Pneumonia Masih Jadi Pembunuh Utama Anak, Dokter Ingatkan Tanda Bahaya dari Pola Napas

1 week ago 22

Liputan6.com, Jakarta Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Penyakit ini merupakan infeksi pada paru yang dapat menyerang siapa saja. Namun, anak-anak dan lansia termasuk kelompok yang paling rentan bila terinfeksi pneumonia seperti disampaikan dokter spesialis anak Kanya Ayu Paramastri. 

Menurut data, setiap tahun lebih dari 725.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal karena pneumonia, termasuk sekitar 190.000 bayi baru lahir.

“Pneumonia adalah infeksi paru-paru atau lebih tepatnya memang radang paru-paru,” ujar dr. Kanya Ayu Paramastri dalam kegiatan Media Session World Pneumonia Day 2025 dengan tema “Unlocking Every Breath: Together Against Pneumonia”, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

Pneumonia disebabkan oleh berbagai kuman, salah satunya adalah bakteri Streptococcus pneumoniae.  Gejala yang muncul bisa bervariasi, mulai dari demam, kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk, hingga nafsu makan menurun dan tubuh terasa lemas. 

Namun, perlu diwaspadai oleh orangtua adalah munculnya tanda-tanda kegawatan atau kondisi ketika anak mulai kesulitan bernapas dan membutuhkan pertolongan segera.

Kenali Tanda Sesak Napas yang Perlu Diwaspadai

Kanya menjelaskan, tanda kegawatan pneumonia bisa terlihat dari pola napas anak. 

“Tapi tanda kegawatannya adalah sesak dalam artian napasnya bunyi, mungkin bisa mengi, bisa tidak. Napas cepat berdasarkan usia soalnya beda-beda,” jelasnya.

Kanya menekankan, orangtua perlu mengetahui batas normal pernapasan anak. 

“Bayi itu kesannya memang lebih cepat daripada kita, jadi jangan ‘cepet-cepet’, ternyata memang hormon bayi seperti itu. Jadi kita harus tahu juga normalnya seberapa,” tambahnya.

Perhatikan Gerakan Dada dan Perut

Selain napas cepat, tanda lain yang perlu diperhatikan adalah gerakan dada dan perut yang kembang kempis, serta adanya tarikan otot di dada saat bernapas. 

“Perut, dada kembang kempis, dan tarikan itu namanya retraksi. Dia berusaha mengembangkan dadanya, paru-parunya itu nggak bisa ngembang normal sehingga dia membutuhkan bantuan otot-otot pernapasannya untuk membuka paru, sehingga terjadi tarikan di dinding dadanya,” ujarnya.

Waspadai Napas Cuping Hidung dan Retraksi

Menurut Kanya, hidung anak yang kembang kempis juga merupakan tanda penting. “Hidungnya kembang kempis, napas cuping hidung. Itu juga merupakan tanda sesak,” katanya. 

Kanya menambahkan, terkadang anak tampak masih aktif dan tersenyum, tetapi tetap menunjukkan tanda sesak yang jelas. 

“Walaupun anak cengangas cengenges, senyum-senyum tuh, tapi tanda sesaknya semuanya ada sebenarnya dan itu orangtua harus aware. Jangan sampai ketipu, padahal mah bengek, sesak,” tuturnya.

Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk tidak menunggu semua tanda muncul sekaligus lalu baru membawa anak ke dokter. 

“Napas cepat, napas cuping hidung, retraksi dinding dada di bawah leher, sela iga, iga bawah atau ulu hati, dan napasnya kelihatan kalau dia struggling, kesulitan bernapas. Kadang-kadang saking sesaknya kepalanya head bobbing juga ada. Kalau bisa jangan nunggu ada semua, salah satu aja, mendingan segera dibawa untuk diperiksakan,” tegasnya.

Pencegahan Pneumonia yang Bisa Dilakukan

Pneumonia memang bisa berbahaya tapi bisa dicegah. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, vaksinasi menjadi langkah penting dalam pencegahan. 

Vaksin pneumokokus dan vaksin influenza dapat membantu melindungi anak dari beberapa jenis pneumonia.

Selain vaksinasi, menjaga kebersihan juga penting. Cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air, serta biasakan pola hidup sehat seperti tidak merokok, olahraga teratur, dan menjaga asupan makanan bergizi seimbang.

Orangtua juga disarankan untuk menghindari anak dari kontak dengan orang yang sedang sakit, terutama yang mengalami infeksi saluran pernapasan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |