Liputan6.com, Jakarta - Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah mencatat bahwa banyak jemaah haji gelombang pertama mengalami stres akut dan gangguan penyesuaian diri sejak tiba di Tanah Suci pada awal Mei 2025.
Data ini menunjukkan bahwa kesehatan mental jemaah menjadi salah satu tantangan serius selain penyakit fisik seperti gangguan jantung, hipertensi, dan diabetes.
Menurut dokter spesialis kejiwaan di KKHI Madinah, dr. Kusufia Mirantri, Sp.KJ, tekanan fisik, kelelahan, perubahan lingkungan drastis, dan perpisahan dari keluarga menjadi pemicu utama stres pada jemaah.
"Banyak jemaah, terutama lansia atau mereka yang memiliki kerentanan sebelumnya, mengalami kesulitan beradaptasi. Stres dan gangguan penyesuaian ini dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari gangguan tidur, kecemasan berlebih, hingga gejala psikosomatis," ujar dr. Kusufia, yang akrab disapa dr. Upi, seperti dikutip dari Sehat Negeriku pada Jumat, 16 Mei 2025.
dr. Upi menambahkan bahwa perpisahan sementara dengan keluarga atau tidak adanya pendampingan juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi psikis jemaah haji 2025.
Tanda Jemaah Mengalami Gangguan Psikis
Dr. Upi menyebutkan ada beberapa tanda umum yang bisa dikenali ketika seseorang mengalami stres atau gangguan penyesuaian diri selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci:
- Perubahan perilaku mencolok: Misalnya, jemaah yang biasanya ramah dan suka bergaul mendadak menjadi pendiam, mudah tersinggung, atau sebaliknya, menarik diri dan enggan berinteraksi dengan sesama.
- Gangguan tidur atau insomnia: Sulit tidur, sering terbangun di malam hari, atau merasa tidak segar setelah tidur bisa menjadi pertanda tekanan mental yang signifikan.
- Kecemasan berlebihan: Jika seorang jemaah merasa sangat takut berada di keramaian, enggan keluar kamar, bahkan panik meski ditemani, maka hal ini patut diwaspadai.
- Disorientasi: Jemaah yang mengalami kebingungan terhadap waktu, tempat, atau orang, misalnya lupa hari atau tidak mengenali anggota rombongan, memerlukan evaluasi lanjutan.
- Perubahan mood drastis: Suasana hati yang naik-turun secara tiba-tiba, seperti mudah marah tanpa alasan atau mendadak menangis, juga menjadi indikator gangguan psikologis.
Jangan Abaikan Tanda-Tandanya
Langkah awal yang disarankan jika mendapati jemaah dengan tanda-tanda tersebut adalah mendekati mereka dengan empati, mendengarkan keluh kesahnya, dan membantu dalam hal-hal kecil seperti penggunaan kamar mandi atau lift hotel.
"Jangan ragu untuk segera melaporkan kondisi tersebut kepada ketua rombongan atau Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) yang mendampingi. Mereka lebih kompeten untuk melakukan penilaian awal dan memberikan intervensi yang tepat, termasuk merujuk ke KKHI jika diperlukan," ujar dr. Upi.
Dia juga mengingatkan bahwa deteksi dini adalah kunci keberhasilan penanganan gangguan mental selama pelaksanaan ibadah haji. Jika ditangani sejak awal, jemaah dapat kembali fokus dan tenang menjalankan seluruh rangkaian ibadah dengan khusyuk.
Peran Keluarga dan Pendamping
Bagi jemaah yang datang tanpa anggota keluarga, peran teman satu rombongan dan TKHK menjadi krusial. Saling memperhatikan dan membangun komunikasi bisa membantu mengurangi tekanan psikologis yang muncul karena jauh dari rumah dan rutinitas harian.
KKHI Madinah mengimbau agar seluruh pihak, baik jemaah maupun petugas, terus meningkatkan kewaspadaan terhadap aspek kesehatan mental selama ibadah haji berlangsung. Kesehatan jiwa yang stabil sangat berperan dalam menjaga kekhusyukan ibadah di Tanah Suci.