Kualitas Pendidikan Dokter Indonesia Belum Merata, Pengamat Soroti Soal Distribusi Dosen

17 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat pendidikan kedokteran sekaligus dosen di Griffith University Australia, Dicky Budiman, menilai kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia belum merata.

“Kondisi dunia pendidikan kedokteran Indonesia saat ini memang sudah menunjukkan kemajuan signifikan (dalam) dua dekade terakhir, terutama dari sisi kuantitas institusi dan lulusan,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com, Jumat (2/5/2025) atau tepat di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Sayangnya, sambung Dicky, kualitas pendidikan kedokteran Indonesia hingga kini belum merata.

“Tapi kualitas pendidikan kedokteran ini masih belum rata, terutama antara institusi pendidikan di kota besar dan daerah terpencil. Timur dan barat, jawa dan luar jawa.”

“Disparitas sumber daya manusia seperti dosen, tenaga pendidik, termasuk laboratorium, rumah sakit pendidikan, infrastruktur digital, ini yang masih menjadi tantangan utama dalam dunia pendidikan kedokteran Indonesia,” papar Dicky.

Di sisi lain, keterkaitan antara pendidikan kedokteran dan sistem layanan kesehatan nasional seperti BPJS Kesehatan dinilai masih belum optimal.

“Sehingga lulusan belum sepenuhnya siap kerja dalam konteks sistem kesehatan primer, preventif, maupun juga kalau melihat aspek industri kesehatan lain.”

Maka, sambung Dicky, ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Pertama adalah kualitas dan distribusi dosen. Menurutnya, Banyak fakultas kedokteran masih kekurangan dosen tetap bergelar doktor dan spesialis.

“Rekrutmen dosen dengan kompetensi pendidikan dan riset juga harus diperkuat. Juga perlunya integrasi layanan kesehatan dan pendidikan. Jadi, pendidikan kedokteran harusnya lebih terintegrasi dengan sistem layanan kesehatan khususnya pada level puskesmas sampai rumah sakit.”Edukasi berbasis komunitas juga harus diperkuat karena layanan berbasis masyarakat adalah hal yang sangat esensial alias penting di Indonesia.

Belum selesai kasus dugaan pemerkosaan oleh dokter residen PPDS anestesi di Unpad dan pelecehan oleh dokter kandungan di Garut. Seorang dokter PPDS di Universitas Indonesia ditangkap polisi. Dokter gigi berinisial MAES itu diduga nekat merekam seoran...

Sistem Pendidikan Kedokteran Kerap Bebani Peserta Didik

Selain Dicky, pengamat manajemen kesehatan, dr. Puspita Wijayanti, MMRS., juga turut mengulas kondisi pendidikan kedokteran Indonesia dewasa ini.

“Bagaimana kondisi dunia pendidikan kedokteran Indonesia saat ini menurut pengamatan saya. Pendidikan kedokteran Indonesia saat ini berada dalam persimpangan historis: antara kebanggaan terhadap jumlah lulusan yang meningkat dan kegelisahan akan kualitas serta etika sistemnya,” kata Puspita kepada Health Liputan6.com, Jumat (2/5/2025).

“Di satu sisi, kita melihat antusiasme tinggi anak muda untuk menjadi dokter. Tapi di sisi lain, sistem pendidikannya sering membebani peserta didik secara fisik, psikis, dan finansial,” tambahnya.

Pendidikan Dokter sebagai Investasi Modal Manusia

Menurut Puspita, hal ini mencerminkan kegagalan dalam membangun pendidikan dokter sebagai human capital investment alias investasi modal manusia.

“Paradoks ini mencerminkan kegagalan kita membangun pendidikan dokter sebagai human capital investment, bukan sekadar proses seleksi bertingkat dan birokratis,” katanya.

Lantas, apa saja hal yang perlu dibenahi dari sistem pendidikan kedokteran di Indonesia?

3 Hal Mendesak yang Perlu Segera Dibenahi

Menurut Puspita, ada tiga hal mendesak yang tak bisa lagi diabaikan, yakni:

Kekacauan Peran Institusional

Pendidikan dokter di Indonesia masih terjebak dalam tarik ulur kewenangan antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan rumah sakit pendidikan.

“Peserta didik sering kali menjadi korban regulasi yang tumpang tindih. Bekerja di ruang klinis tanpa status hukum yang jelas, tanpa jaminan pedagogi yang layak.”

Tanpa kejelasan struktur dan perlindungan, mustahil membangun pendidikan dokter yang menjunjung etika, mutu, dan keadilan sosial.

Minimnya Perlindungan terhadap Peserta Didik

Masih marak praktik kekerasan, jam kerja eksploitatif, hingga ketidakpastian status.

“Mereka mahasiswa atau tenaga kerja medis? Ini adalah bentuk permasalahan sistemik dalam menjamin hak dasar peserta didik: rasa aman, layak, dan bermartabat.”

Absennya Peta Jalan Nasional

Hingga kini, Indonesia dinilai belum memiliki visi jangka panjang yang tegas.

“Apakah pendidikan kedokteran Indonesia ingin mencetak klinisi, pemimpin kesehatan masyarakat, peneliti, atau inovator?”

Tanpa arah yang terang, pendidikan dokter hanya bergerak reaktif, merespons krisis demi krisis, tanpa pijakan strategis untuk masa depan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |