Hari Diabetes Sedunia 2025: Ahli Ungkap 3 Pilar Penting Atasi Obesitas

1 week ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Obesitas masih menjadi tantangan besar di Indonesia dan semakin terkait dengan diabetes tipe 2. Sehingga menjadi sorotan pada momentum Hari Diabetes Sedunia. Kondisi ini tidak bisa dianggap sepele karena berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit metabolik yang lebih serius.

"Penanganan obesitas tidak bisa dilihat hanya dari tampilan fisik, tetapi harus mempertimbangkan kondisi metabolik dan organ," ujar Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) sekaligus Ketua Klaster MVA IMERI FKUI, dr. Dicky Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, dalam diskusi media bertema 'Obesitas Teratasi, Diabetes Terkendali' pada Kamis, 13 November 2025.

Dicky menjelaskan bahwa penanganan obesitas harus dilakukan secara menyeluruh dan terukur. Ada tiga pilar utama yang menjadi dasar tata laksana obesitas, yaitu modifikasi gaya hidup, farmakoterapi, dan operasi bariatrik.

Ketiga metode ini telah dirangkum dalam Panduan Nasional Praktik Klinis (PNPK) Obesitas, yang disusun oleh para ahli lintas disiplin. "PNPK membantu dokter menentukan langkah terapi yang sesuai kondisi pasien, dari perubahan gaya hidup hingga intervensi medis bila diperlukan," ujar Dicky.

1. Hindari Obesitas untuk Cegah Diabetes Tipe 2

Pilar pertama yang menjadi pondasi dalam penanganan obesitas adalah modifikasi gaya hidup. Dicky menegaskan bahwa perubahan pola hidup sehat menjadi langkah awal dan paling penting untuk menurunkan berat badan.

"Perbaiki dulu gaya hidup, atur pola makan, rajin olahraga, tidur cukup, dan kelola stress. Itu dasar dari semua terapi obesitas," ujarnya.

Dalam PNPK Obesitas, modifikasi gaya hidup mencakup pengaturan pola makan seimbang, aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu, dan pengendalian kebiasaan tidak sehat seperti merokok.

Langkah ini tidak hanya untuk mereka yang sudah obesitas, tapi juga sebagai pencegahan bagi masyarakat umum.

"Kalau dilakukan sejak dini, perubahan kecil bisa berdampak besar terhadap metabolisme tubuh," tambahnya.

Dengan komitmen dan pendampingan dokter, pasien bisa mencapai berat badan ideal tanpa harus langsung mengandalkan obat atau tindakan medis.

2. Pemberian Obat Penurunan Berat Badan

Jika modifikasi gaya hidup belum memberikan hasil optimal, dokter dapat mempertimbangkan farmakoterapi sebagai langkah kedua. Menurut Dicky, pemberian obat penurun berat badan harus berdasarkan evaluasi medis yang menyeluruh.

"Tidak semua pasien obesitas langsung diberi obat. Kami menilai dulu kondisi metabolik dan faktor risiko lain seperti gula darah, tekanan darah, dan kolesterol," kata dicky.

Farmakoterapi dapat membantu mengontrol nafsu makan, mempercepat metabolisme, atau mengurangi penyerapan lemak. Namun, penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan.

"Obat hanya efektif bila dikombinasikan dengan perubahan gaya hidup. Pengawasan dokter penting untuk mencegah efek samping," kata Dicky.

Dengan pengawasan yang tepat, farmakoterapi bisa menjadi pendamping terapi yang aman bagi pasien obesitas yang sulit menurunkan berat badan secara alami.

3. Operasi Bariatrik Pilihan Terakhir Penanganan Obesitas Berat

Pilar terakhir dalam penanganan obesitas adalah operasi bariatrik, yang dilakukan bila dua pilar sebelumnya tidak cukup efektif.

"Operasi bariatrik dilakukan untuk mengecilkan kapasitas lambung, baik melalui pembedahan maupun endoskopi, agar pasien dapat mengontrol asupan makanan," ujarnya.

Namun, Dicky menegaskan bahwa bariatrik bukan solusi instan. Langkah ini hanya dilakukan setelah evaluasi menyeluruh dan tetap harus diikuti gaya hidup sehat pascaoperasi.

"Banyak yang tergiur karena tren di media sosial, padahal ini tindakan medis besar yang harus sesuai indikasi," katanya.

"Kunci utama penanganan obesitas tetap pada gaya hidup sehat. Obat dan operasi hanyalah pendukung. Jika pola hidup tidak diperbaiki, berat badan bisa kembali naik," pungkas Dicky.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |