Liputan6.com, Jakarta - Prolonged fasting atau puasa panjang sedang populer sebagai metode diet yang diklaim bisa menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, sebelum mencoba, penting untuk memahami apa itu prolonged fasting, bagaimana cara kerjanya, serta apa saja risikonya.
Apa Itu Prolonged Fasting?
Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik di Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Mulianah Daya, Sp.GK, prolonged fasting adalah puasa yang dilakukan minimal selama empat hari berturut-turut atau sekitar 100 jam tanpa mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kalori.
Hanya cairan non kalori yang boleh dikonsumsi, seperti air putih, teh, atau kopi tanpa gula. Dalam praktiknya, cairan yang dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan tubuh sekitar 2-2,5 liter per hari.
"Kadang-kadang, garam juga ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit harian," kata dr. Mul saat dihubungi Health Liputan6.com pada Minggu, 5 Mei 2025.
Manfaat Prolonged Fasting: Turun 8 Kg dalam Seminggu
Salah satu manfaat utama dari prolonged fasting adalah penurunan berat badan yang drastis.
Menurut dr. Mul, penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan prolonged fasting, seseorang bisa kehilangan lima s.d 10 persen berat badan dalam waktu satu minggu.
"Jika berat badan seseorang 80 kg, dengan melakukan prolonged fasting, bisa turun 4-8 kg dalam seminggu," jelas dr. Mul.
Namun, meski terdengar efektif, penurunan berat badan yang cepat ini bukan tanpa risiko.
Risiko Prolonged Fasting: Efek Yoyo dan Dehidrasi
Salah satu risiko terbesar dari prolonged fasting adalah regain atau efek yoyo, di mana berat badan bisa naik kembali bahkan lebih tinggi setelah diet.
"Badan akan beradaptasi dengan cepat, dan seringkali berat badan kembali naik, bahkan bisa lebih tinggi dari sebelumnya," tambah dr. Mul.
Oleh karena itu, penting untuk memilih metode diet yang bisa dijalankan dalam jangka panjang. Selain itu, risiko dehidrasi juga perlu diwaspadai.
Prolonged fasting tidak hanya membuat tubuh kekurangan cairan, tetapi juga elektrolit penting seperti natrium, kalium, dan klorida.
Gejala dehidrasi bisa mencakup rasa lemas, pusing, mata berkunang-kunang, dan penurunan kesadaran pada kasus yang lebih parah.