Studi Ungkap Keterkaitan Kidal dan Risiko Gangguan Bahasa, Autisme, serta Skizofrenia

23 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi terbaru menggemparkan dunia neurosains: orang kidal dan ambidextrous (mampu menggunakan kedua tangan dengan sama baiknya) berpotensi lebih rentan terhadap gangguan perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan bahasa. Temuan ini menimbulkan pertanyaan baru tentang hubungan kompleks antara preferensi tangan, perkembangan otak, dan gangguan neurologis seperti autisme dan skizofrenia.

Riset yang dipublikasikan dalam Psychological Bulletin ini menganalisis sejumlah studi sebelumnya dan menemukan pola konsisten: hubungan antara kidal dan gangguan bahasa tampak lebih kuat pada gangguan yang muncul sejak usia dini. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor perkembangan otak sejak awal kehidupan mungkin berperan signifikan.

Meskipun penelitian ini menimbulkan kekhawatiran, penting untuk diingat bahwa kidal bukanlah penyebab langsung gangguan-gangguan tersebut. Kidal hanyalah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan bahasa, seperti disleksia, autisme, dan skizofrenia. Lebih lanjut, perlu penelitian lebih mendalam untuk memahami hubungan kompleks ini.

Studi: Kidal dan Ambidextrous Lebih Rentan Gangguan Bahasa

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Julian Packheiser dan timnya di Institute of Cognitive Neuroscience, Ruhr University Bochum, Jerman, menemukan bukti kuat tentang korelasi antara kekidalan dan gangguan perkembangan bahasa. 

"Kami menduga bahwa kidal dan campuran dapat dikaitkan dengan gangguan yang gejalanya terkait dengan bahasa," ujar Dr. Packheiser dalam siaran pers, dilansir New York Post. 

Meta-analisis komprehensif yang mereka lakukan menunjukkan bahwa hubungan antara kidal dan gangguan bahasa paling signifikan terlihat pada gangguan yang muncul sejak dini. Ini meliputi autisme, skizofrenia, dan disleksia, yang seringkali menunjukkan gejala sejak masa kanak-kanak.

Sebaliknya, gangguan mental yang biasanya muncul di usia dewasa, seperti depresi, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan preferensi tangan. Temuan ini menekankan pentingnya memperhatikan perkembangan bahasa anak-anak kidal sejak usia dini.

Dari Stigma Mistis Hingga Penemuan Modern

Selama berabad-abad, kidal telah dikaitkan dengan stigma negatif. Di Eropa abad pertengahan, orang kidal dianggap sebagai sesuatu yang jahat, bahkan dikaitkan dengan ilmu sihir. Kata "sinister" dalam bahasa Latin berarti "kiri", yang kemudian menjadi sinonim dengan sesuatu yang buruk.

Hingga abad ke-20, anak-anak kidal sering dipaksa untuk menggunakan tangan kanan, bahkan dengan hukuman fisik. Praktik ini menunjukkan kurangnya pemahaman tentang perbedaan neurologis dan preferensi tangan. Namun, seiring kemajuan ilmu pengetahuan, pandangan terhadap kidal mulai berubah.

Kini, penelitian mulai mengungkap sisi lain dari kekidalan. Meskipun ada risiko peningkatan gangguan perkembangan, penelitian juga menunjukkan bahwa kidal bisa memiliki keunggulan dalam kreativitas, imajinasi visual, dan kemampuan berpikir spasial. Beberapa tokoh besar dunia juga diketahui kidal, seperti Leonardo da Vinci dan Barack Obama.

Keterkaitan Kidal dengan Gangguan Neurologis

Penelitian menunjukkan korelasi antara kidal dan peningkatan risiko beberapa gangguan neurologis. Ini termasuk autisme, disleksia, dan skizofrenia. Korelasi ini dikaitkan dengan perbedaan perkembangan otak, terutama di area yang bertanggung jawab atas bahasa.

Meskipun terdapat korelasi, penting untuk ditekankan bahwa kidal bukanlah penyebab langsung gangguan-gangguan tersebut. Kidal hanya meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan, bukan penyebab mutlak. Faktor genetik dan lingkungan juga berperan penting.

Dominasi otak juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Kebanyakan orang bertangan kanan memiliki dominasi otak kiri untuk fungsi bahasa. Orang kidal cenderung tidak memiliki dominasi belahan otak yang jelas, yang dapat memengaruhi perkembangan bahasa dan meningkatkan risiko gangguan belajar.

Autisme: Gangguan Perkembangan, Bukan Gangguan Jiwa

Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis, bukan gangguan jiwa. Pemahaman yang keliru ini seringkali menyebabkan penanganan yang tidak tepat. Autisme memerlukan penanganan yang spesifik dan terarah, berbeda dengan penanganan gangguan jiwa.

Dua gejala utama autisme adalah gangguan interaksi dan komunikasi sosial, serta adanya perilaku yang terbatas dan repetitif. Autisme seringkali disalahartikan dengan kondisi lain, seperti PTSD, skizofrenia, dan OCD.

Penelitian menunjukkan adanya kemiripan ekspresi gen di otak antara autisme, skizofrenia, dan gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya kompleksitas genetik yang mendasari gangguan-gangguan tersebut dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Skizofrenia dan Keterkaitannya dengan Kidal dan Autisme

Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang dapat ditandai dengan psikosis, yaitu kesulitan membedakan realitas dari khayalan. Sekitar 20% penderita skizofrenia adalah kidal, menunjukkan adanya korelasi, meskipun bukan hubungan sebab-akibat.

Hubungan antara skizofrenia dan autisme masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko autisme pada anak-anak yang orang tuanya memiliki riwayat skizofrenia. Ada juga kemiripan dalam beberapa aspek fungsi otak antara kedua kondisi ini.

Kesimpulannya, penelitian terus dilakukan untuk mengungkap hubungan kompleks antara kidal, autisme, dan skizofrenia. Konsultasi dengan profesional medis sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat jika Anda memiliki kekhawatiran tentang perkembangan anak Anda atau mengalami gejala gangguan mental.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |