Liputan6.com, Jakarta Uji klinik kandidat vaksin tuberkulosis M72 sudah masuk ke fase 3. Dalam fase ini melibatkan 2.000 relawan. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan para relawan yang terlibat dalam uji klinik tersebut bukanlah kelinci percobaan.
“Supaya mengedukasi masyarakat, ini bukan kayak kelinci percobaan,” ujar Menkes Budi usai peluncuran nasional gerakan bersama penguatan desa dan kelurahan siaga tuberkulosis, di Jakarta Timur, Jumat (9/5/2025).
Budi juga menyampaikan kepada masyarakat agar tidak khawatir dengan uji klinik pada manusia. Pasalnya, uji vaksin telah melalui fase uji 1 dan 2. Dalam uji klinis fase pertama dan kedua, ditentukan apakah sebuah vaksin aman atau tidak. Pada fase ketiga bakal dicek soal efektivitasnya.
“Sekarang di uji klinis fase tiga itu dicek efektivitasnya, dari 100 yang diobatin (disuntik), yang tidak tertular berapa persen. Jadi ini secara scientific vaksinnya sudah terbukti aman.”
Jika terjadi efek samping, sambungnya, maka akan ditangani saat itu juga. Dan sejauh ini belum ada laporan relawan vaksin TBC mengalami masalah kesehatan.
“Yang saya tahu, sampai sekarang tidak ada efek samping yang berbahaya sampai mesti dirawat karena sudah dites sama peneliti yang bersangkutan,” kata Budi Gunadi Sadikin kepada Health Liputan6.com.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat terdapat peningkatan kasus tuberkulosis atau TBC pada 2023. Pad 2022 capai 724 ribu kasus TBC, lalu meningkat menjadi 809 ribu kasus pada 2023. Di kota Bekasi, ada 11 ribu lebih warga ya...
Laporkan Perkembangan Uji Klinik Vaksin M72 Secara Berkala
Budi pun berjanji akan mendorong peneliti untuk memaparkan laporan berkala terkait perkembangan uji klinis fase tiga vaksin besutan Bill Gates itu.
“Nanti timnya suruh presentasi aja, undang wartawan biar puas, kalau saya kan bukan ahlinya saya orang perbankan. Jadi, semua hasil temporary researcher bisa dilaporkan progresnya seperti apa, kan lebih baik mereka yang menjelaskan,” ujar Budi.
Dia pun menjelaskan alasan vaksin TBC menjadi hal yang amat penting untuk dikembangkan. Menurutnya, masyarakat bisa belajar dari pandemi COVID-19.
“COVID kenapa turun? Karena vaksin. Jadi nomor satu kita perlu tahu bahwa secara scientific penyakit menular yang memakan korban banyak bisa dikendalikan dengan vaksin. Kita dulu ada yang namanya penyakit cacar, sekarang cacar bisa dieliminasi karena adanya vaksin cacar,” paparnya.
Sementara, TBC adalah penyakit menular pembunuh terbanyak di dunia. Dalam seratus tahun terakhir, penyakit ini membunuh 1 miliar orang. Maka dari itu, pengembangan TBC menjadi penting.
Uji Klinik Fase 3 Vaksin M72 Libatkan 2.095 Relawan
Kementerian Kesehatan RI melaporkan saat ini ada 2.095 partisipan dari kelompok usia remaja dan dewasa telah direkrut untuk berpartisipasi dalam uji klinik vaksin TBC M72.
"Pelaksanaan uji klinik dimulai pada 3 September 2024, dan rekrutmen partisipan secara resmi telah selesai per 16 April 2025," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman dalam keterangan tertulis.
Total partisipan uji klinik fase 3 ini berjumlah 20.081 orang dari lima negara. Afrika Selatan menjadi kontributor terbesar dengan 13.071 partisipan, diikuti Kenya (3.579), Indonesia (2.095), Zambia (889), dan Malawi (447).
Di Indonesia, uji klinik ini dilaksanakan di berbagai institusi medis termasuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), RS Universitas Indonesia (RSUI), RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih di Jakarta, serta Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD) di Bandung.