Menghentikan Konsumsi Antibiotik Terlalu Cepat, Dokter: Penyakit Bisa Kambuh bahkan Lebih Parah

1 week ago 18

Liputan6.com, Jakarta Ada sebagian orangtua menghentikan pemberian antibiotik kepada anak sebelum waktunya karena mengira anak sudah sembuh. Padahal, menghentikan obat antibiotik terlalu cepat alias tidak sesuai dosis yang diresepkan dapat meningkatkan risiko kekambuhan penyakit dan komplikasi serius.

Dokter Rizky Adriansyah, M.Ked(Ped), Sp.A, Subsp.Kardio(K) mengatakan antibiotik harus diberikan sesuai dosis dan durasi yang dianjurkan. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi tenggorokan, dokter biasanya akan meresepkan obat antibiotik untuk 10–14 hari.

“Banyak orangtua menghentikan antibiotik terlalu cepat karena anak terlihat sudah sehat, tapi itu sangat berisiko. Bakteri yang tersisa bisa berkembang biak lagi, sehingga penyakit bisa kambuh bahkan menjadi lebih parah,” ujar Rizky dalam sesi ‘Dari Radang Tenggorokan Menjadi Penyakit Jantung: Mari Mengenali Penyakit Jantung Rematik pada Anak’ di Jakarta pada Senin, 10 November 2025.

Rizky menambahkan, penghentian obat antibiotik sebelum waktu yang dianjurkan bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang. 

“Khususnya untuk penyakit jantung rematik, serangan berulang bisa merusak katup jantung dan fungsi jantung anak. Itu sebabnya durasi dan konsistensi antibiotik sangat penting,” jelasnya.

Selain itu, Rizky menekankan pentingnya edukasi kepada orangtua untuk memahami bahwa gejala membaik bukan berarti penyakit sudah hilang. Pemberian antibiotik harus diselesaikan sampai habis sesuai anjuran dokter.

Strategi Pencegahan Jangka Panjang Infeksi Tenggorokan

Untuk mencegah serangan berulang, beberapa anak dengan risiko tinggi infeksi tenggorokan membutuhkan antibiotik profilaksis secara rutin setiap 3–4 minggu. 

“Beberapa kasus bisa sampai usia 21 tahun atau seumur hidup, tergantung kondisi pasien,” kata Rizky.

Ia menambahkan, pemberian antibiotik secara rutin harus disertai kontrol medis. Anak yang datang rutin setiap 3–4 minggu bisa meminimalkan risiko serangan berat yang mengancam jantung. 

“Pencegahan berkelanjutan ini penting karena sekali terjadi serangan, dampaknya bisa permanen,” jelasnya.

Selain obat, Rizky juga menekankan pentingnya kebersihan lingkungan. Akses terhadap air bersih, sabun, dan sanitasi yang memadai menjadi bagian dari pencegahan infeksi. Orang tua juga harus memastikan anak menjaga kesehatan sehari-hari untuk mendukung efektivitas terapi.

Anak Indonesia Berisiko Kena Penyakit Berulang

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan tantangan besar dalam akses kesehatan anak di Indonesia. 

Pada 2012, sekitar 1,5 juta anak tidak memiliki akses memadai terhadap antibiotik, air bersih, dan sabun. Pada 2014, hanya 80,8% keluarga yang memiliki fasilitas dasar untuk pencegahan infeksi di rumah.

“Data ini menunjukkan masih banyak anak yang berisiko tinggi mengalami penyakit berulang karena keterbatasan akses dan edukasi orang tua,” kata Rizky.

Ia menekankan, orang tua harus disiplin mengikuti anjuran dokter, menyelesaikan antibiotik hingga habis, dan rutin membawa anak ke kontrol. 

Hal ini menjadi langkah penting untuk mencegah penyakit kambuh, mengurangi komplikasi, dan memastikan kesehatan jantung anak tetap terjaga.

“Kesadaran orangtua adalah kunci. Jika kita bisa mengikuti aturan ini, banyak kasus penyakit jantung rematik yang bisa dicegah sebelum menjadi lebih serius,” tutup Rizky.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |