Tangan Berkeringat Tanda Penyakit Apa? Ini 7 Gejala Medis Bisa Serius Jika Diabaikan

3 months ago 31

Liputan6.com, Jakarta Tangan berkeringat, atau yang dikenal dengan istilah medis hiperhidrosis palmar, seringkali dianggap sepele. Padahal, kondisi ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Penting bagi kita untuk memahami tangan berkeringat tanda penyakit apa dan kapan harus mencari bantuan medis.

Kondisi tangan berkeringat berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari respons alami tubuh terhadap stres hingga kondisi medis tertentu. Membedakan antara keringat normal dan keringat yang mengindikasikan masalah kesehatan adalah langkah awal yang penting. Melansir dari Verywell Health (2019), meskipun sebagian besar kasus tangan berkeringat tidak terkait dengan penyakit serius (idiopatik), ada juga yang merupakan gejala sekunder dari kondisi medis yang mendasari.

Dengan memahami lebih dalam, kita bisa mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan. Jadi, apakah tangan berkeringat tanda penyakit apa yang perlu diwaspadai? Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang tangan berkeringat tanda penyakit apa melansir dari berbagai sumber, Jumat (25/7/2025).

Tanda Penyakit yang Diawali Tangan Berkeringat

Tangan berkeringat berlebihan (palmar hyperhidrosis) bisa menjadi gejala primer idiopatik atau indikasi adanya kondisi umum seperti hipoglikemia reaktif, gangguan hormon (tiroid/diabetes), gangguan neurologis, infeksi, atau tumor neuroendokrin. Penting untuk mengenali tanda-tanda ini agar dapat melakukan penanganan yang tepat.

1. Gangguan Hiperaktif Saraf Simpatik

Melansir dari artikel Verywell Health (2019), palmar hyperhidrosis disebabkan oleh hiperaktivitas saraf simpatis yang melepaskan asetilkolin berlebih, sehingga kelenjar ekrin pada telapak tangan menghasilkan keringat yang berlebihan secara spontan. Sekitar 2–3% populasi mengalami kondisi ini. Pada sebagian besar kasus, tidak ada penyakit lain yang menyertainya, ini disebut kondisi idiopatik atau primer. Sebagian pasien menunjukkan adanya faktor genetik; studi Journal of Vascular Surgery (2002) meneliti bahwa 65% penderita memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

2. Tangan Berkeringat, Gemetar dan Pusing

Tangan berkeringat yang disertai gemetar, lemas, dan pusing beberapa jam setelah makan bisa menandakan kondisi hipoglikemia reaktif. Saat kadar gula darah turun drastis, respons sistem saraf simpatis dipicu untuk memproduksi keringat dingin di tangan. Kondisi ini umum terjadi pada individu yang mengalami lonjakan insulin berlebihan pasca makan karbohidrat tinggi dan perlu diwaspadai karena bisa menjadi gangguan metabolik awal.

3. Hipertiroidisme dan Diabetes

Tangan berkeringat dapat menjadi tanda gangguan hormon seperti hipertiroidisme, diabetes, atau menopause. Pada hipertiroidisme, metabolisme tubuh meningkat sehingga rangsangan simpatis bertambah dan kelenjar keringat aktif lebih intens. Diabetes dapat berkontribusi karena fluktuasi kadar glukosa yang memengaruhi pengaturan simpatis—semua ini dapat memicu hiperhidrosis sekunder pada tangan.

4. Sebagai Penyebab Sekunder

Menurut Verywell Health (2019) dan tinjauan literatur kesehatan lainnya, tangan berkeringat juga bisa menjadi bagian dari gejala sekunder pada kondisi serius seperti infeksi berat atau tumor neuroendokrin. Beberapa tumor tertentu memproduksi hormon atau neurotransmitter yang mengganggu sistem regulasi keringat dan menyebabkan hiperhidrosis regional. Kondisi ini sering memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan etiologi patologis.

5. Parkinson atau Cedera Saraf

Berdasarkan Verywell Health (2019), kondisi neurologis tertentu seperti penyakit Parkinson, cedera medula spinalis, atau stroke bisa memicu tangan berkeringat karena disfungsi regulasi simpatis. Jika keringat hanya terjadi pada satu sisi tubuh saja atau disertai gejala neurologis lain seperti tremor, kehilangan koordinasi, atau kelemahan otot, maka perlu diwaspadai adanya gangguan neurologis mendasar.

6. Dampak Psikososial dan Gangguan Emosional

Menurut riset Frontiers in Medicine (Eur J Med Res, 2025), hiperhidrosis palmar tidak hanya berdampak fisik tetapi juga psikososial. Penderita—khususnya remaja—cenderung mengalami penurunan harga diri, penarikan sosial, dan penurunan prestasi akademik karena malu dan ketidaknyamanan berkeringat secara tidak terkendali. Bagi sebagian orang, bahkan proses berjabat tangan menjadi traumatis dan mengganggu kualitas hidup.

7. Komplikasi Kesehatan Kulit

Melansir dari Hyperhidrosis: Pathophysiology and Treatment (2022), tangan yang sering berkeringat dapat menyebabkan kulit menjadi lembap, meningkatkan risiko iritasi dan infeksi kulit sekunder seperti dermatitis maupun infeksi jamur. Produksi keringat yang berlebih juga dapat menyebabkan kulit menjadi tipis dan mudah terkelupas, terutama di area ujung jari dan telapak tangan bagian bawah.

Penyebab Tangan Berkeringat Berlebihan

Tangan berkeringat berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi genetik hingga gangguan medis. Memahami penyebab ini penting untuk menentukan penanganan yang tepat.

1. Hyperhidrosis Primer (Idiopatik) – Aktivasi Simpatik Berlebihan

Berdasarkan penelitian “Palmar Hyperhidrosis: clinical, pathophysiological, diagnostic and therapeutic aspects” oleh Romero, Haddad et al. (Universitas Estadual Paulista, 2016), palmar hyperhidrosis primer ditandai oleh hiperaktivitas saraf simpatis lokal pada kelenjar ekrin yang menyebabkan produksi keringat berlebih pada telapak tangan. Kondisi ini mulai muncul sejak masa kanak-kanak hingga remaja, seringkali tidak terkait suhu lingkungan dan cenderung bersifat familial—sekitar 30–50% pasien memiliki riwayat keluarga. Overstimulasi neuro-ekrin terjadi pada ganglia torakal T2–T3, menyebabkan keringat spontan meski tanpa stimulasi termal.

2. Faktor Genetik dan Lokus Khusus Gen

Menurut studi genetik yang dipublikasikan di American Journal of Medical Genetics Part A, hiperhidrosis palmar primer memiliki korelasi kuat dengan kromosom 14q11.2–q13. Pola pewarisan autosomal dominan memungkinkan satu salinan varian genetik telah cukup untuk menyebabkan kondisi. Penelitian ini secara ilmiah mendukung adanya predisposisi genetik tanpa keterlibatan faktor lingkungan tertentu.

3. Faktor Emosional: Stres, Kecemasan, dan Ketegangan

Menurut ringkasan etiologi Focal Hyperhidrosis dari SpringerLink (2022), stres emosional seperti kecemasan, rasa malu, ketakutan, atau tekanan psikososial dapat memicu sekresi keringat telapak tiba-tiba. Hiperhidrosis primer sering diperburuk oleh respons emosional meskipun stimulus termal tidak nyata. Stimulasi simpatis emosional ini seringkali bersifat akut dan temporal, tetapi dapat memperparah kondisi kronis pada individu predisposisi.

4. Efek Obesitas dan Fungsi Kardiovaskular yang Dipengaruhi

Menurut ulasan Causes of Hyperhidrosis (Verywell Health, 2019), obesitas meningkatkan risiko hiperhidrosis sekunder karena penumpukan adiposa yang membuat tubuh lebih mudah menjadi panas. Hal ini memicu aktivasi sistem termoregulasi dan saraf simpatis yang memicu hiperhidrosis palmar. Studi besar pada remaja menunjukkan peningkatan prevalensi hiperhidrosis seiring kenaikan indeks massa tubuh (BMI).

5. Gangguan Endokrin: Tiroid, Diabetes & Adrenokromogenik Lain

Menurut tinjauan Focal Hyperhidrosis (SpringerLink, 2022), beberapa penyakit hormon seperti hipertiroidisme, diabetes mellitus (khususnya reaksi hipoglikemik), hipopituitarisme, dan feokromositoma dapat memicu hiperhidrosis sekunder. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan dalam neurotransmitter atau hormon yang mengatur sistem simpatis, yang berdampak pada peningkatan sekresi keringat ekstremitas.

6. Penyakit Neurologis & Tumor Neuroendokrin

Menurut Verywell Health (2019) dan SpringerLink (2022), kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson, trauma medula spinalis, atau tumor neuroendokrin bisa mengganggu kontrol saraf simpatis. Produksi hormon atau neurotransmitter yang abnormal dari tumor seperti feokromositoma, atau kelainan sistem saraf seperti sindrom Riley-Day, dapat menyebabkan tangan berkeringat secara berlebihan meski tanpa stimulus emosional atau termal.

7. Efek Obat-obatan & Konsumsi Stimulan

Dalam Focal Hyperhidrosis (SpringerLink, 2022) dan artikel Verywell Health, disebutkan bahwa beberapa obat seperti SSRI (sertraline), stimulan, opioid, NSAID, insulin, serta agonis kolinergik dapat meningkatkan aktivitas kelenjar ekrin. Stimulan nikotin atau kafein juga diketahui memicu respons simpatik, memperparah keringat pada telapak tangan. Penggunaan obat harus dipertimbangkan sebagai potensi penyebab hiperhidrosis sekunder.

Pengertian Keringat Dingin dan Bedanya dengan Tangan Berkeringat

Memahami perbedaan antara keringat dingin dan tangan berkeringat (palmar hyperhidrosis) sangat penting, karena keduanya mengindikasikan kondisi kesehatan yang berbeda. Keringat dingin seringkali merupakan tanda respons tubuh terhadap kondisi serius, sementara tangan berkeringat biasanya lebih berkaitan dengan aktivitas saraf simpatis yang berlebihan.

Melansir Healthgrades dan Cleveland Clinic Health, istilah keringat dingin (cold sweat atau diaphoresis) mengacu pada kondisi di mana seseorang berkeringat secara mendadak tanpa adanya panas atau aktivitas fisik, disertai sensasi kulit lembap, dingin, dan pucat. Menurut Cleveland Clinic (2023), ini bukan diagnosis diagnostik tetapi merupakan gejala yang sering menunjukkan kondisi serius seperti serangan jantung, syok, atau gangguan hormonal seperti hipoglikemia dan infeksi berat. Disampaikan pula bahwa keringat dingin sering diiringi gejala lain seperti pusing, mual, atau nyeri dada, yang memerlukan evaluasi medis segera.

Dalam jurnal Healthline, disebutkan bahwa cold sweat merupakan respons fisiologis terhadap stres atau ancaman (respons “fight or flight”), di mana tubuh memproduksi keringat meskipun suhu tidak tinggi. Kulit terasa lembap (clammy), bulu kuduk berdiri, dan keringat bisa muncul di telapak tangan, kaki, atau ketiak tanpa pemicu eksternal. Ini berbeda dengan keringat termoregulasi biasa yang diakibatkan oleh suhu atau olahraga.

Tangan Berkeringat (Palmar Hyperhidrosis)

Menurut jurnal dermatologi The Open Dermatology Journal (Burkhart, 2009), palmar hyperhidrosis adalah kondisi di mana telapak tangan menghasilkan keringat berlebih tanpa kaitan dengan suhu atau aktivitas fisik. Ini merupakan jenis hiperhidrosis fokal primer yang terjadi karena aktivitas sistem saraf simpatis lokal berlebihan—umumnya bersifat familial dan tidak terkait penyakit lain. Diagnosis dilakukan lewat riwayat medis dan pemeriksaan fisik, termasuk uji Minor’s starch iodine atau QSART untuk mengukur intensitas keringat.

Perbedaan Utama antara Keringat Dingin dan Tangan Berkeringat 

Keringat Dingin (Cold Sweat):

  • Pemicu: Respons terhadap stres berat, infeksi, serangan jantung, hipoglikemia, atau syok.
  • Lokasi Keringat: Umumnya menyeluruh (tangan, kaki, ketiak), kulit terasa lembap dan dingin (clammy).
  • Sensasi Lainnya: Dingin, pucat, bisa disertai pusing, nyeri dada, mual, kelemahan.
  • Penanganan: Membutuhkan evaluasi medis segera untuk mencari penyebab sistemik.

Palmar Hyperhidrosis (Tangan Berkeringat):

  • Pemicu: Aktivitas simpatis lokal pada telapak tangan tanpa pemicu sistemik yang jelas.
  • Lokasi Keringat: Fokus pada telapak tangan (kadang kaki), kulit biasanya tetap normal atau hangat.
  • Sensasi Lainnya: Tidak ada gejala sistemik lain yang menyertai, hanya keringat berlebihan yang mengganggu.
  • Penanganan: Umumnya ditangani secara dermatologis, seperti antiperspiran, iontoforesis, atau Botox.

Cara Mengatasi Tangan Berkeringat

Mengatasi tangan berkeringat berlebihan (palmar hyperhidrosis) dapat dilakukan melalui berbagai metode, mulai dari pendekatan alami hingga intervensi medis. Pilihan penanganan akan bergantung pada tingkat keparahan dan penyebab kondisi tersebut.

1. Hand-spray Herbal dengan Teh Hijau, Lemongrass, Sampaguita & Aloe Vera

Menurut studi pada Ascendens Asia Journal of Multidisciplinary Research oleh Arellano & Salazar (2019), penggunaan ekstrak tanaman herbal seperti daun teh hijau, serai (lemongrass), sampaguita, dan lidah buaya dikembangkan menjadi hand spray alami. Penelitian ini melaporkan bahwa penggunaan selama lima hari secara signifikan menurunkan keparahan keringat tangan (p-value = 0,008), serta menunjukkan penerimaan baik dalam tekstur dan aroma dibanding sebelum penggunaan. “Herbal plants extract can be an alternative remedy for lessening palmar hyperhidrosis”

2. Pengelolaan Diet & Hindari Makanan Pemicu Stimulasi Simpatis

Berdasarkan pendekatan integratif yang dipaparkan oleh Reena Rupani & Mary Teeple dalam bab “Integrative Management of Hyperhidrosis” (Oxford Academic, 2014), keseimbangan pola makan dan konsumsi bahan anti-stres dapat membantu menekan keringat. Penggunaan suplemen herbal, biofeedback, serta menghindari konsumsi stimulan seperti kafein, MSG, atau makanan pedas disarankan sebagai bagian strategi alami untuk mengurangi produksi keringat.

3. Teknik Relaksasi, Biofeedback & Manajemen Stres

Dalam buku yang sama (Integrative Management of Hyperhidrosis, Rupani & Teeple, 2014), dijelaskan bahwa teknik relaksasi seperti biofeedback, meditasi, dan terapi hipnosis dapat menurunkan stimulasi sistem simpatis emosional pada penderita hiperhidrosis. Tools psiko-fisiologis ini mengajarkan pengendalian respons tubuh terhadap stres, sehingga produksi keringat tangan berkurang tanpa intervensi invasif.

4. enggunaan Cuka Apel atau Baking Soda 

Tinjauan pada situs komunitas kesehatan mencakup penggunaan bahan seperti cuka apel dan baking soda (campuran dengan tepung jagung) sebagai antiperspiran alami. Larutan ini dapat menyeimbangkan pH kulit dan menyerap kelembapan secara mekanis, membantu menjaga tangan kering sepanjang hari. Meskipun penelitian klinis terbatas, laporan menyebut bahwa kandungan astringen alami berpotensi mengurangi kelembapan pada tangan

5. Akupunktur Sebagai Pendekatan Alternatif Natural

Menurut laporan kasus dalam Acupuncture in Medicine (sebagaimana diulas oleh Dr. Axe, 2023), terapi akupunktur telah dicoba pada kasus hiperhidrosis primer. Pada tiga kasus yang dilaporkan, minimal 20 sesi akupunktur berhasil memperbaiki kondisi keringat tangan secara signifikan, walaupun efektivitas individual bervariasi dan memerlukan komitmen waktu.

6. Pengaturan Lingkungan & Kebiasaan Hidup Sehat

Dalam tinjauan Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology oleh Gregoriou dkk. (2019), disebutkan bahwa pengelolaan lingkungan yang sejuk, menjaga kelembapan rendah, dan penggunaan produk berbahan alami dapat menurunkan frekuensi gejala. Kombinasi langkah gaya hidup sehat, seperti menerapkan pakaian yang menyerap keringat, menjaga hidrasi, dan menghindari suhu ekstrem, merupakan support terapi alami tambaha

FAQ Seputar Tangan Berkeringat

Mengapa tangan saya berkeringat padahal tidak sedang cemas atau panas?

Tangan berkeringat tanpa pemicu emosional atau suhu tinggi dikenal sebagai hiperhidrosis palmar primer, yang disebabkan oleh hiperaktivitas saraf simpatis lokal. Ini seringkali bersifat idiopatik, artinya tidak terkait dengan penyakit lain, dan bisa memiliki faktor genetik.

Apakah tangan berkeringat bisa menjadi tanda penyakit jantung?

Tangan berkeringat yang disertai gejala lain seperti nyeri dada, pusing, mual, atau sesak napas bisa menjadi tanda keringat dingin, yang merupakan gejala kondisi serius seperti serangan jantung. Namun, tangan berkeringat saja tanpa gejala tersebut biasanya bukan indikasi penyakit jantung.

Kapan sebaiknya saya ke dokter jika tangan saya berkeringat?

Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika tangan berkeringat disertai gejala lain seperti gemetar, pusing, penurunan berat badan yang tidak dijelaskan, nyeri dada, atau jika keringat hanya terjadi pada satu sisi tubuh. Ini bisa menjadi tanda kondisi medis yang mendasari.

Bisakah stres dan kecemasan memperburuk tangan berkeringat?

Ya, stres, kecemasan, dan ketegangan emosional dapat memicu atau memperburuk produksi keringat di telapak tangan. Sistem saraf simpatis merespons emosi ini dengan meningkatkan aktivitas kelenjar keringat, membuat tangan semakin berkeringat.

Apakah ada makanan atau minuman yang harus saya hindari jika tangan saya berkeringat?

Beberapa stimulan seperti kafein, MSG, dan makanan pedas dapat memicu atau memperparah keringat tangan pada beberapa individu. Mengelola diet dan menghindari makanan pemicu dapat membantu mengurangi produksi keringat.

Apakah hiperhidrosis palmar bisa disembuhkan?

Hiperhidrosis palmar primer seringkali merupakan kondisi kronis, namun gejalanya dapat dikelola secara efektif dengan berbagai metode, mulai dari antiperspiran topikal, iontoforesis, suntikan Botox, hingga operasi симпатектоми (ETS) pada kasus yang parah.

Bisakah tangan berkeringat menyebabkan masalah kulit lainnya?

Ya, tangan yang sering berkeringat dan lembap dapat meningkatkan risiko iritasi kulit, infeksi jamur, atau dermatitis. Kelembapan berlebih menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme dan dapat membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |