025 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1446 H/2025 M.
Salah satu poin utama dalam edaran ini adalah imbauan kepada pengelola masjid dan mushola di jalur mudik agar tetap beroperasi selama 24 jam.
Masjid memiliki peran strategis yang melampaui fungsi utamanya sebagai tempat ibadah. Sejak masa Rasulullah SAW, masjid telah berfungsi sebagai pusat berbagai aktivitas yang mendukung kesejahteraan dan kemajuan masyarakat. Selain menjadi pusat pengembangan pendidikan dan ilmu, masjid bisa menjadi pusat kegiatan sosial dan pemberdayaan ekonomi umat.
"Masjid Ramah Pemudik adalah inisiatif yang bertujuan menjadikan masjid-masjid di sepanjang jalur mudik sebagai tempat istirahat dan layanan bagi para pemudik selama periode mudik lebaran,” tulis Penyuluh Agama Islam KUA Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan, Naif Adnan, di laman Kementerian Agama, dikutip pada Rabu (26/3/2025).
“Inisiatif ini dirancang untuk memberikan kenyamanan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh para musafir dalam perjalanan mereka,” tambahnya.
Naif mengatakan, ada beberapa tujuan utama masjid ramah pemudik. Pertama, menyediakan tempat istirahat yang nyaman. Masjid-masjid yang berpartisipasi dalam program ini diinstruksikan untuk buka 24 jam, menyediakan tempat bagi pemudik untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Satu pekan menjelang Lebaran Idulfitri 2025, arus mudik mulai menunjukkan peningkatan signifikan di berbagai jalur transportasi. Berikut laporan dari jurnalis dan kontributor Liputan6.com di beberapa titik, seperti rest area KM 57, Terminal Pulogeban...
Beberapa Masjid Tawarkan Layanan Pijat Refleksi Gratis
Tujuan kedua yakni menyediakan fasilitas kebersihan dan kesehatan. Masjid diharapkan menyediakan toilet bersih dan fasilitas kesehatan dasar.
“Beberapa masjid bahkan menawarkan layanan pijat refleksi gratis untuk membantu pemudik mengurangi kelelahan,” jelas Naif.
Ketiga, penyediaan konsumsi. Masjid menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa atau sahur bagi pemudik yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Keempat, dukungan ekonomi lokal. Langkah ini dilakukan dengan menyediakan stand usaha mikro kecil menengah (UMKM) di area masjid. Program ini juga bertujuan mendukung perekonomian lokal dan memberikan kesempatan bagi pemudik untuk membeli oleh-oleh atau kebutuhan lainnya.
Perkuat Peran Masjid sebagai Pusat Layanan Masyarakat
Dengan Masjid Ramah Pemudik, Naif berharap perjalanan mudik menjadi lebih aman, nyaman, dan bermakna, serta memperkuat peran masjid sebagai pusat layanan masyarakat.
Kabupaten Situbondo, adalah salah satu daerah yang dapat dijadikan contoh implementasi program Masjid Ramah Pemudik. Pada tahun ini, pemerintahnya menyediakan 20 masjid sepanjang jalur Pantura untuk disinggahi bagi para pemudik.
Sementara itu, untuk mewujudkan Masjid Ramah Pemudik, Kementerian Agama perlu kolaborasi dengan pengurus Dewan Kemakmuran Masjid beserta Badan Kesejahteraan Masjid untuk optimalisasi peran masjid selama musim mudik dan juga arus balik Lebaran.
Dampak Positif dari Masjid Ramah Pemudik
Lebih lanjut, Naif menilai ada banyak dampak positif yang bisa dirasakan dari Masjid Ramah Pemudik.
Bagi pemudik, dengan adanya masjid bisa mengurangi kelelahan dan risiko kecelakaan akibat kurang istirahat. Bagi masyarakat lokal sekitar masjid, mereka bisa mendapatkan penghasilan melalui pemberdayaan ekonomi dengan berjualan makanan, minuman bahkan oleh-oleh khas daerahnya.
Di samping itu bisa meningkatkan citra positif daerah sebagai wilayah yang peduli terhadap pemudik.
Tantangan yang dihadapi untuk Masjid Ramah Pemudik adalah ketersediaan sumber daya untuk operasional 24 jam dan pemeliharaan kebersihan serta keamanan fasilitas masjid. Untuk itu perlu diadakan pelatihan bagi pengelola masjid dalam manajemen layanan publik. Harus ada kerja sama dengan pemerintah daerah dan komunitas untuk dukungan sumber daya tersebut, tutup Naif.