TBC Bisa Jadi Penghalang WNI Lolos Imigrasi Australia

2 days ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Australia dikenal sebagai negara dengan angka kasus tuberkulosis (TBC) yang sangat rendah. Namun, kondisi medis ini tetap menjadi perhatian utama dalam proses imigrasi, terutama bagi warga negara Indonesia (WNI) yang ingin masuk ke Australia. 

Pemerintah Australia sangat ketat dalam mengawasi potensi risiko TBC, sehingga pertanyaan terkait riwayat TBC wajib dijawab dalam formulir imigrasi.

Menurut Adjunct Professor di Griffith University Australia, Prof. Tjandra Yoga Aditama, insiden TBC di Australia hanya sekitar 5,5 kasus per 100 ribu penduduk, salah satu yang terendah di dunia. 

Bandingkan dengan Indonesia yang saat ini masih mencatat lebih dari 300 kasus TB per 100 ribu penduduk. 

Target pemerintah Indonesia adalah menurunkan angka ini menjadi 65 per 100 ribu penduduk pada tahun 2030. Namun, angka ini masih jauh di atas tingkat kasus Australia saat ini.

"Australia sangat menjaga kondisi ini karena mereka sudah berhasil menekan kasus TBC hingga tingkat yang sangat rendah," ujar Prof. Tjandra dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 30 Mei 2025. 

Lebih lanjut, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini menambahkan,"Karenanya, mereka memperketat pemeriksaan medis, terutama pada imigran dari negara dengan kasus TBC tinggi seperti Indonesia."

Imigrasi Australia dan Formulir Riwayat TBC

Setiap orang yang masuk ke Australia harus mengisi formulir imigrasi, salah satu isinya adalah pertanyaan apakah pernah menderita TBC. 

Ini bukan sekadar prosedur formalitas, melainkan langkah preventif pemerintah Australia untuk menjaga masyarakatnya dari risiko penyebaran TBC.

"Pemerintah Australia melalui National Tuberculosis Advisory Committee (NTAC) sangat serius mengawasi kasus TBC, apalagi kasus baru di Australia sebagian besar berasal dari penduduk yang lahir di negara dengan insiden tinggi," ujar Prof. Tjandra.

Bagi WNI yang berencana tinggal atau bekerja di Australia, jawaban jujur pada formulir imigrasi sangat penting. 

Jika terdapat riwayat TBC yang belum tuntas atau belum sembuh, kemungkinan besar pengajuan visa akan ditolak demi menjaga kesehatan masyarakat Australia.

Vaksinasi dan Pencegahan TBC di Australia

Berbeda dengan Indonesia yang memberikan vaksin BCG secara rutin untuk anak-anak, Australia hanya memberikan vaksin ini dalam kondisi khusus. 

Misalnya, anak-anak yang lahir di negara dengan risiko tinggi TBC atau mereka yang akan melakukan perjalanan ke wilayah dengan risiko tinggi.

Langkah ini dilakukan karena angka TBC di Australia sudah rendah, sehingga vaksinasi massal dianggap tidak diperlukan. 

Namun, kontrol ketat tetap dilakukan untuk mencegah masuknya kasus baru dari luar negeri.

Kasus TBC pada Hewan di Australia

Menariknya, TBC bukan hanya menjadi perhatian untuk manusia, tetapi juga pernah dilaporkan pada hewan khas Australia. 

Pada tahun 2021, media Australia dihebohkan dengan laporan seekor singa laut di Pulau Kanguru meninggal karena tuberkulosis. 

Kuman penyebabnya sedikit berbeda dari TBC manusia, yakni Mycobacterium pinnipedii.

Selain itu, kasus TBC pada kanguru pernah dilaporkan meskipun sangat jarang. Sedangkan hewan populer lainnya, Koala, tidak rentan terhadap TBC, melainkan masalah kesehatan lain seperti chlamydiosis dan Koala retrovirus (KoRV).

Implikasi bagi WNI dan Tips Agar Lolos Imigrasi Australia

Bagi WNI yang ingin masuk atau menetap di Australia, sangat penting untuk memahami bahwa kondisi medis, terutama TBC, bisa menjadi penghalang besar dalam lolos proses imigrasi. 

Pemeriksaan kesehatan yang ketat menjadi bagian tak terpisahkan dari syarat visa.

Prof. Tjandra menyarankan,"Pastikan jika pernah menderita TBC, pengobatan telah tuntas dan hasil medis lengkap dapat disertakan. Kejujuran dalam menjawab pertanyaan di formulir imigrasi sangat krusial untuk menghindari penolakan atau masalah di kemudian hari."

Selain itu, menjaga kesehatan dengan menerapkan pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan rutin sangat dianjurkan sebelum mengajukan visa ke Australia.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |