Viral Dokter Diduga Tolak Pasien Gawat Darurat, RS Unhas Beri Penjelasan

16 hours ago 3

Liputan6.com, Makassar Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas) Makassar mengatakan tidak pernah menolak pasien gawat darurat. Hal ini disampaikan pihak manajemen RS Unhas setelah ramai di media sosial video yang menarasikan ada pasien yang diduga tidak dilayani di IGD rumah sakit tersebut.

Faktanya pasien tersebut mendapatkan penanganan sesuai prosedur medis. Dengan tegas RS Unhas mengatakan tidak pernah menolak pasien gawat darurat. 

"Setiap pasien yang datang dengan kondisi gawat darurat selalu kami terima dan berikan penanganan sesuai dengan prosedur medis yang berlaku," tulis RS Unhas dalam pernyataan resmi di laman resmi yang diunggah pada 30 April 2025.

"Kami menolak segala tuduhan yang tidak berdasar dan tidak didukung oleh fakta yang valid," kata Unhas.

Pada saat kejadian yakni Senin, 28 April 2025 malam, kapasitas IGD RS Unhas penuh. Terdapat dua antrean pasien saat itu. Lalu, sekitar pukul 21.30 WITA datang pasien laki-laki 66 tahun menggunakan ambulans dengan kondisi lemas dan sesak napas.

Mengingat kapasitas IGD sudah penuh, dokter jaga IGD melakukan penanganan di luar ruangan demi keselamatan pasien.

"RS Unhas tidak pernah menolak pasien gawat darurat. Meskipun kapasitas IGD penuh, pasien tetap mendapat penanganan live saving sesuai dengan prosedur medis yang berlaku," terang rumah sakit tersebut.

Dokter IGD Periksa Pasien di Luar IGD

Dokter S yang jaga di IGD kemudian memeriksa pasien di atas brankar ambulans (peralatan medis yang digunakan untuk mengangkat, memindahkan, dan mengangkut pasien atau korban ke atau dari ambulans_

Setelah melakukan pemeriksaan, dokter S mengatakan bahwa pasien perlu mendapatkan penanganan segera.

"Dokter menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien dapat ditangani di RS Unhas dengan catatan pasien tetap dirawat di atas brankar ambulans karena semua brankar di IGD sudah terpakai," jelas RS Unhas.

Kemudian, pasien tersebut diambil darah untuk dicek ke laboratorium serta pemberian cairan infus. Dokter S meminta keluarga untuk mengurus administrasi.

Setelah pemberian cairan infus, tekanan darah pasien sudah mulai membaik dan pasien mulai sadar dengan tanda vital yang membaik.Lalu, sekitar pukul 02.00 WITA pasien tersebut dipindahkan ke ke kamar perawatan untuk perawatan lebih lanjut.

Kronologi Kejadian di IGD RS Unhas pada Senin, 28 April 2025

Manajemen RS Unhas juga membagikan kronologi lengkap kejadian yang terjadi pada hari Senin, 28 April 2025.

  • Sekitar pukul 21.30 WITA, seorang pasien laki-laki berusia 66 tahun tiba di depan IGD RS Unhas menggunakan ambulans
  • Petugas keamanan RS segera memanggil perawat yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien yang masih berada di atas ambulans.
  • Selanjutnya perawat yang bertugas (Tuan A), segara melakukan pemeriksaan tanda vital pasien di atas ambulans. Perawat juga menjelaskan bahwa ruang IGD saat itu penuh dengan delapan pasien, serta terdapat dua pasien lain yang sedang menunggu antrean masuk IGD. 
  • Perawat kemudian memanggil Dokter S yang sedang bertugas jaga di IGD untuk segera memeriksa pasien di atas ambulans sambil melaporkan hasil pemeriksaan tanda vital.
  • Dokter S segera keluar dan memeriksa pasien, menilai kesadaran pasien yang tampak tidak sadar namun memberikan respons membuka mata saat dipanggil.
  • Dokter menanyakan keluhan dan riwayat penyakit pasien kepada keluarga, yang juga menunjukkan berkas resume medis pasien dan rencana kontrol di Poliklinik Penyakit Dalam RS Unhas keesokan harinya. Keluarga menjelaskan bahwa pasien tidak makan dan minum sejak pagi sehingga merasa lemas dan mengalami nyeri pada kedua lutut.
  • Pemeriksaan tanda vital menunjukkan tekanan darah, nadi dan pernapasan yang tidak normal. Dokter menyimpulkan pasien membutuhkan penanganan segera.

Pasien Diperiksa di Atas Brankar Ambulans

  • Dokter menjelaskan kepada keluarga bahwa IGD sedang penuh dan ada pasien lain yang sedang antre untuk masuk.
  • Keluarga pasien tetap menginginkan agar pasien segera ditangani di RS Unhas.
  • Pada saat pemeriksaan berlangsung, seorang laki-laki merekam video tanpa izin dan mengganggu proses pemeriksaan.
  • Dokter menegaskan larangan merekam tanpa izin di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya selama tindakan medis berlangsung dan menjelaskan kondisi IGD yang penuh serta pasien yang sedang antre.
  • Dokter mengajak pria tersebut yang sedang melakukan perekaman untuk melihat kondisi pasien lain yang menunggu, namun pria tersebut menolak dan tetap merekam.
  • Dokter kemudian mengabaikan pria tersebut untuk dapat fokus merawat pasien dan menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien dapat ditangani di RS Unhas dengan catatan pasien tetap dirawat di atas brankar ambulans karena semua brankar di IGD sudah terpakai.
  • Dokter juga memohon pengertian pasien lain yang sedang menunggu untuk mengutamakan pasien yang kondisinya lebih gawat.
  • Dokter memberikan instruksi kepada perawat untuk melakukan prosedur tindakan medis serta mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium, sementara keluarga pasien melakukan pendaftaran administrasi.
  • Pasien mulai mendapatkan penanganan medis lebih lanjut, dan keluarga meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi serta mengucapkan terima kasih kepada dokter.
  • Setelah pemberian cairan infus, tekanan darah pasien sudah mulai membaik dan pasien mulai sadar dengan tanda vital yang membaik.
  • Dokter menjelaskan bahwa beberapa pasien di dalam IGD akan segera dipindahkan ke ruang perawatan sehingga tempat tidur di IGD dapat digunakan untuk pasien yang menunggu.
  • Sekitar satu jam kemudian, tempat tidur di IGD tersedia dan pasien yang menunggu, termasuk pasien di atas brankar ambulans, dapat masuk dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.
  • Sekitar pukul 00.00 WITA, hasil laboratorium telah di dapatkan dan pasien dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam untuk penanganan lanjutan. Pada pukul 02.00 WITA, pasien dipindahkan ke kamar perawatan untuk perawatan lebih lanjut.
Read Entire Article
Helath | Pilkada |