Liputan6.com, Jakarta Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) menetapkan bahwa makanan yang dikonsumsi jemaah haji harus sesuai dengan standar gizi dan kesehatan.
Dalam pelaksanaan haji tahun ini, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyediakan 55 dapur untuk konsumsi jemaah haji Indonesia. Setiap dapur bisa memproduksi antara 3.500 hingga 5.000 porsi dengan menu khas Nusantara.
Salah satu dapur penyedia katering, yaitu Ragheeb yang terletak di daerah Shauqiah, Makkah, diklaim memiliki tingkat higienitas yang tinggi. Standar gizi dan kesehatan pun telah sesuai dengan ketentuan KKHI.
Konsultan Tenaga Ahli Konsumsi PPIH Arab Saudi, Agung Ilham, mengatakan, PPIH menyediakan 55 dapur katering untuk konsumsi jemaah. Setiap 11 dapur memiliki satu tenaga ahli. Sehingga ada lima tenaga ahli untuk dapur di Makkah. Sedangkan di Madinah ada dua tenaga ahli.
Bahan-bahan makanan didatangkan dari Indonesia dan disamakan untuk semua dapur. Makanan disajikan dalam dua jenis, yaitu siap saji atau prasmanan.
Sementara untuk memastikan standar kualitas dan gizi, setiap dapur wajib mengirimkan dua sampel makanan ke Daker dan dua sampel ke KKHI.
"Sampel itu akan dicek gramasi, rasa dan kualitas makanan tersebut," kata Agung saat kunjungan ke Ragheeb bersama Tim Media Center Haji (MCH), Selasa (13/5/2025).
Jemaah calon haji asal Indonesia terus memasuki Kota Makkah, Arab Saudi. Mereka bakal ditempatkan di 205 hotel hingga menjelang puncak haji.
Kecepatan Produksi Setiap Dapur
Agung menambahkan, setiap dapur memiliki kapasitas produksi antara 3.500 hingga 5.000 porsi. "Untuk saat ini kita baru produksi sekitar 500 porsi sehari. Dan akan terus bertambah hingga puncak haji nanti," jelasnya.
Proses produksi konsumsi ini memakan waktu sekitar 2 - 3 jam. Untuk makan malam misalnya, bahan-bahan diracik dan diolah mulai jam 12.00 waktu Arab Saudi (WAS). Setelah dikemas dan ditaruh di kotak penahan panas (hotbox), pukul 16.00 makanan sudah siap diantarkan ke hotel jemaah.
"Jam 18.00 WAS sudah sampai di hotel dan siap dikonsumsi jemaah," kata Agung.
Agung menyampaikan, batas akhir katering siap saji adalah tiga jam setelah makanan sampai ke hotel. "Untuk makan malam misalnya, jam 21.00 sudah tidak disarankan untuk dikonsumsi," kata Agung.
Libatkan Juru Masak dari Indonesia
Selain bahan makanan, juru masak pun direkrut langsung dari Indonesia. Untuk dapur Ragheeb, setidaknya ada enam juru masak dari Indonesia.
Agung mengatakan, setiap dapur diwajibkan memiliki dua juru masak yang sudah berpengalaman dan berkompetensi.
“Pengecekan kesiapan makanan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pukul 00.10 WAS untuk makan pagi, pukul 07.00 WAS untuk makan siang dan pukul 13.00 WAS untuk makan malam,” pungkasnya.