Nyeri Kronis, Waspada Ciri Tubuh Sedang Melawan Penyakit

1 day ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Pernah merasa tubuh sering sakit tanpa sebab jelas? Bisa jadi, tubuh Anda sedang berusaha melawan penyakit atau kondisi yang berakar pada sistem saraf, bukan sekadar masalah fisik.

Menurut Dr. David Clarke, ahli gastroenterologi sekaligus Presiden Association for the Treatment of Neuroplastic Symptoms (ATNS), banyak orang yang menderita nyeri kronis sebenarnya mengalami gejala neuroplastik — jenis nyeri yang muncul akibat perubahan jalur nyeri di otak dan sumsum tulang belakang.

“Sensitivitas yang meningkat ini dapat mengakibatkan otak salah menafsirkan sinyal normal atau tingkat rendah dari tubuh sebagai berbahaya, yang menyebabkan nyeri dan gejala lainnya bahkan ketika tidak ada kerusakan jaringan atau masalah struktural yang sedang berlangsung,” Clarke menjelaskan gejala nyeri sebagai ciri tubuh tengah menghadapi penyakit, dikutip The Post.

Nyeri Kronis: Bukan Selalu Karena Cedera

Banyak orang mengira rasa nyeri yang tidak kunjung hilang pasti terkait cedera atau penyakit fisik. Padahal, nyeri kronis juga bisa muncul meski tak ditemukan kerusakan organ. Fenomena ini dikenal sebagai nyeri neuroplastik.

Clarke menjelaskan, otak punya kemampuan luar biasa untuk berubah — disebut neuroplastisitas. Sayangnya, perubahan ini tak selalu positif. Terkadang, otak justru memperkuat jalur nyeri sehingga rasa sakit semakin sering muncul.

Kondisi ini dapat memicu berbagai masalah lain seperti kelelahan ekstrem, gangguan pencernaan, migrain, hingga sindrom kelelahan kronis. Bahkan, beberapa kasus COVID-19 jangka panjang pun berkaitan dengan gejala neuroplastik.

“Penelitian menunjukkan perubahan neuroplastik di otak dan sumsum tulang belakang berkontribusi terhadap perkembangan dan persistensi kondisi nyeri kronis seperti fibromyalgia, sindrom iritasi usus besar, migrain, sindrom kelelahan kronis, dan COVID jangka panjang,” tambah Clarke.

Lima Ciri Tubuh Mengalami Gejala Neuroplastik

Bagaimana mengenali tanda-tandanya? Menurut Clarke, ada lima ciri yang patut diwaspadai.

  • Pertama, hasil pemeriksaan dokter tidak menemukan penyebab pasti dari rasa nyeri, atau pengobatan konvensional tidak menunjukkan hasil signifikan.
  • Kedua, Anda mengalami lebih dari satu gejala dalam enam bulan terakhir.
  • Ketiga, nyeri sering berpindah lokasi di tubuh.
  • Keempat, rasa sakit terasa memburuk saat Anda sedang stres.
  • Kelima, Anda merasa sangat sedih atau marah jika membayangkan orang terdekat mengalami situasi serupa seperti masa kecil Anda.

Peristiwa traumatis di masa lalu ternyata juga punya peran.

“Peristiwa traumatis di masa kanak-kanak, seperti pelecehan dan pengabaian, dapat menyebabkan nyeri dan penyakit kronis di kemudian hari. Gangguan stres pascatrauma (PTSD) merupakan penyebab umum gejala neuroplastik, dan kecemasan dapat memperburuknya,” tegas Clarke. 

Saat Stres Jadi Pemicu Nyeri

Tak sedikit orang yang heran, mengapa nyeri bisa bertambah parah ketika sedang stres. Menurut Clarke, stres berlebihan dapat mengaktifkan jalur nyeri di otak. Ketika sistem saraf semakin sensitif, sinyal normal dari tubuh pun bisa ditafsirkan sebagai ancaman. Akibatnya, muncul rasa sakit meski tidak ada masalah fisik.

Inilah alasan mengapa manajemen stres sangat penting bagi penderita nyeri kronis. Jika Anda menduga mengalami gejala neuroplastik, konsultasikan ke dokter.

Clarke juga menyarankan untuk mencoba kuis penilaian diri ATNS yang membantu memetakan stres, trauma, dan faktor emosional.

“Menjawab ‘ya’ untuk beberapa pertanyaan dapat menunjukkan bahwa Anda berada di jalur yang tepat untuk menemukan solusi,” katanya.

Bagaimana Cara Membantu Tubuh Pulih?

Menariknya, pengobatan gejala neuroplastik tidak hanya bergantung pada obat. Terapi pemulihan neuroplastik kini dianggap lebih efektif untuk kasus nyeri non-struktural.

“Penelitian baru menegaskan bahwa terapi pemulihan neuroplastik mencapai hasil yang jauh lebih baik untuk nyeri atau penyakit non-struktural daripada bentuk pengobatan sebelumnya,” kata Clarke.

Terapi ini meliputi latihan kesadaran emosional, pengaturan ulang pola pikir, hingga paparan bertahap pada situasi yang memicu kecemasan. Prinsipnya, otak dilatih untuk tidak lagi salah membaca sinyal tubuh sebagai ancaman. Dengan begitu, jalur nyeri di otak dapat dilemahkan secara perlahan.

Pada akhirnya, mengenali tanda-tanda tubuh sedang berjuang melawan penyakit adalah langkah awal untuk memahami bagaimana pikiran dan sistem saraf kita bekerja. Jika Anda merasa gejala nyeri yang tak jelas penyebabnya terus mengganggu, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional dan pelajari bagaimana cara otak Anda bisa ‘di-reset’ demi kualitas hidup yang lebih baik.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |