5 Tanda Jemaah Alami Gangguan Mental Selama Ibadah Haji dan Cara Menyikapinya

14 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan mental bukan hal sepele saat menjalani ibadah haji. Berdasarkan data dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, reaksi stres akut dan gangguan penyesuaian diri menjadi salah satu kasus terbanyak yang dialami oleh jemaah haji gelombang pertama sejak kedatangannya di awal Mei 2025.

Meski penyakit fisik seperti jantung, hipertensi, dan diabetes masih mendominasi, tapi masalah kejiwaan juga menjadi perhatian serius tim medis di Daerah Kerja (Daker) Madinah. Terutama pada jemaah lanjut usia (lansia) dan mereka yang rentan secara psikis.

Menurut dr. Kusufia Mirantri, Sp.KJ, dokter spesialis kejiwaan di KKHI Madinah, ada beberapa faktor pemicu gangguan mental pada jemaah haji 2025.

"Tekanan fisik, perubahan lingkungan drastis, kelelahan, serta perpisahan dari keluarga dapat menjadi pemicu stres signifikan," ujar dr. Upi, sapaan akrabnya.

Berikut ini 5 tanda jemaah haji mengalami gangguan mental yang perlu dikenali, serta langkah penanganan awal yang bisa dilakukan.

1. Perubahan Perilaku yang Mencolok

Waspadai jika seorang jemaah yang biasanya ceria dan aktif, tiba-tiba menjadi mudah marah, cenderung murung, atau justru menarik diri dari lingkungan. 

"Kalau biasanya suka ngobrol lalu tiba-tiba jadi pendiam dan enggan berinteraksi, itu tanda-tanda awal yang perlu diperhatikan," kata dr. Upi seperti dikutip dari Sehat Negeriku pada Jumat, 15 Mei 2025. 

Perubahan ini bisa menandakan gangguan penyesuaian yang perlu penanganan.

2. Kesulitan Tidur atau Insomnia

Gangguan tidur seperti susah tidur, sering terbangun malam hari, atau merasa tidak segar setelah tidur, merupakan tanda stres mental.

Kurang tidur dapat memperburuk kondisi emosional dan daya pikir jemaah. Jika dibiarkan, bisa memicu gangguan fisik lainnya seperti kelelahan kronis dan menurunnya daya tahan tubuh.

3. Kecemasan atau Ketakutan Berlebihan

Merasa cemas di tempat baru adalah hal wajar, namun bila kecemasan berlebihan hingga takut keluar kamar atau panik saat di keramaian, ini butuh perhatian khusus.

"Ada jemaah yang takut ke masjid meskipun ditemani. Ketakutan ini bisa berasal dari tekanan psikologis yang belum disadari," ujar dr. Upi.

4. Disorientasi: Bingung Tempat, Waktu, atau Orang

Beberapa jemaah menunjukkan tanda disorientasi. Mereka bisa bingung berada di mana, lupa waktu salat, bahkan tidak mengenali rombongannya.

Disorientasi kerap terjadi pada Lansia atau mereka dengan kondisi demensia ringan yang tidak terdeteksi sebelumnya.

5. Perubahan Mood yang Cepat dan Ekstrem

Perubahan suasana hati yang cepat, misalnya tiba-tiba menangis tanpa sebab atau marah karena hal kecil, bisa menjadi sinyal gangguan mental.

"Perubahan mood ekstrem sering kali disalahartikan sebagai lelah biasa. Padahal ini bisa jadi tanda stres berat," ujar dr. Upi.

Cara Menyikapi Gangguan Mental pada Jemaah

Jika melihat gejala-gejala di atas pada sesama jemaah, jangan langsung mendiagnosis. Berikut langkah awal yang bisa dilakukan:

  1. Dekati dengan empati: Tunjukkan kepedulian tanpa menghakimi. Dengarkan keluhan jemaah dan bantu mereka menyesuaikan diri.
  2. Bantu aktivitas harian: Misalnya, membantu mereka ke kamar mandi atau naik lift. Bantuan kecil bisa sangat berarti.
  3. Laporkan ke petugas: Segera informasikan kondisi jemaah kepada Ketua Rombongan atau Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) agar bisa dilakukan penilaian medis lebih lanjut.

"Jangan ragu untuk melapor. Deteksi dini adalah kunci agar kondisi tidak memburuk dan ibadah tetap khusyuk," pungkas dr. Upi.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |