Liputan6.com, Jakarta - Kanker serviks masih menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan di Indonesia.
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG(K) menegaskan bahwa wanita pranikah merupakan kelompok kunci dalam pencegahan primer kanker serviks.
"Wanita yang sudah aktif secara seksual sejak usia dini memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi Human Papillomavirus (HPV), virus penyebab utama kanker serviks," ujar Prof. Yudi.
Menurut Prof. Yudi, semakin dini seorang wanita melakukan hubungan seksual, semakin besar peluang virus HPV masuk ke dalam serviks (mulut rahim).
Virus ini ditularkan melalui kontak seksual dan bisa bertahan dalam tubuh tanpa gejala selama bertahun-tahun.
"Apalagi kalau sudah aktif seksual sebelum menikah, ini paling rentan. Virus masuk ke leher rahim dan bisa menyebabkan perubahan sel yang akhirnya menjadi kanker," tambahnya.
Merokok dan Kebersihan Area Kewanitaan Turut Menambah Risiko
Data menunjukkan bahwa sekitar 84,6 persen perempuan yang diperiksa terinfeksi HPV, baik dari jenis risiko tinggi maupun rendah.
Di dunia, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab utama kanker serviks, sedangkan di Indonesia, tipe 52 dan 58 juga banyak ditemukan.
Selain perilaku seksual, kebiasaan merokok dan kurangnya kebersihan organ intim wanita juga menjadi faktor risiko tambahan.
"Wanita yang merokok itu jauh lebih berisiko. Rokok bisa melemahkan daya tahan tubuh dan memicu perubahan sel di serviks," ujar Prof. Yudi.
Dia menambahkan bahwa infeksi di area kewanitaan seperti keputihan akibat jamur atau bakteri bisa menyebabkan luka, yang menjadi pintu masuk ideal bagi HPV.
"Mulut rahim yang sehat itu mulus, tanpa luka. Tapi kalau ada luka, virus HPV bisa lebih mudah masuk,” ujarnya.
Vaksinasi HPV adalah Langkah Pencegahan Paling Efektif
Vaksinasi HPV menjadi langkah pencegahan primer paling efektif untuk melindungi wanita dari kanker serviks, terutama bagi mereka yang belum aktif secara seksual.
"Vaksin HPV membentuk antibodi spesifik untuk melindungi tubuh dari perubahan sel akibat virus. Bahkan jika sudah terpapar, vaksin tetap bisa membantu mencegah kanker berkembang," kata Prof. Yudi.
POGI merekomendasikan vaksinasi dilakukan pada umur 9 s.d 14 tahun, meskipun vaksin tetap bisa diberikan hingga usia 26 tahun atau lebih, tergantung kondisi masing-masing individu.
Prof. Yudi mengungkap bahwa 8 dari 10 wanita pernah terinfeksi HPV selama hidupnya. Namun, infeksi ini bisa dicegah berkembang menjadi kanker melalui vaksinasi, menjaga kebersihan, dan menghindari rokok.
"Dengan vaksin, tubuh memiliki antibodi yang siap melawan virus, bahkan sebelum virus menimbulkan perubahan sel," ujarnya.
Mengapa Wanita Pranikah Jadi Prioritas?
Wanita pranikah yang belum terpapar HPV memiliki peluang perlindungan paling maksimal dari vaksin.
"Semakin dini melakukan hubungan seksual, semakin tinggi risiko terkena HPV. Vaksin sebelum aktif seksual memberi perlindungan terbaik," ujar Prof. Yudi.
Dia kembali menekankan bahwa merokok dan infeksi organ intim juga memperbesar risiko luka di serviks, yang memudahkan virus masuk dan memicu kanker.
Selain wanita pranikah, kelompok pascapersalinan yang belum divaksinasi juga masuk dalam rekomendasi terbaru POGI.
Menurut Ketua Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG(K), vaksinasi bisa dilakukan bersamaan dengan layanan skrining serviks saat masa nifas.
"Vaksinasi HPV dapat diberikan kepada ibu menyusui dan menjadi bagian dari layanan nifas. Panduan ini kami susun agar dokter, bidan, dan tenaga kesehatan punya acuan yang praktis dan konsisten," ujar dr. Fitriyadi.
Dia menjelaskan bahwa vaksinasi sebelum aktivitas seksual dapat mencegah hingga 90 persen kanker terkait HPV, sementara bagi yang sudah aktif, vaksin tetap bermanfaat dalam mengurangi risiko.
Setiap Jam, Dua Wanita Indonesia Meninggal karena Kanker Serviks
Prof. Yudi menyampaikan bahwa setiap jam, dua wanita Indonesia meninggal akibat kanker serviks.
"Ini bukan sekadar angka, tapi panggilan darurat. Rekomendasi ini menjadi panduan untuk memperluas cakupan perlindungan melalui edukasi dan layanan vaksinasi," ujarnya.
POGI berharap rekomendasi ini bisa diadopsi luas oleh tenaga kesehatan dan menjadi bagian dari layanan kesehatan reproduksi rutin di seluruh Indonesia.
Langkah POGI mendapat dukungan dari PT Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD Indonesia), perusahaan biofarmasi global yang berkomitmen terhadap pencegahan penyakit menular.
MSD menyambut baik langkah ini dan menegaskan komitmennya dalam memperluas edukasi serta akses vaksinasi HPV.