Cerita Warga Jepang di Tengah Ancaman Tsunami Rusia: Air Minum dan Toilet di Penampungan Terpenuhi

23 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi dahsyat berkekuatan Magnitudo 8,8 mengguncang wilayah lepas pantai Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu pagi, 30 Juli 2025.

Getaran tersebut memicu peringatan Tsunami Rusia di sejumlah wilayah Jepang, termasuk Hokkaido, Honshu, dan Miyagi.

Meski tinggi gelombang tsunami yang terpantau berkisar 20 hingga 50 sentimeter, pemerintah Jepang tetap memberlakukan evakuasi massal demi menghindari korban jiwa.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) sempat mengeluarkan tsunami advisory pada pukul 08.37 waktu setempat dan memperbaruinya menjadi tsunami warning pukul 09.40.

Gelombang setinggi 50 cm tercatat di wilayah Ishinomaki, Prefektur Miyagi, sementara gelombang 20 s.d 40 cm dilaporkan di berbagai titik di sepanjang pantai Pasifik dari Hokkaido hingga Ibaraki.

"Gelombang tsunami bisa datang berulang dan gelombang susulan bisa lebih besar dari yang pertama. Warga diminta tetap mengungsi hingga peringatan resmi dicabut," tulis JMA dalam pernyataan resminya dikutip dari Japan Times pada Rabu, 30 Juli 2025.

Suasana Penampungan di Tengah Ancaman Tsunami

Warga Jepang yang tinggal di wilayah pesisir segera dievakuasi ke lokasi-lokasi penampungan.

Minori Yoshida (31), seorang pegawai bank di Kota Kushiro, Hokkaido, termasuk di antara mereka yang dievakuasi setelah menerima peringatan resmi dari otoritas setempat.

Kondisi di Tempat Penampungan Cukup Baik

"Sekitar pukul 09.40 pagi, kami menerima peringatan bahwa tsunami diperkirakan tiba sekitar pukul 10.00," ujar Yoshida saat diwawancarai media lokal.

Lebih lanjut, dia, mengatakan,"Sesuai instruksi kantor, saya langsung menuju lantai lima gedung manajemen bencana kota."

Menurut Yoshida, sekitar 50 orang sudah berkumpul di lokasi evakuasi pada pukul 10.00, termasuk warga sekitar, pekerja kantor, dan turis.

"Jumlahnya terus bertambah. Pada pukul 10.30, sudah ada sekitar 100 orang," katanya.

Yoshida menjelaskan bahwa kondisi di tempat penampungan cukup baik dan tertib. "Air kemasan tersedia, toilet bisa digunakan dengan baik, dan banyak orang mengobrol santai sambil menunggu perkembangan," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa rumahnya tidak berada di dataran tinggi. Jika sedang berada di rumah saat peringatan keluar, dia pun harus mengungsi.

"Saya bersyukur ada tempat evakuasi yang dekat. Walau tetap ada kekhawatiran tsunami susulan atau gempa baru, setidaknya kami merasa aman untuk sementara," ujarnya.

Pemerintah Instruksikan Evakuasi dan Penutupan Fasilitas

Pemerintah Jepang bergerak cepat merespons potensi ancaman. Perdana Menteri, Shigeru Ishiba, memerintahkan seluruh otoritas terkait untuk menyampaikan informasi akurat dan bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam penanganan bencana.

"Saya meminta seluruh warga di area terdampak untuk segera mengungsi ke dataran tinggi atau lokasi yang aman," kata Ishiba.

Ibaraki mengeluarkan perintah evakuasi untuk Kota Takahagi, Hitachinaka, dan Desa Tokai. Kota Wakayama juga mengevakuasi 175.000 orang dari 88.000 rumah tangga di wilayah pesisir pada pukul 11.00.

Bandara Sendai di wilayah Tohoku ditutup sementara. Tiga ruas jalan tol diblokir dan 41 jalur kereta api dihentikan operasinya.

Sementara itu, Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) mengevakuasi staf dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima No. 1 dan memastikan tidak ada gangguan pada sistem pengolahan air radioaktif.

Gempa Terkuat Sejak 2011

Gempa yang terjadi pada pukul 08.25 pagi itu awalnya dikira berkekuatan M8,0, namun kemudian direvisi menjadi M8,7 oleh JMA.

USGS mencatat kekuatan gempa M8,8 dengan kedalaman 20,7 km dan pusat gempa terletak 119 km tenggara Petropavlovsk-Kamchatsky, Rusia.

Ini adalah gempa terkuat yang tercatat sejak Gempa Besar Jepang Timur tahun 2011. Meski guncangannya tidak terasa kuat di Jepang, intensitasnya mencapai skala 2 dalam skala intensitas gempa Jepang (shindo) di beberapa kota di Hokkaido.

"Gempa ini sangat besar. Tapi karena pusatnya jauh dari daratan Jepang, dampak langsungnya relatif minim," kata seorang ahli geofisika dari JMA, tanpa menyebutkan namanya.

Warga Tetap Waspada

Suasana di tempat penampungan terpantau tenang, meskipun kewaspadaan tetap tinggi. "Masih ada rasa cemas, terutama karena kabarnya gelombang kedua bisa lebih besar," kata Yoshida.

"Tapi saat ini, saya tidak terlalu panik," tambahnya.

Sementara itu, di Kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi, daerah yang pernah terdampak tsunami dahsyat pada 2011, sejumlah warga memilih bertahan di lantai atas gedung mereka.

"Kami sudah mengungsi ke lantai tiga kantor. Toko-toko sekitar juga tutup dan pemiliknya pindah ke tempat yang lebih tinggi," ujar Kuniyoshi Katsu, pemilik firma arsitektur di kota tersebut.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |