Liputan6.com, Jakarta - Kelainan jantung baik bawaan dari lahir ataupun kerusakan pada katup, ternyata bisa dioperasi dengan minim sayatan tanpa terlihat. Hal ini dinilai menguntungkan bagi pasien anak dan juga wanita, sebab bisa memudahkan aktivitas selama proses penyembuhan hingga kelangsungan hidup selanjutnya.
Sebelumnya, operasi jantung dengan teknik belah otot dada depan ataupun di bawah payudara, dinilai berisiko. Metode itu pun membuat sayatan yang dihasilkan pun lebih panjang, serta bisa memunculkan keloid kulit dikemudian hari.
"Karena operasi perlu melakukan sayatan di area dada depan, tengah antara payudara, sehingga akan melibatkan otot besar dan aktif. Sehingga penyembuhannya akan lebih lama, lalu berisiko memunculkan keloid. Secara estetika pun akan kurang," ungkap dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular konsultan Budi Rahmat dari Siloam Hospital Lippo Village.
Budi Rahmat mengatakan kini ada teknik operasi untuk mengatasi kelainan jantung hingga permasalahan pada katup jantung dengan sayatan yang lebih minimalis. Sayatan hanya sekitar 3 sampai 4 cm terletak di bawah ketiak sebelah kiri.
"Jadi, teknik modified minimally invasive cardiac surgery ini memanfaatkan jaringan di bawah ketiak sebelah kiri. Di mana tidak ada otot besar, tidak terlihat jelas dan tidak mengganggu aktivitas setelahnya," ujarnya.
Keunggulan Lain Teknik Modified Minimally Invasive Cardiac Surgery
Keunggulan lain untuk pasien adalah masa rawat di ICU maksimal hanya 4 hari saja. Sementara, cara konvensional bisa membutuhkan waktu hingga 14 hari. Setelahnya bila sudah keluar dari rumah sakit, satu hingga dua minggu sudah bisa beraktivitas sepertibiasa.
"Pada pasien anak dan dewasa bisa cepat sembuh, estetika terjaga, tidak ada trauma pasca operasi. Jadi bisa menghilangkan stigma operasi jantung untuk mengobati kelainan jantung bawaan pada anak, gangguan katup jantung pada dewasa, itu menakutkan, sudah tidak lagi," katanya.
Bisa Digunakan untuk Pasien Bypass Jantung
Sementara, Budi Rahmat juga mengungkapkan, teknik dengan sayatan minimalis ini juga bisa dikerjakan untuk kasus pasien dengan bypass jantung.
"Sangat memungkinkan untuk kasus lain. Bisa bypass jantung, masuk ke koroner tersumbat, baru lakukan teknik bypass jantung dengan luka buka yang kecil. Juga bisa untuk memasang alat bantu pacu jantung, sangat disarankan untuk pasien anak dengan kelainan jantung bawaan,"katanya.
Sehingga, pada pasien akan memudahkan untuk penyembuhan dan minim sekali infeksi.
Sayangnya, proses operasi ini belum sepenuhnya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Kenali Ciri-ciri Kelainan Jantung pada Anak
Sementara, Budi Rahmat juga mengungkapkan, kelainan jantung bisa terjadi sejak usia bayi atau pada saat lahir. Hanya saja, tidak semua langsung ketahuan. Ada pula saat usia pasien sudah lansia, baru diketahui ternyata dia punya kelainan jantung bawaan.
"Ada juga memang diketahui sejak masih usia anak, namun ketika usianya sudah diatas 5 tahun, bukan sejak bayi," katanya.
Untuk itu, orangtua di rumah, perlu mengenali, gejala apa saja terkait kelainan jantung bawaan yang harus diwaspadai. Budi Rahmat mengungkapkan, ada dua kategori kelainan jantung pada anak, yakni biru dan tidak biru.
Bila masuknya pada kategori tidak biru, anak akan terlihat mudah lelah, berat badan susah sekali naik, hingga sering sekali batuk dan pilek.
Sementara kalau biru, akan lebih nampak gejalanya. Seperti bibir, ujung-ujung jari dan kelopak anak akan berwarna biru, ini disebabkan karena kadar oksigen pasien anak selalu di bawah 95 persen.
"Ketika ada gejala demikian, langsung di bawa ke rumah sakit, bawa ke dokter anak. Sebab, kasus kelainan jantung pada anak ini di Indonesia berdasarkan data statistik berada di angka 45 ribu anak, tapi yang ditangani baru 5 ribuan," katanya.
Budi mengatakan penanganan untuk segera ke rumah sakit bukan berarti harus dioperasi. Melainkan anak perlu mendapat penanganan awal segera.
"Bukan berarti harus langsung dioperasi, harus ada penanganan awal, observasi, dan sebagainya. Terpenting, jangan sampai anak masuk ke dalam masa kritis terlebih dulu baru ke rumah sakit," katanya
Upaya Pencegahan Penyakit Jantung Bawaan pada Anak
Untuk mengurangi risiko anak mengalami penyakit jantung bawaan, Budi Rahmat pun meminta para ibu untuk memperhatikan nutrisi pada saat kehamilan.
Lalu, hindari make-up atau skincare yang mengandung zat-zat kimia terlebih dinilai berbahaya untuk ibu hamil.
Tak ketinggalan, hindari merokok saat hamil serta paparan asap rokok kala mengandung.
"Hindari rokok. Kalau faktornya adalah genetik, itu pasti ada, tapi presentasenya enggak sebesar multifaktor tadi, jadi lebih baik hindari," katanya.