Liputan6.com, Jakarta - Masa tumbuh kembang adalah periode emas bagi anak untuk mengasah daya pikirnya. Salah satu faktor penting dalam proses ini adalah asupan nutrisi yang mencukupi, termasuk zat besi. Namun, masih banyak orang tua yang kurang menyadari peran penting zat besi bagi perkembangan anak.
Kekurangan zat besi tidak hanya berdampak pada fisik, seperti mudah lelah dan kulit pucat, tetapi juga dapat memengaruhi daya fokus dan memori belajar anak. Data menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia berisiko mengalami defisiensi zat besi, yang dapat berdampak pada proses belajarnya di sekolah.
Dokter anak ahli tumbuh kembang pediatri sosial Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), menekankan pentingnya zat besi bagi perkembangan sistem saraf anak.
“Pada anak-anak, zat besi merupakan salah satu nutrisi mikro yang berperan dalam proses tumbuh kembang. Kekurangan zat besi dapat sangat memengaruhi daya pikir, fokus, dan memori belajar, terutama pada anak di bawah usia lima tahun,” jelasnya dalam sesi diskusi Cegah Kekurangan Zat Besi Pada Anak, Optimalkan Kepintaran Generasi Maju di Jakarta, Senin (10/3).
Banyak yang Belum Paham Pentingnya Zat Besi
Sayangnya, masih banyak orangtua yang belum memahami betapa krusialnya zat besi bagi kecerdasan anak. Hasil penelitian terbaru dari South East Asian Nutrition Survey II Indonesia (SEANUTS II) mengungkapkan bahwa sebagian besar anak Indonesia tidak memenuhi asupan zat besi yang direkomendasikan.
Rata-rata konsumsi zat besi anak Indonesia hanya mencapai 65,8 persen dari Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Pola Makan dan Risiko Defisiensi Zat Besi
Lebih lanjut, Prof. Rini menambahkan bahwa kekurangan zat besi dapat berdampak signifikan pada anak usia sekolah.
“Anak-anak yang kekurangan zat besi berisiko mengalami kesulitan dalam belajar dan berkonsentrasi,'" tambahnya.
Selain itu, dokumen dari World Health Organization (WHO) juga menunjukkan bahwa defisiensi zat besi dapat menghambat perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak. Anak yang mengalami kondisi ini juga lebih mudah merasa letih dan lemas, sehingga kurang aktif saat belajar.
Dalam kesempatan yang sama, pakar gizi medik Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi menjelaskan bahwa pola makan yang kurang tepat menjadi salah satu faktor pemicu defisiensi zat besi pada anak.
“Kurangnya konsumsi makanan yang kaya zat besi serta rendahnya penyerapan zat besi dalam tubuh bisa meningkatkan risiko defisiensi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memastikan anak mendapatkan asupan zat besi yang cukup melalui pola makan seimbang,” ujarnya.
Rekomendasi Makan yang Kaya Zat Besi
Dr. Dian merekomendasikan sumber makanan kaya zat besi yang berasal dari protein hewani, seperti telur, ayam, daging sapi, dan ikan. Selain itu, zat besi juga lebih baik diserap oleh tubuh jika dikombinasikan dengan vitamin C.
“Salah satu cara untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi adalah dengan mengombinasikannya dengan vitamin C, yang dapat meningkatkan penyerapannya hingga dua kali lipat,” tambahnya.
Selain melalui makanan, pemenuhan zat besi juga dapat didukung dengan konsumsi makanan lain yang telah difortifikasi dengan zat besi. Susu pertumbuhan yang telah diperkaya dengan zat besi juga bisa diberikan.
Mendukung kebutuhan zat besi harian anak, Sarihusada melalui SGM Eksplor menghadirkan inovasi produk dengan kombinasi zat besi dan vitamin C (IronC). Kombinasi ini disebut telah teruji membantu penyerapan zat besi hingga dua kali lipat.
"Sebagai upaya untuk memenuhi asupan zat besi yang optimal pada si kecil, SGM Eksplor hadir sebagai satu-satunya susu pertumbuhan yang mengandung IronC, kombinasi unik Zat Besi dan vitamin C untuk penyerapan zat besi 2 kali lipat," ujar Head of Brand SGM Eksplor Anggi Morika Septie.
Deteksi Dini Defisiensi Zat Besi
Lebih lanjut, Dr. Dian juga menekankan pentingnya deteksi dini defisiensi zat besi. “Orangtua sebaiknya rutin melakukan skrining faktor risiko kekurangan zat besi pada anak. Hal ini dapat membantu dalam pencegahan serta penanganan dini jika ditemukan tanda-tanda defisiensi,” katanya.
Untuk membantu orang tua dalam memantau kebutuhan zat besi anak, kini tersedia berbagai alat bantu deteksi dini, seperti Kalkulator Zat Besi yang memungkinkan orang tua mengevaluasi risiko defisiensi zat besi pada anak secara mandiri dalam waktu singkat. Layanan konsultasi nutrisi dengan tenaga ahli juga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai pemenuhan gizi anak.
Pemenuhan zat besi yang optimal bukan sekadar untuk menjaga kesehatan fisik anak, tetapi juga untuk mendukung perkembangan kecerdasannya. Dengan memastikan anak mendapatkan asupan zat besi yang cukup sejak dini, orang tua turut berkontribusi dalam mewujudkan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan siap menghadapi masa depan.